02.07.2013 Views

kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS

kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS

kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Laki-laki itu kira-kira berumur 28 tahun. Parasnya tampan, matanya<br />

menyinarkan intelek yang tajam. Kening di atas pangkal hidungnya berkerat,<br />

tanda banyak berpikir. Pakaiannya yang terdiri dari sebuah pantalon flanel<br />

kuning dan kemeja krem, serta pantas dan bersih. Ia tidak berbaju jas, tidak<br />

berdasi.<br />

Terkejut aku sejenak, ketika aku melihat perempuan yang melenggoklenggok<br />

di belakangnya itu. Hampir-hampir aku hendak berseru. Kukira<br />

Rukmini. . .<br />

Wanita itu nampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin<br />

ia lebih tua, tapi pakaian dan lagak lagunya mengurangi umurnya. Parasnya<br />

cantik. Hidungnya bangir dan matanya berkilau seperti mata seorang wanita<br />

India. Tahi lalat di atas bibirnya dan rambutnya yang ikal berlomba-lombaan<br />

menyempurnakan kecantikannya itu. Badannya lampai tetapi penuh berisi.<br />

Ia memakai kebaya merah dari sutra yang tipis, ditaburi dengan bunga<br />

melati kecil-kecil yang lebih putih nampaknya di atas latar yang merah. Kainnya<br />

batik Yogya yang juga berlatarkan putih.<br />

Orang penghabi<strong>sa</strong>n sudah kuladeni.<br />

"Sekarang Tuan," kataku.<br />

"Saya baru pindah ke kebon Mangga 11," <strong>sa</strong>hut laki-laki itu <strong>sa</strong>mbil<br />

bertelekan dengan tangannya di atas landa<strong>sa</strong>n loket.<br />

"O, minta pa<strong>sa</strong>ng?"<br />

"Betul, Tuan!…?" (sejurus ia menatap wajahku) " … tapi … tapi (tiba-tiba)<br />

astaga, ini kan Saudara Ha<strong>sa</strong>n, bukan?!"<br />

"Betul," (<strong>sa</strong>hutku agak tercengang, lantas menegas-negas wajah orang itu,<br />

"dan Saudara… siapa?"<br />

"Lupa lagi?" (tersenyum) "Ma<strong>sa</strong> lupa? Coba ingat-ingat!" Kutegas-tegas lagi.<br />

"An! Tentu <strong>sa</strong>ja kau tidak lupa? Ma<strong>sa</strong> lupa! Ini kan Saudara Rusli?"(Riang<br />

megeluarkan tangan ke luar loket untuk berjabatan).<br />

Saat itu pula dua badan yang terpi<strong>sa</strong>h oleh dinding, sudah ber<strong>sa</strong>mbung<br />

oleh sepa<strong>sa</strong>ng tangan kanan yang serta berjabatan. Mengalir seakan-akan<br />

per<strong>sa</strong>habatan yang sudah lama itu membawa kenangan kembali dari hati ke<br />

hati melalui jabatan tangan yang bergoyang-goyang turun naik, seolah-olah<br />

menjadi goyah karena derasnya aliran ra<strong>sa</strong> itu. Kepalaku seakan-akan turut<br />

tergoncangkan, menggeleng-geleng <strong>sa</strong>mbil berkata, "Astaga, tidak mengira kita<br />

akan berjumpa lagi. Di mana sekarang?"<br />

Pekerjaan<br />

211

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!