04.05.2013 Views

klik disini - Universitas Wiraraja Sumenep

klik disini - Universitas Wiraraja Sumenep

klik disini - Universitas Wiraraja Sumenep

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pengalaman, keyakinan, sosial, budaya, sarana<br />

fisik. Faktor predisposisi merupakan faktor<br />

internal yang ada pada diri individu, keluarga,<br />

kelompok atau masyarakat yang mempermudah<br />

individu untuk berperilaku seperti pengetahuan,<br />

sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan. Faktor<br />

pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan<br />

individu berperilaku, karena tersedianya<br />

sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan<br />

keteram pilan. Faktor penguat merupakan faktor<br />

yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan<br />

keterampila n petugas kesehatan, teman sebaya,<br />

orang tua, dan majikan (Suliha, 2OO2l.<br />

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan<br />

suatu kebiasaan yang dilakukan secara rutin<br />

untuk mencuci tangan. Dalam hal ini perilaku<br />

cuci tangan pakai sabun perlu dilakukan pada<br />

waktu setelah ke jamban, setelah menceboki<br />

anak, sebelum makan, sebelum memberi makan<br />

anak, dan sebelum menyiapkan makanan. Pada<br />

prinsipnya mencucitangan dengan air saja tidak<br />

cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya<br />

waktu cuci tangan, dengan menggosok<br />

jemari dengan sabun dapat menghilangkan<br />

kuman yang tidak tampak, minyak, lemak,<br />

kotoran di perm ukaan kulit, serta meninggalka n<br />

bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi<br />

dan perasaan segar merupakan hal positifyang<br />

diperoleh setelah menggunakan sabun (Depkes<br />

Rt, 2008 ).<br />

lbu yang tidak rutin cuci tangan pakai sabun<br />

disebabkan oleh karena ketidakbiasaan dan juga<br />

tidak tahu pentingnya cuci tangan pakai sabun,<br />

sehingga ibu menganggap cuci tangan pakai<br />

sabun itu adalah hal yang biasa. Bahkan ibu<br />

tersebut sudah beranggapan bahwa cuci tangan<br />

dengan air saja itu sudah cukup, padahal tidak<br />

demikian. Maka dari anggapan tersebut banyak<br />

ibu kadang-kadangtidak cuci tangan pakai sabun.<br />

Perilaku yang kurang higienis merupakan<br />

faktor penyebalo yang erat kaitannya dengan<br />

kesehatan biasanya terjadinya infeksi. Salah satu<br />

bentuk perilaku kurang higienis yaitu tidak rutin<br />

cuci tangan pakai sabun, padahal perilaku sehat<br />

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) penting untuk<br />

mencegah penyebaran penyakit menular seperti<br />

diare. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa<br />

kadang-kadang tidak cuci tangan pakai sabun<br />

yang dilakukan oleh ibu yang mempunyai balita<br />

turnol Kesehaton'Wiraraia Medika'<br />

akan mempengaruhi kesehatan pada balitanya,<br />

dan bisa terjadi penyakit yang disebabkan oleh<br />

bakteri atau kuman.<br />

2. Kejadian Diare Pada Balita<br />

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan<br />

hampir setengahnya (39,8%) balita di Desa<br />

Sumberejo Kecamatan Ngasem Kabupaten<br />

KediriTahun 2009 mengalami diare.<br />

Diare adalah buang air besar lembek atau<br />

cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya<br />

lebih sering biasanya (biasanya 3 kali atau<br />

lebih dalam sehari ) dan berlangsung kurang dari<br />

14 hari. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi<br />

mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan<br />

parasit lainnya seperti jamur, cacing dan<br />

protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare<br />

adalah bakteri Escherichio Coli Enteropatogenik<br />

(EPEc ).<br />

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan<br />

dalam golongan 5 besar yaitu karena<br />

lnfeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno<br />

defisiensi, dan penyebab lain, tetapiyang sering<br />

ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah<br />

diare yang disebabkan infeksi bakteri, faktor<br />

penjamu (makanan dan minuman), lingkungan<br />

dan perilaku (sarana air bersih dan pembuangan<br />

tinja) (Amiruddin, 2007 ).<br />

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan<br />

diketahui bahwa masih banyak balita yang<br />

terkena diare, yaitu hampir setengah ibu yang<br />

mempunyai balita terkena diare. Dimana diare<br />

dapat disebabkan oleh beberapa fakor diantaranya<br />

lingkungan kurang bersih, makanan dan<br />

minuman yang terkontaminasi, dan juga perilaku<br />

yang kurang higienis seperti tidak rutin cuci<br />

tangan pakai sabun.<br />

3. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun<br />

Dengan Kejadian Diare<br />

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan<br />

pada 2 variabel dengan uji statistik M o nn W hitney<br />

dengan cr 0,05 (sistem komputerisasi/ SPSS 12)<br />

ternyata didapatkan bahwa ada hubungan<br />

perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kejadian<br />

diare pada balita di Desa Sumberejo Kecamatan<br />

Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2009.<br />

Diare dilaporkan telah membunuh 4 juta<br />

anak setiap tahunnya di Negara berkembang.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!