08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Agustus 2011 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

dari komunis atau atheis. Jangankan<br />

mereka (zindiq), dari Yahudi dan Nasrani<br />

yang semula, sebelum diubah-ubah,<br />

yang dari agama profetik (langit) saja, dilarang.<br />

“Hai orang-orang yang beriman,<br />

janganlah kamu mengambil orang-orang<br />

Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpinpemimpinmu.<br />

Karena sebagian mereka<br />

adalah pemimpin bagi sebagian yang<br />

lain. Barangsiapa yang mengambil mereka<br />

sebagai pemimpin, maka orang itu<br />

termasuk golongan mereka. Sungguh Allah<br />

tidak akan memberi petunjuk kepada<br />

orang-orang yang zhalim” (QS al-Maidah<br />

51). Dan ayat ini jarang kita dengar, padahal<br />

masih berlaku.<br />

Kebencian mereka yang terusmenerus<br />

terhadap masyarakat muslimin,<br />

salah satu alasan pelarangan ini. Sejarah<br />

mencatat itu, sejak pusat Islam berada<br />

di Madinah, Damaskus, Baghdad, Kairo,<br />

Isfahan, Agra, Istambul, hingga ke periode<br />

Islam vakum dari kekhalifahan yang<br />

tunggal, trik musuh-musuh Islam tidak<br />

pernah reda. Kejatuhan sistem unity<br />

(kekhalifahan) di dunia muslim, peran<br />

pihak Barat (mayoritas Nasrani) dan Yahudi<br />

sangat besar. Lebih-lebih dengan<br />

membuka kran jabatan bagi warga non-<br />

Islam di wilayah muslim. Padahal masih<br />

banyak masyarakat muslim yang layak<br />

untuk mengatur jabatan tersebut. Kisah<br />

tragis ini pernah menimpa Sultan Abdul<br />

Hamid, pemimpin terakhir dari Turki Usmani<br />

awal abad 20.<br />

Jika pemimpin pro syariat, ia akan<br />

bervisi islami. Sebuah masyarakat yang<br />

bermuara ke kesejahteraan, keadilan,<br />

dan kedamaian (al-silm). Keadilan dalam<br />

aspek hukum, ekonomi, sosial, atau<br />

politik. Karena keridhaan Allah berada<br />

dalam kerelaan rakyat atas kepemimpinan<br />

yang di atasnya. Hamba belum tahu<br />

persis dalam keadilan aspek mana kerelaan-Nya<br />

bersarang. Seperti juga ummat<br />

tidak mengerti dalam kezaliman corak<br />

apa, kemurkaan-nya akan singgah. Sebaliknya,<br />

murka Allah juga tergantung<br />

pada kemurkaan dan ketidaksenangan<br />

rakyat terhadap pemimpinnya.<br />

Kebencian masyarakat terhadap<br />

pemimpinnya, antara lain disebabkan<br />

karena jalan yang ditempuh pemimpin<br />

akan menyeret masyarakat yang dipimpinnya<br />

menuju jurang kepunahan.<br />

Seperti apa yang diutarakan seorang negarawan,<br />

sejarawan, dan sosiolog muslim,<br />

Ibnu Khaldun. Di antara teori-teori sosial<br />

dan politiknya, ia berkata, “Sesungguh-<br />

nya kehancuran suatu bangsa disebabkan<br />

oleh para pemimpinnya.” Ditambahkan<br />

dalam karya masterpiece-nya, Muqaddimah,<br />

bahwa kehancuran pemimpin<br />

disebabkan oleh para pengikutnya yang<br />

tidak patuh dan disiplin terhadap peraturan/hukum<br />

negaranya. Hadih maja<br />

Aceh mengatakan, tuha tuho, tuha turi<br />

droe, Pemimpin bervisi punya kapasitas<br />

dan solusi, dengan mengetahui, menakar<br />

kadar kemampuan dirinya.<br />

Ulama Aceh perlu selalu meng-ingatkan<br />

para pemimpin, bahwa ia pasti akan<br />

dimintai pertangungjawaban nanti di<br />

yaumil mahsyar di hadapan Allah, Qadhi<br />

Rabbul Jalil. Dengan begitu maka muncullah<br />

pemimpin-pemimpin atau calon<br />

pemimpin yang memiliki rasa tanggung<br />

jawab keummatan dan mengantarkan<br />

keselamatan ummat dari dunia sampai<br />

akhirat. Jadi harus turi droe (kenali<br />

dan mampu duluan memmpin dirinya).<br />

Demikian harap H. Abdullah Saleh SH,<br />

Anggota DPR Aceh, yang juga advokat<br />

itu,<br />

“Pertanyaannya sekarang, ada tidak,<br />

pribadi-pribadi pemimpin atau calon<br />

pemimpin Aceh yang punya kesadaran<br />

seperti ini? Biasanya kesadaran seperti<br />

itu akan tampak dari apa yang mereka<br />

ungkapkan dan apa yang mereka lakukan,”<br />

jawabnya.<br />

Pemimpin, apapun level-nya menurut<br />

prinsip-prinsip Islam merupakan amanat<br />

yang diberikan yang diberikan bawahannya.<br />

Sebagaimana yang termaktub dalam<br />

firman Allah, “Sesungguhnya Allah menyuruh<br />

kamu menyampaikan amanah<br />

kepada yang berhak menerimanya. Menyuruh<br />

kamu, apabila menetapkan hukum<br />

di antara kamu, (putuskanlah) dengan<br />

adil. Sesungguhnya Allah memberi<br />

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.<br />

Sungguh Allah Maha Mendengar<br />

dan Maha Melihat” (QS an-Nisa’ 58).<br />

Qanun ‘subur’, rakyat ‘terkubur’<br />

Buat calon pemimpin Aceh, dalam<br />

kapasitas apapun, lewat Pemilukada<br />

(Pemilihan Umum Kepala Daerah) 14<br />

November <strong>2011</strong>, yang terhormat. Baik<br />

lewat jalur independen dan parpol (partai<br />

politik), kisah ini sunguh menarik kita<br />

renungkan. Bahwa seorang perempuan<br />

tua datang dari satu provinsi di Selatan,<br />

guna menjumpai Khalifah Sulaiman al-<br />

Qanuny. Setelah melewati pintu dan<br />

gapura, setelah berhari-hari ia musafir<br />

di gurun, pengawal istana terpaksa men-<br />

<strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2011</strong><br />

Laporan Utama<br />

gizinkan dia masuk menjumpai khalifah.<br />

Sulaiman al-Qanuny adalah gelar untuk<br />

jajaran Dinasti Utsmany (Ottoman) yang<br />

dianugerahkan untuknya karena, mungkin,<br />

dia banyak sekali merancang dan<br />

mensahkan qanun.<br />

Qanun sungguh penting untuk menata,<br />

mengatur, mengikat, dan menjerat<br />

(rakyat kecil) dari ‘ikan teri’. Sedangkan<br />

untuk ‘ikan kakap’ biasa bisa penting atau<br />

kurang penting, mereka biasa akan terlepas<br />

bebas. Aturan hukum cenderung<br />

seperti sarang laba-laba, hanya nyamuk,<br />

capung, kupu-kupu, dan lalat yang lengket,<br />

sedangkan kelelawar dan tupai akan<br />

merobek-robeknya. Kalau dipikir-pikir<br />

hari ini, betul juga kata Tacitus, seorang<br />

politikus di masa silam bahwa, “Makin<br />

korup suatu negara, makin banyak hukumnya.”<br />

“Mereka yang menekan kebebasan<br />

selalu berdalih demi hukum<br />

dan ketertiban,” tambah John Lindsay.<br />

Rupanya gelar al-Qanuny pernah menjadi<br />

simbol pembuat undang-undang di<br />

masa Utsmaniyah. Semoga tidak di sini.<br />

Kendatipun UUPA menunggu banyak<br />

qanun, Keppres, PP dan lainnya sesegera<br />

mungkin. Termasuk qanun pilkada yang<br />

siap tak siap itu.<br />

Ternyata wanita tua itu berasal dari<br />

desa tertinggal dalam wilayah yang jauh<br />

dari pinggir ibukota kekhalifahan di<br />

Istambul Turki. Dia mempertanyakan<br />

pada khalifah perkara keamanan warga<br />

negeri, dan nasib dirinya sendiri. Perempuan<br />

itu hanya melapor, “Bahwa oknum<br />

tentara-tentara pemerintah telah mencuri<br />

ternak-ternaknya pada malam hari,<br />

dari kandang.” Apa jawaban khalifah<br />

yang luas kekuasaan dan kuat angkatan<br />

perangnya di abad ke 16 itu? Agaknya<br />

tak jauh berbeda dengan pesan sebagian<br />

‘raja-raja’ kita sekarang. Sambil membayangkan<br />

rentang wilayahnya dari Hongaria<br />

sampai Laut Kaspia, dari Yunani<br />

hingga Yaman, Khalifah Sulaiman memberikan<br />

petunjuk pada ibu tersebut,<br />

“Seharusnya kamu menjaga daripada<br />

ternak-ternakmu. Dan jangan (malah)<br />

kamu tertidur!”<br />

“O, saya kira tuan melindungi kami,<br />

sehingga kami bisa tidur nyenyak,” sanggah<br />

perempuan, rakyat jelata itu agak<br />

serak, sambil permisi ia buru-buru melangkah<br />

pulang. Kalau dari qalbu rakyat<br />

yang busananya biasa compang-camping<br />

ternyata bisa keluar kata emas, maka pemerintah<br />

yang merasa dirinya kuat juga<br />

seharusnya sadar bahwa, “Buah terbaik<br />

7

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!