02.07.2013 Views

kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS

kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS

kelas09_bahasa-indonesia-bahasa-kebangsaanku_sa.. - UNS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ibu suka? Ibu tidak menjawab, hanya mentari hangat terbit dari<br />

bibirnya, mengalir ke lengannya yang lalu memelukku hangat. Selamat<br />

hari ibu! Bunga melati buat Ibu! Dan Ibu semakin erat memelukku.<br />

Ibu <strong>sa</strong>ngat suka bunga ini. Kata Ibu, melati itu putih, suci. Seperti ia<br />

yang ingin kembali suci. Tapi, ia bilang itu tidak mungkin.<br />

Kenapa? tanyaku. Karena ibu adalah lumpur. Ia tak akan<br />

menumbuhkan melati, apa lagi menjadi melati. Ia terlalu hina sebagai melati.<br />

Tapi, Ibu melati, <strong>sa</strong>hutku. Ibu melati dalam hatiku! Dan mentari itu<br />

kembali terbit lewat bibirnya, namun tak pernah ia naik ke langit biru.<br />

Wanginya, aku memang mengenalnya. Seperti wangi itu, wangi Ibu,<br />

wangi ke<strong>sa</strong>yangan Ibu.<br />

Tiba-tiba ada re<strong>sa</strong>h dalam nadiku, membuncah dalam dadaku. Aku<br />

tak mau sendiri. Aku ingin mengejar apa yang selama ini dikejar Ibu dalam<br />

kesendiriannya. Aku ingin mencari apa yang dicintainya dalam<br />

penantiannya hingga ia sekarang telah berhasil mendapatkannya. Nama<br />

itu. Nama itu, aku ingin mencarinya sebagaimana Ibu. Nama itu. Tuhan.<br />

Allah.<br />

Wangi itu kembali menyeruak dan membongkar keterasinganku.<br />

Wangi itu menyeretku dalam bayangan Ibu. Ibu yang begitu kucintai. Ibu<br />

yang tadi pagi, sebelum mentari benar-benar terbit dari balik punggung<br />

bukit yang berduri, terduduk kaku dalam sujudnya, sujud terakhirnya, sujud<br />

pada yang dirindukan dalam keterasingannya, sujud pada Tuhan, sujud<br />

pada Allah.<br />

Biarkan aku mengenal-Nya, Ibu! Biarkan aku mengenal-Nya! Lalu ku<br />

tahu harus bangkit. Karena, Ibu menunggu di luar <strong>sa</strong>na dengan terbaring,<br />

serta mentari di bibirnya yang tak pernah terbenam, kebahagiaannya<br />

berjumpa Kekasih.<br />

Ibu menungguku. Dan aku harus bergegas. Sebelum doa-doa itu u<strong>sa</strong>i,<br />

lagu dan puisi yang dicintai Ibu, yang dibaca Ibu dalam malam-malamnya.<br />

Sebelum mentari beranjak pergi. Karena, Ibu menungguku, untuk<br />

mengantar kepergiannya.<br />

Aku membuka pintu, dan wangi itu lalu menyeruak. Wangi melati.<br />

Malang, 13 Desember 2005<br />

Sumber: Republika, Minggu, 4 Maret 2007<br />

Olahraga dan Kebugaran<br />

23

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!