Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf
Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf
Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Selain faktor-faktor penentu tersebut, keberhasilan pelaksanaan desentralisasi<br />
juga akan sangat ditentukan oleh adanya keseimbangan yang tepat antara pengaturan<br />
desentralisasi dan sentralisasi dan menghubungkan keduanya dalam sebuah cara<br />
dimana dapat mempromosikan pembangunan yang paling efektif. Hal ini harus turut<br />
dipertimbangkan dengan mengingat bahwa pembahasan mengenai desentralisasi juga<br />
tidak dapat dilepaskan dari sentralisasi sebagaimana diungkapkan oleh Rondinelli, Nellis<br />
dan Cheema (1983, 33-34) yang menyatakan bahwa jarang sekali ada negara di dunia<br />
ini yang hanya melaksanakan sentralisasi ataupun desentralisasi saja dalam<br />
penyelenggaraan pemerintahannya. Sentralisasi dan desentralisasi menurut mereka<br />
tidaklah eksklusif atau dikotomis satu sama lainnya. Karenanya, keberhasilan<br />
pelaksanaan desentralisasi akan sangat ditentukan juga oleh kemampuan sebuah<br />
negara dalam menyeimbangkan pelaksanaan kedua asas tersebut dalam<br />
penyelenggaraan pemerintahannya. Artinya, harus dipertimbangkan secara tepat dan<br />
baik mengenai seberapa besar desentralisasi itu sebaiknya diberikan kepada daerah<br />
dan dalam urusan apa daerah seharusnya diberikan kewenangan untuk mengaturnya<br />
sehingga didapatkan keseimbangan yang optimal dan dinamik antara derajad intervensi<br />
pusat dan diskresi oleh daerah dalam pelaksanaan desentralisasi.<br />
Dalam konteks Indonesia, penyelenggaraan desentralisasi khususnya semenjak<br />
diterapkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian digantikan oleh UU No. 32 Tahun<br />
2004, dinilai oleh sejumlah kalangan masih menyisakan sejumlah persoalan di<br />
lapangan. Sejumlah persoalan ini muncul karena adanya paradigma dan sistem baru<br />
dari kedua UU tersebut yang menghendaki beberapa perubahan seperti perubahan<br />
kewenangan, kelembagaan dan tatalaksana hubungan antara pusat dan daerah.<br />
Terkait dengan munculnya sejumlah permasalahan dalam penyelenggaraan<br />
desentralisasi ini, Turner dan Hulme (1997) mengemukakan pertanyaan mengenai<br />
penyebab terjadinya permasalahan ini. Menurut mereka, terdapat kesalahan entah<br />
karena teori desentralisasi yang salah ataupun kesalahan dalam menjalankan praktik<br />
desentralisasi sehingga apa yang ingin dicapai dari pelaksanaan desentralisasi masih<br />
banyak yang belum dapat diwujudkan dan cenderung menimbulkan berbagai masalah<br />
dalam pelaksanaannya di berbagai negara. Menyangkut permasalahan ini, tim revisi<br />
UU No. 32/2004 menyadari bahwa dalam konteks Indonesia, persoalan desentralisasi<br />
dapat muncul dari keduanya atau bahkan interaksi antar keduanya. Terkait hal ini,<br />
dalam pandangan tim revisi UU No. 32/2004, subtansi yang kabur dalam peraturan<br />
perundangan dapat menjadi sumber masalah dalam pelaksanaan desentralisasi<br />
sebagaimana juga kegagalan untuk melaksanakan desentralisasi sesuai semangat dari<br />
peraturan perundangan yang berlaku. Bahkan, subtansi yang salah dalam pengaturan<br />
dapat memicu implementasi yang salah pula. Hal ini mereka kemukakan dengan<br />
merujuk kepada banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa ketidakjelasan<br />
dalam pengaturan kebijakan desentralisasi menimbulkan masalah dalam implementasi<br />
desentralisasi.<br />
Berangkat dari uraian-uraian di atas, bab ini berusaha untuk melakukan analisis<br />
terhadap kondisi pelaksanaan desentralisasi yang saat ini ada khususnya dilihat dari<br />
pelaksanaan program-program terkait desentralisasi yang terdapat dalam <strong>RPJMN</strong><br />
2005-2009. Sesuai dengan perubahan paradigma dan mekanisme dalam<br />
<br />
10