16.11.2014 Views

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kota, serta tata hubungan kewenangan antara asas desentralisasi dan asas<br />

dekonsentrasi.<br />

Pada sisi lainnya pembagian kewenangan yang bersifat simetris untuk semua<br />

daerah otonom sebagaimana dianut oleh UU No. 22/1999 dan UU No. 32/2004 tidak<br />

sesuai dengan prinsip kemampuan daerah. Setiap daerah memiliki kewajiban yang<br />

sama untuk melaksanakan urusan. Faktanya adalah bahwa kemampuan finansial dan<br />

sumber daya manusia di setiap daerah tidaklah sama. Tuntutan kewajiban yang simetris<br />

dan kemampuan yang tidak simetris ini menimbulkan kesenjangan antara daerah.<br />

Kasus kurang gizi juga busung lapar yang terjadi beberapa waktu lalu bisa jadi<br />

merupakan indikasi awal kesenjangan antara kewajiban yang dibebankan dan<br />

kemampuan daerah otonom untuk melaksanakan kewajiban tersebut.<br />

Sementara itu, dalam hal permasalahan yang terkait dengan institusi di daerah<br />

yang berlebihan dan terfragmentasi, permasalahan mengenai penyeragaman jumlah<br />

dinas dan pembidangan dalam dinas membawa dua masalah, yaitu: (1) tidak<br />

memperhatikan keterkaitan luas wilayah, jumlah penduduk dan kompleksitas<br />

permasalahan; serta (2) semangat desentralisasi politik melalui otonomi organisasi<br />

internal tidak dapat diwujudkan. Selain itu bervariasinya struktur, nomenklatur dan<br />

jumlah kelembagaan di daerah menyebabkan tidak sinkronnya kelembagaan yang ada<br />

di daerah dan di pusat. Ini menyebabkan ketidakmampuan kelembagaan daerah untuk<br />

menampung dan mengimplementasikan program dari pemerintah pusat yang<br />

didelegasikan ke daerah melalui tugas-tugas dekonsentrasi dari departemen sektoral.<br />

Selain itu, beragamnya nomenklatur organisasi antara pusat, propinsi, dan<br />

Kabupaten/Kota juga telah mengakibatkan koordinasi, tupoksi dan pelaksanaan teknis<br />

operasional antar dan intra tingkatan menjadi kurang lancar dan kurang efisien.<br />

Hubungan antar lembaga di daerah membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena itu,<br />

masalah yang ditimbulkan dari beragamnya struktur dan nomenklatur lembaga di daerah<br />

Kabupaten dan Kota terletak pada koordinasi, sinkronisai dan kerjasama antar daerah<br />

Kabupaten/Kota. Demikian juga koordinasi antara Kabupaten dan Propinsi dalam<br />

rangka penyelenggaraan kewenangan. Dampak variasi struktur dinas ini diperburuk<br />

dengan lemahnya hubungan antara propinsi dan kabupaten, fungsi Gubernur sebagai<br />

kepala wilayah tidak dapat dioptimalkan.<br />

2. Arsitektur Legal bagi <strong>Desentralisasi</strong><br />

Dalam hal arsitektur legal bagi desentralisasi ini, terdapat sejumlah permasalahan<br />

yang terkait dengan konflik berbagai peraturan perundang-undangan sektoral dengan<br />

peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah, serta<br />

permasalahan yang terkait dengan banyaknya Perda yang bertentangan dengan<br />

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.<br />

Konflik antara berbagai peraturan perundang-undangan sektoral dengan<br />

peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah menurut<br />


<br />

28


Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!