Inovasi 2SANITASIC.KG“Good communication is as stimulatingas black coffee, and just as hard to sleepafter“, begitu kata Anne Morrow Lindbergh(1906 – 2001), seorang novelis yang jugamerupakan salah satu penerbang wanitasolo trans-atlantik pertama di dunia, yangberkebangsaan Amerika Serikat.Pepatah tersebut menggambarkan bahwakomunikasi yang jitu sangat dibutuhkan untukme n stimulasi lahirnya suatu pemahaman,yang akan terus berkembang menjadi suatupemahaman yang menjiwai bagi si penerimapesan komunikasi tersebut.Sanitasi, salah satu bidang vital yangmenjadi tugas Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>,di bawah Kementerian Pekerjaan Umum,selain kental dengan aplikasi teknologi, jugasangat kental dengan aspek sosio-budayamasyarakat, dimana keandalan komunikasimassa menjadi salah satu kunci keberhasilaneksekusi program yang dijalankan.Salah satu media yang dapat digunakanuntuk penyampaian komunikasi yang efektifdalam bidang sanitasi, adalah melalui filmlepas. Film lepas dapat dibuat di luar studio,sederhana, berbiaya rendah, bahkan tidakLayak Dicoba,Festival Film LepasBidang SanitasiSandhi Eko Bramono*)18 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 04/Tahun VIII/2010
INOVASI 2Salah satu media yang dapat digunakan untukpenyampaian komunikasi yang efektif dalam bidangsanitasi, adalah melalui film lepas.perlu menggunakan aktor ataupun aktrisprofesional.Mengapa Film Lepas ?Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sendirisudah menerbitkan film yang mengangkattema air bersih dan sanitasi, lewat film “PAMSIMAS “, yang juga dibawakan oleh salahseorang pemandu acara yang wajahnya tidakasing lagi di layar kaca. Contoh lain adalahSekretariat Kelompok Kerja Air Minum danPenyehatan Lingkungan (AMPL) Pusat yangmemproduksi film berdurasi 7 menit “ PotretSanitasi Indonesia “ yang sudah pernahpula ditayangkan pada Konferensi SanitasiNasional (KSN) 2007.Namun mengapa film lepas masih dirasa perlu? Film lepas, sesuai namanya, harusbersifat lepas, dalam artian tidak adawawancara formal yang diatur di dalamnya,bahkan jangan pula diselipkan suatu petunjukteknis maupun petunjuk pelaksanaan daripemangku kebijakan yang terlihat dibacakandi film itu. Justru film lepas ini diharapkandapat mengangkat tema tentang keseharianmasyarakat dengan sistem sanitasinya, terlepasdari baik atau buruk, tapi merupakanSuasana syuting untuk film lepas bidang sanitasisuatu potret nyata yang dituangkan dalambentuk film. Salah satu contoh film lepastentang sanitasi yang sudah beredar misalnya,yang diproduksi oleh Dewan Anak Ciliwungdan diarahkan oleh Sanggar Ciliwung Merdeka.Film lepas mereka mengambil temamengenai kehidupan masyarakat di sekitarSungai Ciliwung yang tercemar.Tingkat kepedulian masyarakat Indonesiayang masih rendah terhadap masalah sanitasi,harus disiasati dengan aplikasi tek nologiyang sesuai dengan akar budaya lokal,namun juga harus dikemas dengan pesan –pesan komunikatif yang sederhana, menarik,mendidik namun tidak bersifat menggurui,serta mampu membawa pesan dan kesanyang mendalam bagi masyarakat yang menerimanya.Film lepas dapat menjawab tantanganini dimana harga produksi film lepas yangdapat dikatakan terjangkau ketimbang filmkomersial, karena ketersediaan teknologi per -a latan pembuatan film lepas yang su dahsangat awam di masyarakat, seperti ka meragenggam atau handycam. Proses penyuntinganjuga dapat dilakukan dengannon-linear editing software yang sudah banyaktersedia di pasaran, baik yang dapat diunduhsecara gratis ataupun berbayar, dan dapat dilakukanhanya dengan menggunakan komputerrumahan.Film lepas umumnya juga tidak berdurasipanjang, hanya sekitar 20 – 30 menit saja.Jika film tersebut terlalu panjang, sementaramateri yang disampaikan cenderung untukmemberikan pemahaman pada masyarakat,maka film akan terkesan menjemukan danjustru tidak menarik minat banyak pihak untukmemutarnya. Tanpa disadari pula, hal ini akanmenumbuhkembangkan talenta - talenta barudari masyarakat yang dapat memainkanperan dalam film, produksi film, serta menjadiagen pendidikan dalam masyarakat, khususnyadalam bidang sanitasi.Festival Film LepasTidak ada yang salah jika Direktorat Jenderal<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> dapat membuat sayembaradalam Festival Film Lepas bidang sanitasi.Pesertanya dapat dikategorisasi mulaidari tingkat SMP, SMU, perguruan tinggi,dan masyarakat umum. Topiknya harus dibatasi,sehingga film - film yang masuk akanbetul - betul sesuai dengan target yangdiinginkan untuk memberikan pendidikanpada masyarakat, seperti misalnya tentangdampak kesehatan akibat konsumsi air tanahyang tercemar lindi sampah di sekitar InstalasiPengolahan Sampah (IPS), potret kehidupanmasyarakat yang bekerja sebagai pemulungsampah di IPS, potret kehidupan pedaganglapak yang mendaur ulang sampah plastik,dan masih banyak lagi, yang mungkin luputdari perhatian para pemangku kebijakan.Film-film ini dapat diputar di sekolah - sekolah,madrasah, organisasi PKK, organisasi kepemudaan, hingga ke puskesmas dan poshhhyandu. Dan yang terpenting, film-film inidibuat langsung oleh masyarakat, dari masyarakat,dan untuk masyarakat. Hal ini akan menjaminsuasana independensi yang tetap terjaga,bahkan mungkin dapat mengangkat sisi- sisi realita yang faktual terjadi di masyarakatdalam bidang sanitasi.Pemerintah tentu berharap, bahwa harusditumbuhkembangkan rasa kepedulian ma s-ya rakat terhadap penyediaan sarana sanitasiyang memadai. Dan salah satu cara yangefek tif adalah dengan pelaksanaan FestivalFilm Lepas tentang sanitasi ini. Selain itu,pemangku kebijakan juga akan dapat men -jaring aspirasi masyarakat mengenai pelayanansanitasi yang telah dan sebaiknyadisediakan oleh pemerintah pada masa yangakan datang, sesuai dengan kearifan lokalmasyarakat setempat.*) Staf Subdit Kebijakan dan Strategi, DirektoratBina Program, Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 04/Tahun VIII/2010 19