High Speed Machining Precision Tooling - Indobiz.biz
High Speed Machining Precision Tooling - Indobiz.biz
High Speed Machining Precision Tooling - Indobiz.biz
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
IndonesiaFeatures<br />
Permintaan Alat Berat Rekondisi<br />
Meningkat<br />
Pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur yang<br />
dicanangkan pemerintah pada tahun ini, termasuk<br />
terus meningkatnya kinerja sektor perkebunan dan<br />
pertambangan, membutuhkan banyak alat berat.<br />
Namun demikian, industri alat berat nasional hanya mampu<br />
memenuhi 40 persen kebutuhan yang mencapai 20.000-an<br />
unit. Di lain pihak, kebutuhan alat berat bekas yang sudah<br />
direkondisi terus meningkat, khususnya untuk proyek-proyek<br />
di bawah Rp 10 miliar.<br />
Wakil Ketua Harian Asosiasi Perusahaan Rekondisi Alat<br />
Berat dan Truk Indonesia (Aparati) M Noor Alam mengatakan,<br />
selama ini, kontraktor yang menangani proyek di bawah<br />
Rp 10 miliar banyak membutuhkan alat berat rekondisi. Selain<br />
kondisi yang masih baik (80 persen), harganya juga jauh lebih<br />
murah dibanding alat berat baru. Dalam hal ini, alat berat<br />
rekondisi masuk dalam skala ekonomi untuk proyek di bawah<br />
Rp 10 miliar tersebut di mana harga alat berat rekondisi ratarata<br />
mencapai Rp 400-Rp 500 juta, sedangkan alat berat<br />
baru bisa mencapai Rp 2 miliar.<br />
“Tahun ini pemerintah mendorong percepatan pembangunan<br />
infrastruktur di daerah-daerah. Salah satunya rencana<br />
pembangunan jalan tol 1.000 kilometer. Pelaksanaan program<br />
ini jangan sampai terhambat gara-gara tidak ada pasokan<br />
alat berat. Selama ini, industri alat berat di dalam negeri<br />
tidak bisa memasok alat berat dengan cepat dan tidak bisa<br />
menjual produk untuk proyek skala Rp 10-Rp 15 miliar,” kata<br />
M Noor di sela kegiatan lelang alat berat rekondisi (Jakarta<br />
International Machine Center/Jimac) yang diselenggarakan PT<br />
International Auction Machine (IAM) di Jakarta, Sabtu (29/3).<br />
Selain dari kalangan kontraktor nasional dan pemerintah<br />
daerah, pembeli dalam lelang ini juga datang dari negaranegara<br />
di ASEAN dan Timur Tengah. Menurut dia, penjualan<br />
alat berat rekondisi pada tahun 2007 lalu mencapai<br />
12.000 unit. Diperkirakan permintaan alat berat rekondisi<br />
tersebut akan meningkat menjadi 15.000 unit seiring<br />
dilaksanakannya berbagai proyek infrastruktur di daerahdaerah<br />
serta terus meningkatkan kinerja sektor perkebunan<br />
dan pertambangan.<br />
Apalagi alat berat rekondisi yang kondisinya rata-rata mencapai<br />
80 persen ini perawatannya juga relatif mudah. Berdasarkan<br />
survei dari PT Succofi ndo, Departemen Pekerjaan Umum<br />
(DPU) beserta Dinas PU di daerah-daerah serta kalangan<br />
kontraktor, alat berat rekondisi masih dibutuhkan. Survei<br />
juga mengungkapkan bahwa alat berat rekondisi juga tidak<br />
mengganggu pangsa pasar industri alat berat dalam negeri.<br />
Selama ini, alat baru produksi dalam negeri banyak digunakan<br />
untuk proyek infrastruktur, pertambangan, dan perkebunan<br />
skala besar serta untuk jangka panjang. Namun dengan<br />
kapasitas produksi yang ada, industri dalam negeri selama ini<br />
tidak bisa memenuhi permintaan alat berat dan tidak jarang<br />
terpaksa mengimpor produk baru secara utuh (CBU).<br />
“Pangsa pasar alat berat yang baru dan rekondisi berbeda.<br />
Masing-masing saling mendukung. Kontraktor yang<br />
mengerjakan proyek skala besar dan jangka panjang, tentunya<br />
akan membeli alat berat baru. Namun untuk kontraktor skala<br />
menengah dan kecil atau pemerintah daerah, mereka butuh<br />
alat berat rekondisi. Selain kondisinya masih baik dan lebih<br />
murah, perawatannya juga mudah serta sesuai skala ekonomi<br />
proyek yang dikerjakan,” tutur M Noor.<br />
Sementara itu, pengamat otomotif Suhari Sargo mengatakan,<br />
lelang alat berat rekondisi yang dilakukan PT IAM (Jimac)<br />
berkontribusi besar dalam percepatan pembangunan<br />
proyek infrastruktur serta perkebunan dan pertambangan.<br />
Tidak hanya perusahaan jas akonstruksi, perkebunan,<br />
dan pertambangan, alat berat rekondisi juga dibutuhkan<br />
pemerintah daerah yang mengerjakan proyek-proyek<br />
pembangunan lainnya.<br />
“Sekarang ini, permintaan alat berat terus meningkat. Namun<br />
di lain pihak, pasokan alat berat terbatas. Sekarang untuk<br />
menyewa pun kontraktor susah. Ini terkait kondisi industri alat<br />
berat di dalam negeri yang hanya bisa memasok untuk proyekproyek<br />
skala besar. Maka dari itu, alat berat rekondisi sangat<br />
membantu, khususnya untuk kontraktor skala menengah dan<br />
pemda,” ujarnya.<br />
Menurut Suhari Sargo, dari program pembangunan<br />
infrastruktur yang nilainya diperkirakan mencapai Rp 50<br />
triliun, sebanyak 10 persennya (Rp 5 triliun) akan digunakan<br />
untuk membeli alat berat. Ini belum termasuk kebutuhan alat<br />
berat untuk proyek sektor-sektor lainnya.<br />
“Alat berat rekondisi, baik yang didatangkan dari impor atau<br />
dari dalam negeri, masih dibutuhkan,” tuturnya.<br />
56<br />
indometalworking news Vol. 2 / 2008