08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Konsultasi BP4<br />

Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi Aceh)<br />

Assalamualaikum Wr. Wb.<br />

Bapak pengasuh Yth. Saya ingin<br />

berumah tangga, karena umur saya<br />

memasuki satu agustus <strong>2011</strong> ini genap<br />

dalam usia 30 tahun. Teman sebaya<br />

dengan saya rata-rata sudah ada anak<br />

satu dan ada yang dua, sedangkan<br />

saya jangankan anak menikah saja<br />

belum. Keterlambatan menikah karena<br />

rasa kekhawatiran saya tidak mampu<br />

memberi mahar atau biaya lainnya<br />

berkaitan dengan nafkah. Yang menjadi<br />

pertanyaan saya adalah bagaimana<br />

sebaiknya yang harus saya lakukan, bila<br />

belum mampu menikah atau ada solusi<br />

lain buat saya. Jawaban dari pengasuh<br />

setidaknya akan memberikan jalan<br />

terbaik bagi saya untuk bersikap.<br />

Wassalam.<br />

M.Yus<br />

di Bereunuen<br />

Jawaban Pengasuh<br />

Pengasuh sangat memahami kondisi<br />

anda. Keinginan anda untuk menikah<br />

selalu dibayang-banyangi oleh rasa tanggung<br />

jawab, sehingga rencana anda<br />

untuk menikah selalu diurungkan.<br />

Memang kemampuan seseorang juga<br />

tidak sama. Ada yang mampu (kaya) dan<br />

ada yang kurang mampu (miskin).<br />

Dalam kaitan dengan masalah yang<br />

anda alami saat ini, menurut pengasuh<br />

itu bukanlah masalah. Itu adalah seni<br />

dalam hidup ini, dan dialami oleh<br />

semua orang, baik ia kaya berkecukupan<br />

maupun dalam keadaan miskin. Karena<br />

bila tidak ada masalah hidup ini jadi<br />

“statis,” dengan ada masalah maka hidup<br />

ini jadi “dinamis.” Sudah menjadi<br />

sunnatullah bahwa setiap manusia yang<br />

dilahirkan ke dunia ini pada dasarnya<br />

tidak membawa apa-apa (QS. al-Nahl:<br />

12).<br />

Selanjutnya pengasuh coba menjawab<br />

sesuai pertanyaan dan masalah<br />

yang anda hadapi saat ini:<br />

Tentang Mahar<br />

Pertama, ingat pesan Rasulullah saw.<br />

yang ditujukan kepada para pemuda,<br />

jika kamu sudah mampu biaya pernikahan,<br />

maka hendaklah kamu menikah.<br />

Bila ada di antara kamu belum mampu,<br />

maka hendaklah kamu berpuasa,<br />

dengan puasa itu, menjadi benteng<br />

bagimu” (HR. Bukhari, dan Muslim).<br />

Setidaknya, dari hadis ini bisa dipahami<br />

empat hal: (1) seseorang tidak<br />

dibolehkan membujang terus-menerus,<br />

(2) pernikahan sudah bisa dilakukan<br />

bila sudah mampu menyediakan alba’ah,<br />

artinya menyiapkan mahar, biaya<br />

kawin, jimak, serta mampu membiayai<br />

nafkah keluarganya, (3) pernikahan itu<br />

juga bertujuan menyalurkan kebutuhan<br />

biologis sehingga terhindar dari fitnah,<br />

(4) bagi yang belum mampu rasulullah<br />

saw. menganjurkan puasa (sunat), dengan<br />

puasa menjadi perisai baginya.<br />

Kedua, mahar merupakan keharusan<br />

dari pihak calon suami memberikannya<br />

kepada pihak calon isteri. Kewajiban<br />

ini sebagaimana disebutkan Alquran:<br />

“Berikanlah mas kawin, kepada wanita<br />

yang kamu nikahi sebagai pemberian<br />

yang wajib...“ (QS. al-Nisa’: 4).<br />

Pertanyaan yang muncul adalah<br />

berapa besar mas kawin itu? Alquran<br />

tidak menyebutkannya. Alquran hanya<br />

menyebutkan keharusan memberikan<br />

mahar.<br />

Penjelasannya bisa ditemui dalam<br />

hadis. Di antaranya Rasulullah saw.<br />

bersabda: “khayru al-shidaq aysarahu,’’<br />

artinya “Sebaik-baik mahar adalah yang<br />

paling meringankan.” (HR. Abu Daud).<br />

Bahkan Rasulullah saw. juga berpesan<br />

tentang nilai mahar “walau khataman<br />

min hadid,” artinya “berilah mahar walau<br />

sebentuk cincin dari besi,” dan memadai<br />

dengan mengajarkan kepadanya (calon<br />

isterinya) beberapa ayat Alquran. Dalam<br />

hadis lain disebutkan “Perempuan yang<br />

membawa berkah adalah mereka yang<br />

ringan pembiayaannya” (HR. Ahmad).<br />

<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />

Ketiga, sekali pun mahar sebagai<br />

pemberian wajib dengan sebab akad<br />

nikah. Namun demikian tidak ada ketentuan<br />

tentang jumlahnya, karena itu<br />

mahar disesuaikan dengan ‘urf dan adat<br />

yang berlaku setempat, sesuai kaidah<br />

yang berbunyi “al-‘adah muhakkamah,”<br />

artinya “adat dapat menjadi hukum.”<br />

Kaidah lain menyebutkan: “al-ta’yin bi<br />

al-‘urf ka ta’yin bi al-nash,” artinya “sesuatu<br />

yang ditetapkan berdasarkan ‘urf<br />

sama seperti ketetapan berdasar nash.”<br />

Untuk itu harus dipahami bahwa besarnya<br />

jumlah mahar bervariasi, tidak<br />

sama untuk semua daerah di Aceh. Besar<br />

mahar di daerah Pidie berbeda dari<br />

besar mahar di Lhoksemawe, demikian<br />

pula dengan daerah lain. Demikian pula<br />

berkaitan dengan barang bawaan dan<br />

ketentuan lainnya disesuaikan dengan<br />

kebiasaan yang berlaku di suatu tempat,<br />

namun harus sesuai dengan prinsipprinsip<br />

syariah.<br />

Untuk itu pengasuh menyarankan<br />

pula kepada anda, untuk mengambil<br />

langkah berikut; (1) berupayalah dengan<br />

niat yang tulus untuk merencanakan<br />

pernikahan anda dengan berusaha dan<br />

bekerja sesuai skill yang anda miliki, (2)<br />

bila anda mendapatkan rizki, tabunglah<br />

sebagiannya untuk biaya berumah<br />

tangga nanti, (3) carilah pasangan yang<br />

sesuai dengan diri anda, seperti kata<br />

indatu “ngui belaku tuboh pajoh belaku<br />

atra,” yang penting ia taat beragama,<br />

kuat imannya, dan berakhlak mulia. (4)<br />

bila saat ini anda merasa masih belum<br />

cukup secara finansial, yakinlah bawah<br />

setelah menikah, Allah akan memberi<br />

rezeki yang memadai kepada anda dan<br />

keluarga, asalkan anda sekeluarga disiplin<br />

menjalankan perintah dan menjauhi<br />

larangan-Nya, (5) kalaupun anda belum<br />

siap menikah karena berbagai faktor<br />

di luar diri anda, maka ikutilah pesan<br />

Rasulullah saw. untuk melaksanakan<br />

imsak/berpuasa. nWallahu a’lam<br />

45

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!