You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
seni hiburan<br />
teater<br />
siapa pun yang menentang rencananya. Yang<br />
membangkang dia buang ke belakang. Hutan<br />
dianggap tak ada faedahnya, pohon dianggap<br />
tak berjiwa, jadi lebih baik dibasmi. Sedangkan<br />
manusia adalah makhluk utama.<br />
Rakyat melawan. Pengusaha yang licik ini<br />
berhasil ditangkap. Namun karena rakyat “terlalu<br />
baik hati” dan menghindari cara kekerasan,<br />
si pengusaha dapat melarikan diri. Bahkan<br />
dia tertawa ketika rakyat berdoa dan meminta<br />
ampun kepada Tuhan karena selama ini sudah<br />
lalai.<br />
Namun, pada saat yang tidak diduga, pengusaha<br />
itu datang lagi ke kampung, menangisnangis<br />
minta maaf kepada rakyat. “Aku mengaku<br />
salah, aku tobat. Aku rusak hutan, cemari<br />
laut, polusi udara, rampok bumi. Aku dosa.”<br />
Demikian isi cerita Spectacle Zero: A Visual<br />
Theatre Performance karya Putu Wijaya yang<br />
dipentaskan Teater Tanah Air di Gedung Kesenian<br />
Jakarta, Jumat 11 April 2014. Pementasan<br />
ini merupakan bagian dari Pesta Kesenian Anakanak<br />
“Mutiara Indonesia” (Peska) X, tontonan<br />
yang dikhususkan bagi anak-anak dan keluarga,<br />
yang digelar pada 11, 12, dan 13 April 2014.<br />
Sutradara Jose Rizal Manua kali ini menyuguhkan<br />
penampilan berbeda. Dalam durasi<br />
hampir 45 menit, anak-anak dari Teater Tanah<br />
Air ini berada di panggung nyaris terus-menerus<br />
secara full team, bukan ke belakang panggung<br />
dulu sebagian untuk nanti bergantian tampil.<br />
Butuh pemain berdedikasi kuat untuk bisa<br />
membawakannya nyaris tanpa cela seperti<br />
anak-anak ini. Tentu itu pekerjaan rumah yang<br />
tidak main-main juga bagi penata gerak Jecko<br />
Siompo untuk menciptakan gerakan-gerakan<br />
yang bukan hanya berbobot artistik, tapi juga<br />
Majalah detik 21 - 27 april 2014