05.05.2015 Views

Asasi Maret - April 2012.cdr - Elsam

Asasi Maret - April 2012.cdr - Elsam

Asasi Maret - April 2012.cdr - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA<br />

Omah Tani dan Politik<br />

Hak <strong>Asasi</strong> Manusia di Batang<br />

Oleh Otto Adi Yulianto<br />

(Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan Organisasi ELSAM)<br />

nasional<br />

Bagaimana agar hak asasi manusia tertanam<br />

dalam kebijakan dan kinerja Pemerintah,<br />

khususnya pemerintah tingkat lokal? Ini<br />

merupakan salah satu tantangan utama hak<br />

asasi manusia paskareformasi dan era desentralisasi<br />

saat ini. Paskareformasi memang ada perbaikan<br />

dalam persoalan hak asasi manusia, khususnya hak<br />

sipil-politik, di luar penyelesaian pelanggaran hak<br />

asasi manusia masa lalu. Namun secara umum,<br />

situasi-kondisinya masih buruk.<br />

Di tingkat lokal, hak asasi manusia masih<br />

belum menjadi rujukan dan bagian terpenting dari<br />

kinerja pemerintah daerah. Situasi-kondisi yang<br />

masih buruk utamanya berhubungan dengan<br />

pemenuhan hak ekonomi, sosial, maupun budaya<br />

(hak Ekosob). Juga, yang belakangan marak di<br />

beberapa daerah, perlindungan atas hak atau<br />

kebebasan untuk berekspresi maupun beragama dan<br />

berkeyakinan.<br />

Buruknya situasi-kondisi ini tidak dapat<br />

dilepaskan dari minimnya kemauan politik (political<br />

will) dari pemerintah daerah setempat dalam<br />

memajukan hak asasi manusia. Kecenderungan yang<br />

terjadi, para kepala daerah lebih memprioritaskan<br />

kepentingan sendiri maupun kelompoknya dibanding<br />

memikirkan hak dan hajat hidup warganya. Memang<br />

ada beberapa pengecualian, di antaranya yang<br />

populer, seperti kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi)<br />

sebagai Walikota Solo, Jawa Tengah. Namun,<br />

pemimpin lokal seperti ini hanya segelintir dari ratusan<br />

yang ada.<br />

Berdasar data<br />

Indonesia Corruption Watch<br />

(ICW), sejak tahun 2004 hingga 2012 ini, setidaknya<br />

ada 173 kepala daerah di Indonesia yang diperiksa,<br />

baik sebagai saksi, tersangka, maupun terdakwa<br />

dalam kasus korupsi. Sekitar 70% di antaranya telah<br />

divonis berkekuatan hukum tetap dan menjadi<br />

terpidana. Sementara hampir 2.000 anggota Dewan<br />

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terkait kasus<br />

korupsi ( Kompas, 22 Mei 2012).<br />

Situasi-kondisi yang buruk ini juga<br />

berlangsung di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.<br />

Saat ini, mantan Bupati Batang periode 2006-2011,<br />

Bambang Bintoro, sedang ditahan dan diperiksa oleh<br />

Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah (Kejati Jateng) karena<br />

kasus korupsi. Sebenarnya, sudah sejak Mei 2008<br />

Kejati Jateng menetapkan Bambang Bintoro, yang<br />

saat itu masih aktif menjabat sebagai Bupati Batang,<br />

sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Anggaran<br />

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten<br />

Batang sebesar Rp796 juta yang dibagi-bagikan ke<br />

anggota DPRD setempat periode 1999-2004.<br />

Penangkapan dan penahanan baru dilakukan<br />

kejaksaan setelah yang bersangkutan tidak lagi<br />

menjabat sebagai bupati.Korupsi oleh kepala daerah,<br />

seperti terjadi di Batang, menandakan minimnya<br />

kemauan politik kepala daerah untuk<br />

memprioritaskan hak dan kesejahteraan warganya.<br />

Ini juga mengindikasikan absennya representasi<br />

politik (yang substantif) di daerah tersebut. Kepala<br />

daerah yang dipilih secara langsung oleh warganya,<br />

ketika kemudian terpilih dan menjabat, kinerjanya<br />

tidak mewakili kepentingan atau aspirasi warganya.<br />

Di Batang, persoalan representasi politik<br />

yang buruk, dan usaha untuk memperbaikinya, telah<br />

menjadi perhatian gerakan masyarakat sipil terutama<br />

dimotori oleh Omah Tani. Organisasi ini telah aktif<br />

melakukan advokasi di tingkat lokal, setidaknya dalam<br />

lima tahun terakhir.<br />

Omah Tani merupakan organisasi petani<br />

Batang yang berdiri sejak 2008. Awalnya, ia bernama<br />

Forum Perjuangan Petani Batang yang berdiri pada<br />

2000. Pada tahun 2003, dengan meluasnya<br />

keanggotaan kelompok dan organisasi petani hingga<br />

Pekalongan, serta kelompok nelayan di kedua daerah<br />

tersebut, nama organisasi ini kemudian berubah<br />

menjadi Forum Perjuangan Petani dan Nelayan<br />

Batang-Pekalongan (FP2NBP).<br />

Masa bersatunya kelompok Batang dan<br />

Pekalongan bertahan selama empat tahun. Pada<br />

Salah satu diskusi Omah Tani di Batang sumber: http://kaharscahyono.wordpress.com<br />

ASASI EDISI MARET-APRIL 2012<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!