08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />

Laporan Khusus<br />

Laporan Jabbar Sabil<br />

MTQ XXX Aceh; Meneladani Tuan Rumah<br />

Kesan megah dan meriah terasa<br />

benar di arena MTQ XXX Aceh<br />

Tahun <strong>2011</strong> yang diselenggarakan<br />

di Aceh Tamiang, tanggal 3-10 Juli<br />

lalu. Tribun utama yang dibangun permanen,<br />

bilik tilawah berhiaskan dekorasi<br />

floral dan kaligrafi yang indah, replika<br />

Alquran raksasa yang terbuka otomat<br />

seiring ‘raung sirine’, drum band, dan<br />

tarian massal merupakan seremoni<br />

pembuka yang ‘wah’ untuk sebuah<br />

amal berpahala; “Tilawah Alquran.”<br />

Banyak keunggulan teknis yang menyebabkan<br />

MTQ XXX Aceh di Aceh<br />

Tamiang ini terkesan lebih sukses, padahal<br />

alokasi anggaran tidak lebih besar<br />

dari even sebelumnya di Takengon.<br />

Antara lain karena lokasi yang terbuka<br />

sehingga memudahkan mobilitas pengunjung,<br />

berbeda dari Takengon yang<br />

menggunakan stadion tertutup. Tribun<br />

utama yang dibangun permanen memang<br />

dimaksudkan untuk penggunaan<br />

berkelanjutan oleh Pemkab setempat<br />

sehingga bisa menghemat, dengan kata<br />

lain, “sambil menyelam minum air.”<br />

Tempat ‘karantina’ dewan hakim<br />

yang masih di lingkungan arena juga<br />

sangat mendukung ketepatan jadwal<br />

musabaqah setiap majelis. Demikian<br />

pula sarana transportasi dewan hakim,<br />

cukup memadai, sehingga semua cabang<br />

musabaqah terlaksana tepat waktu. Prestasi<br />

ini tentu patut menjadi teladan bagi<br />

tuan rumah MTQ berikutnya. Selain<br />

itu, semua dewan hakim dibekali buku<br />

Pedoman Musabaqah dan Perhakiman,<br />

dan buku Panduan MTQ XXX Aceh yang<br />

dicetak ‘mewah’ fullcolor. Tidak hanya<br />

itu, panitia juga membuka situs khusus,<br />

www.mtq30aceh.com, sehingga siapa<br />

saja dapat dengan mudah memantau<br />

perkembangan MTQ XXX ini. Maka<br />

lengkap lah kemegahan MTQ XXX Aceh<br />

kali ini.<br />

Prestasi Aceh<br />

Seremoni pembukaan yang digelar<br />

secara kolosal, dihadiri oleh Gubernur<br />

Aceh yang begitu antusias untuk membuka<br />

sendiri MTQ XXX Aceh di Aceh<br />

Tamiang ini. Hal pertama yang diungkap<br />

Gubernur dalam sambutannya, adalah<br />

harapan agar MTQ XXX ini menjadi<br />

starting point bagi peningkatan prestasi<br />

kafilah Aceh di kancah MTQ Nasional.<br />

Hal ini tentu wajar, mengingat terpuruknya<br />

prestasi Aceh di kancah MTQ<br />

nasional akhir-akhir ini.<br />

Banyak spekulasi yang dilontarkan<br />

seputar keterpurukan prestasi Aceh,<br />

tentu spekulasi ini tidak bermakna tanpa<br />

telaah mendasar. Di sela-sela kegiatan<br />

MTQ, <strong>Santunan</strong> sempat mewawancarai<br />

seorang dewan hakim, Drs. H.<br />

Amin Chuzaini. Menurut Amin, secara<br />

umum ada peningkatan prestasi peserta<br />

MTQ kali ini. “Indikatornya, peserta<br />

seleknas STQ <strong>2011</strong> di Banjarmasin saja<br />

banyak yang dijatuhkan oleh peserta<br />

MTQ XXX ini. Dari enam belas orang<br />

peserta seleknas, lima belas orang ikut<br />

di Tamiang, tapi nyatanya enam orang<br />

gagal,” ungkap Amin Chuzaini.<br />

Saat ditanya tentang proyeksi capaian<br />

prestasi kafilah Aceh, Amin menyatakan<br />

optimis. Sebab grafik prestasi peserta<br />

yang kita kirim selalu meningkat lebih<br />

baik dari tahun ke tahun. “Sebelumnya,<br />

nilai 96,5, atau 96,7 sulit dicapai<br />

oleh peserta kita, dari itu kita optimis<br />

akan dapat mencapai grafik nilai lebih<br />

baik,” harap Amin Chuzaini. Terakhir<br />

peringkat nilai di tingkat nasional sudah<br />

mencapai angka 99. Semoga kafilah<br />

Aceh dapat mencapainya di tengah<br />

segala keterbatasan.<br />

Amin Chuzaini mengeluhkan masih<br />

adanya kendala teknis dalam pelaksanaan<br />

bimbingan bagi peserta MTQ<br />

di Aceh. Ia mencontohkan soal perizinan,<br />

misalnya di salah satu perguruan<br />

tinggi agama di Aceh, masih ada dosen<br />

yang bersikeras, “Pilih mana, kuliah apa<br />

MTQ? Akibatnya saat TC, peserta selalu<br />

dalam keadaan capek, capek kuliah,<br />

capek sekolah…,” keluh Amin.<br />

Satu hal yang sempat menjadi sorotan<br />

banyak orang, adalah tampilnya tuan<br />

rumah sebagai juara umum dalam MTQ<br />

XXX ini. Dalam ajang MTQ sebelumnya,<br />

Aceh Tamiang tidak pernah masuk<br />

peringkat sepuluh besar, tapi sekarang<br />

justru menjadi juara umum. Menurut<br />

Amin Chuzaini, pandangan ini cukup<br />

menyakitkan bagi dewan hakim, “Sebenarnya,<br />

hal ini ditentukan oleh faktor<br />

pembinaan, mereka melakukan pembinaan<br />

selama delapan bulan, sementara<br />

daerah lain hanya satu minggu saja,<br />

jadi ini hendaknya menjadi contoh bagi<br />

LPTQ provinsi,” pungkas Amin.<br />

Sebagai contoh, dalam bidang M2KQ<br />

yang merupakan cabang baru, Kafilah<br />

Aceh Tamiang berhasil meraih juara II<br />

putri. Hal ini jelas karena pembinaan<br />

yang intensif, sebab di arena M2KQ<br />

juga terdapat peserta yang sebelumnya<br />

pernah menjuarai bidang ini. Dari itu,<br />

jika Aceh ingin berjaya di ajang MTQ<br />

Nasional, maka LPTQ Aceh harus meningkatkan<br />

intensitas, dan kontinuitas<br />

pembinaan, jangan dadakan!<br />

Kafilah Aceh Barat tertimpa musibah<br />

Kemeriahan MTQ XXX Aceh diwarnai<br />

duka mendalam karena musibah<br />

yang menimpa Kafilah Aceh Barat. Setelah<br />

penutupan, sebagaimana beberapa<br />

kafilah lain, Kafilah Aceh Barat juga<br />

langsung pulang. Siapa sangka, sesampai<br />

di Lhok Nibong (Aceh Timur) mereka<br />

mengalami musibah di pengkolan<br />

patah kota Kecamatan Pante Bidari itu.<br />

Kala itu jam menunjukkan pukul<br />

03.00 WIB. Supir yang tidak mengenal<br />

medan sangat terkejut mendapati<br />

tikungan patah, hilang keseimbangan,<br />

dan terbalik. Masyarakat sekitar berdatangan<br />

membantu, korban luka-luka<br />

segera dilarikan ke RSU Idi. Salah seorang<br />

korban, Cut Masyitah, mengalami<br />

patah kaki sehingga terjadi pendarahan<br />

hebat. Cut Masyitah tidak tertolong,<br />

dan menghembuskan nafas terakhir<br />

sekitar pukul 08.50. Selamat jalan Cut<br />

Masyitah... n<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!