ilmu hukum - perpustakaan universitas riau
ilmu hukum - perpustakaan universitas riau
ilmu hukum - perpustakaan universitas riau
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
LOVELLY DWINA DAHEN<br />
VOLUME 232<br />
2 No. 2 Februari 2012<br />
Dalam Ayat (2) disebutkan bahwa :<br />
“Badan- badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan Hak<br />
pengelolaan sepanjang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan<br />
pengelolaan tanah”<br />
C. Objek Hak Pengelolaan<br />
Merujuk pada Pasal 2 UUPA, maka obyek dari hak pengelolaan seperti juga hak-hak<br />
atas tanah lainnya, adalah tanah yang dikuasai oleh negara. Penjelasan umum II angka<br />
(2) UUPA menyatakan bahwa:<br />
“Kekuasaan negara atas tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh<br />
seseorang atau pihak lainnya adalah lebih luas dan penuh. Dengan berpedoman<br />
pada tujuan yang disebutkan diatas negara dapat memberikan tanah yang demikian<br />
itu kepada seseorang atau badan <strong>hukum</strong> dengan sesuatu hak menurut peruntukan<br />
dan keperluannya, misalnya, hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atau<br />
hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada sesuatau badan<br />
penguasa (departemen, jawatan atau daerah swatantra) untuk diperlukan bagi<br />
pelaksanaan tugasnya masing-masing.”<br />
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa obyek hak pengelolaan adalah tanah<br />
yang dikuasai langsung oleh negara. Kesimpulan yang sama juga akan diperoleh, apabila<br />
ditelusuri sejarah hak pengelolaan yang berasal dari hak penguasaan tanah negara yang<br />
diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953.<br />
D. Hak Menguasai Negara atas Tanah<br />
Prinsip “Hak Menguasai Negara” yang ditetapkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan<br />
Pasal 2 ayat (1) UUPA di atas, berisi kewenangan yang dijelaskan oleh Pasal 2 ayat (2)<br />
UUPA, yaitu:<br />
“Hak menguasai dari negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang<br />
untuk:<br />
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan<br />
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;<br />
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan <strong>hukum</strong> antara orang-orang<br />
dengan bumi, air dan ruang angkasa;<br />
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan <strong>hukum</strong> antara orang-orang dan<br />
perbuatan-perbuatan <strong>hukum</strong> yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.<br />
“Dengan demikian kewenangan tersebut mengartikan negara sebagai personifikasi,<br />
dan seluruh rakyat mempunyai kewenangan pada tingkatan tertinggi untuk itu”. 10<br />
Negara sebagai organisasi kekuasaan mengatur dengan membuat peraturan,<br />
kemudian menyelenggarakan artinya melaksanakan (execution) atas penggunaan/<br />
peruntukan (use), persediaan (reservation) dan pemeliharaannya (maintenance) dari<br />
10<br />
Maria S.W. Sumardjono dikutip oleh Boedi Harsono, Kasus-Kasus Pengadaan Tanah Dalam Putusan<br />
Pengadilan (Suatu Tinjauan Yuridis), Mahkamah Agung RI, 1996, hlm. 88.