03.11.2014 Views

executive Summary - Komunitas AIDS Indonesia

executive Summary - Komunitas AIDS Indonesia

executive Summary - Komunitas AIDS Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TEMUAN LAPANGAN<br />

03. Kota Bandung.<br />

Populasi: 2.232.624. (2004).<br />

Luas wilayah: 16.729.65 Ha<br />

Estimasi Jumlah Penasun: 1750<br />

KPAD kota Bandung menempatkan dirinya lebih sebagai badan yang<br />

mengkoordinasikan program penanggulangan <strong>AIDS</strong>, sementara pelaksana<br />

program adalah anggota komisi. Belum tersedianya sekretariat permanen,<br />

ditambah lemahnya komunikasi dan koordinasi, disebut-sebut sebagai<br />

salah satu kendala untuk memainkan peran tersebut. 7<br />

Dinas Kesehatan. Lengan Dinas Kesehatan untuk penanggulangan<br />

bahaya HIV/<strong>AIDS</strong> adalah Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular<br />

(P2M), yang juga menangani berbagai penyakit seperti diare, kusta,<br />

demam berdarah. Salah satu masalah yang dihadapi Dinas Kesehatan<br />

adalah kesukaran menjangkau kelompok berisiko tinggi (pekerja seks<br />

komersial dan penasun), antara lain karena tidak tersedianya dukungan<br />

peraturan perundangan yang mendukungnya. Penjangkauan terhadap<br />

kelompok penasun lebih banyak dilakukan oleh lembaga swadaya<br />

masyarakat yang bekerja pada issue kesehatan dan HIV/<strong>AIDS</strong>. Sementara<br />

Dinas Kesehatan menyediakan layanan kesehatan melalui Puskesmas yang<br />

sudah memiliki tenaga terlatih dalam penanggulangan HIV/<strong>AIDS</strong>. Untuk<br />

mendekatkan akses pelayanan, di kota Bandung setidaknya sudah ada<br />

tiga Puskesmas (Buah Batu, Garuda, dan Sarijadi) yang menyediakan<br />

beberapa layanan tertentu. Tiga Puskesmas ini bekerja sama dengan<br />

LSM (yang melakukan kerja pengjangkauan), dan memberikan layanan<br />

kesehatan dasar, pengobatan infeksi alat suntik, dan rujukan (klinis,<br />

laboratorium, untuk pengobatan tindak lanjut, atau rujukan untuk<br />

konseling khusus atau pendampingan). Komponen kegiatan lain di ketiga<br />

Puskesmas ini adalah sosialisasi program di tingkat wilayah kerjanya.<br />

Dukungan anggaran sementara ini belum dapat dipastikan. Ada kesukaran<br />

dalam menentukan anggaran untuk penanggulangan masalah<br />

permasalahan HIV/<strong>AIDS</strong> karena sasarannya dianggap yang kurang jelas.<br />

Kantor Sosial. Program atau strategi Kantor Sosial dalam menanggulangi<br />

permasalahan HIV/<strong>AIDS</strong> dan narkotika baru berupa pengajuan rancangan,<br />

sedangkan upaya yang dilakukan mengacu kepada tugas pokok dan fungsi<br />

dari lembaga ini. Dalam hal ini, tidak terdapat rancangan khusus<br />

penanggulangan tetapi lebih kepada permintaan atau kasus yang datang<br />

ke Kantor Sosial.<br />

Kepolisian Daerah. Untuk merespon masalah ini, pihak Kepolisin Daerah<br />

Bandung (menangani 154 kasus narkotika pda tahun 2005) sampai saat<br />

98 SKEPO<br />

Rapid Situations and Responses Assessment IDUs Jawa Barat, 2005<br />

TEMUAN LAPANGAN<br />

ini belum memiliki kebijakan atau strategi khusus. Landasan kerja pihak<br />

kepolisian adalah UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-<br />

Undang No. 22 tahun 1997, yang terutama ditujukan untuk mengurangi<br />

pasokan/peredaran narkotika.<br />

Lembaga Pemasyarakatan Banceuy. Dari surveillance yang dilakukan<br />

bersama Dinas Kesehatan Kota Bandung, pada Desember 2005, ditemukan<br />

bahwa dari 250 orang penghuni Lapas Banceut, terdapat 27 orang positif<br />

HIV. Sayangnya, tidak ada tindakan lebih lanjut untuk menangani masalah<br />

ini di Lapas, karena tidak tersedianya fasilitas (klinik); di samping kesukaran<br />

untuk yang berkait dengan daya tampung Lapas (dengan daya tampung<br />

550 orang, dan dihuni sekitar 600-800 penghuni). Kerjasama dengan<br />

RSHS sudah dilakukan untuk konseling VCT yang sudah berlangsung<br />

selama satu tahun, tapi sampai sekaramh belum ada penghuni Lapas<br />

yang meminta pemeriksaan. 8<br />

04. Kota Cimahi<br />

Populasi: 496.060 (2005)<br />

Luas Wilayah: 40.2 Km2<br />

Estimasi jumlah penasun: 50<br />

Dekatnya bahaya HIV/<strong>AIDS</strong> terungkap dalam diskusi dengan penyedia<br />

layanan di Kota Cimahi. Setidaknya dua rumah sakit setempat pernah<br />

memiliki pengalaman dalam penanganan penderita ODHA. Rumah Sakit<br />

Mitra Kasih pernah beberapa hari menangani satu penderita asal Jakarta,<br />

tahun 2004. Demikian juga dengan Rumah Sakit Dustira yang sudah<br />

pernah merawat tiga penderita (masing-masing: satu bayi yang dirujuk<br />

dari RS Hasan Sadikin, Bandung; satu penderita yang sekarang sudah<br />

meninggal, dan satu orang penduduk Cimahi).<br />

Penuturan serupa ditemukan di Klinik Soteria, Cimahi, yang secara<br />

akumulatif sudah merawat 15 orang ODHA yang berasal dari berbagai<br />

kota. Mereka datang ke Klinik ini khusus untuk keperluan pengobatan. 9<br />

KPAD dan BNK. KPAD lebih menempatkan dirinya sebagai lembaga<br />

koordinasi program, yang diimplementasikan di instansi penyedia layanan.<br />

Program kerja yang sudah dilaksanakan lebih banyak berada di area<br />

pencegahan. Tampaknya sekurangnya pada satu tahun mendatang,<br />

aktivitas masih akan ditekankan pada upaya pencegahan penyebaran<br />

HIV/<strong>AIDS</strong>. Demikian juga dengan BNK yang pada tahun 2006, dengan<br />

pengajuan anggaran sebesar Rp 100 juta, akan mengarahkan program<br />

kerja pada aspek pencegahan, pengobatan, dan pemberantasan.<br />

SKEPO<br />

Rapid Situations and Responses Assessment IDUs Jawa Barat, 2005<br />

99

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!