Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
fokus<br />
Harta fantastis irjen Djoko<br />
Rusa di kebun binatang mini<br />
(atas) dan empang tempat<br />
warga memancing di tanah<br />
milik Djoko (bawah).<br />
deden/detikfoto<br />
Menurut Agus yang sempat<br />
bekerja sebagai buruh<br />
pengerjaan jalan di area<br />
perkebunan itu, sang jenderal<br />
mulai membangun lahan<br />
di perbukitan itu pada 2010.<br />
Proses pembangunan berlangsung<br />
selama satu tahun<br />
dan mempekerjakan lebih<br />
dari seratus orang. Masingmasing<br />
pekerja dibayar Rp<br />
40 ribu per hari.<br />
“Kami kerja kurang lebih<br />
setahun. Ada yang bertugas<br />
bikin jalan, vila, kolam, kandang<br />
ternak, mes karyawan<br />
dan tembok pembatas yang<br />
pakai batako,” ungkap Agus.<br />
Kini para karyawan tidak<br />
lagi terlihat. Beberapa<br />
hewan yang sebelumnya<br />
ada di situ sudah dibawa<br />
pergi sesaat setelah plang<br />
segel ditempel KPK. Beberapa<br />
furnitur yang ada di dalam<br />
vila juga diangkut entah<br />
ke mana.<br />
Sekarang hanya tersisa empat rusa, satu unit traktor,<br />
ikan nila di kolam pemancingan, serta bangunan<br />
vila dan mes karyawan. Alhasil, perkebunan yang<br />
membentang di antara Kecamatan Jalan Cagak dan<br />
Kecamatan Cijambe, seakan sudah tidak bertuan lagi.<br />
Sayangnya meski perkebunan itu sudah berdiri<br />
sejak 2010, beberapa warga Desa Kumpay maupun<br />
Cirongkang tidak ada yang tahu berapa luas lahan<br />
milik Djoko yang terhampar di perbukitan itu. Mereka<br />
<strong>Majalah</strong> detik 25 - 31 maret 2013