kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS
kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS
kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
" Astaga!" Galih menepuk dahinya.<br />
"Kenapa, Lih?" Jingga heran.<br />
"Aku lupa minta ongkos pada Bunda, "Galih kebingungan.<br />
"Ya sudah, pakai uangku <strong>sa</strong>ja," Jingga memutuskan.<br />
Begini jadinya kalau terlambat bangun, batin Galih. Pergi terburu-buru,<br />
tanpa <strong>sa</strong>rapan, dan yang paling parah, ya itu, lupa minta uang pada Bunda.<br />
Bunda juga lupa sepertinya. Padahal pergi dan pulang sekolah Galih harus naik<br />
bis kota. Belum lagi kalau lapar, harus jajan.<br />
Tadi malam Galih memang su<strong>sa</strong>h tidur. Dia terus memikirkan sikap<br />
bundanya yang tidak percaya padanya. Bunda menganggap Galih pemboros,<br />
tak pandai mengatur uang, suka belanja, dan banyak lagi julukan lain yang<br />
Bunda berikan pada Galih. Yang membuat Galih paling ke<strong>sa</strong>l, Bunda<br />
memperlakukannya seperti anak kelas tiga SD. Uang <strong>sa</strong>ku diberikan setiap<br />
mau berangkat sekolah. Sebel banget! Batin Galih.<br />
"Bunda payah, Ga! Tidak mau memberiku uang <strong>sa</strong>ku bulanan. Padahal<br />
kan, repot, kalau kejadian seperti ini terjadi. Untung ada kamu. Kalau tidak,<br />
aku tidak tahu harus berbuat apa, "Galih melontarkan keke<strong>sa</strong>lannya <strong>sa</strong>at mereka<br />
turun dari bis kota. Jingga tersenyum.<br />
"Masih untung kamu dapat uang <strong>sa</strong>ku harian. Coba kalau tidak dapat <strong>sa</strong>ma<br />
sekali, kan lebih parah," goda Jingga. "Eh, Lih! Mungkin bundamu punya<br />
pertimbangan lain," <strong>sa</strong>mbung Jingga.<br />
"Pertimbangan apa? Pertimbangan pelit?"<br />
"Ya… siapa tahu kamu pernah melakukan ke<strong>sa</strong>lahan. Sehingga bundamu<br />
menganggap kamu pemboros. Coba ingat-ingat."<br />
"Mmm, aku memang dulu pernah melakukan ke<strong>sa</strong>lahan. Dulu Bunda selalu<br />
memberiku uang <strong>sa</strong>ku untuk seminggu. Tapi baru hari keempat uang itu selalu<br />
sudah habis. Sejak itu Bunda memberiku uang <strong>sa</strong>ku harian."<br />
"Nah, itu kamu tahu penyebabnya. Jadi memang ada ala<strong>sa</strong>nnya, kan,<br />
bundamu tidak memberi uang bulanan."<br />
"Ya… tapi itu kan dulu, Ga! Ma<strong>sa</strong>' sekarang Bunda masih belum bi<strong>sa</strong><br />
mempercayai aku."<br />
Jingga tersenyum. "Galih, kamu harus beru<strong>sa</strong>ha mengembalikan<br />
kepercayaan Bunda dengan melakukan sesuatu."<br />
Pendidikan<br />
161