16.11.2014 Views

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(4) Pemekaran daerah memang mendekatkan jarak rentang kendali, tetapi dilain pihak<br />

meningkatkan biaya transportasi<br />

Permasalahan yang dihadapi terkait dengan pembentukan DOB juga dapat dilihat<br />

dari hasil kajian tim revisi UU No. 32/2004. Terdapat sejumlah permasalahan<br />

menyangkut pembentukan DOB menurut tim revisi UU No. 32/2004 sebagai berikut: (1)<br />

pembentukan DOB cenderung kurang terkendali dan hanya didorong oleh kepentingan<br />

elite politik dan birokrasi; (2) pembentukan DOB sering berdampak negatif terhadap<br />

daerah induk dan daerah baru terkait dengan penurunan kualitas pelayanan publik,<br />

konflik yang muncul sebagai ekses dari pemekaran, dan proliferasi kecamatan dan<br />

kelurahan/desa yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan; (3) biaya pemerintahan<br />

cenderung menjadi semakin mahal karena semakin banyak biaya birokrasi dan aparatur<br />

yang harus ditanggung oleh pemerintah; serta (4) pengaturan pemekaran dalam PP No.<br />

78/2007 seringkali kalah dengan ketentuan dalam UU No. 10/2004.<br />

Untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait dengan pembentukan DOB ini,<br />

terdapat sejumlah usulan. Usulan tersebut diantaranya sebagaimana dapat dilihatdari<br />

hasil FGD yang pernah dilakukan oleh Direktorat Otda Bappenas sebagai berikut: (1)<br />

perlu diketahui jumlah kabupaten/kota dan provinsi yang ideal; (2) pemekaran<br />

hendaknya mempertimbangkan dampaknya terhadap SDA dan lingkungan hidup; (3)<br />

pemekaran juga hendaknya mempertimbangkan sisi ekonomi pembangunan selain<br />

ekonomi publik; (4) prosedur dan mekanisme penghapusan dan penggabungan<br />

diarahkan agar terintegrasi dengan pemekaran daerah; serta (5) kemandirian fiskal<br />

hendaknya tidak diterjemahkan sebagai tambahan jenis pajak dan retribusi daerah.<br />

4. Pembagian Urusan (Functional Assignment)<br />

Seperti halnya dengan pembentukan DOB, masalah pembagian urusan pun<br />

masih menjadi masalah utama dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah<br />

selama ini. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah permasalahan yang masih dan terus<br />

dihadapi terkait dengan masalah pembagian urusan ini.<br />

Suwandi (2008) misalnya, mencatat sejumlah permasalahan dalam hal<br />

pembagian urusan sebagai berikut: (1) terdapat 31 urusan yang telah<br />

didesentralisasikan ke daerah; (2) terjadi tumpang tindih antar tingkatan pemerintahan<br />

dalam pelaksanaan urusan tersebut sebagai akibat dari belum sinkronnya UU yang<br />

mengatur tentang otonomi daerah dengan UU sektor; (3) terjadi tarik menarik urusan,<br />

khususnya pada urusan-urusan yang mempunyai potensi pendapatan (revenue); (4)<br />

adanya gejala keengganan dari departemen/LPND untuk mendesentralisasikan urusan<br />

secara penuh karena kekhawatiran daerah belum mampu melaksanakan urusan<br />

tersebut secara optimal; serta (5) tidak jelasnya mekanisme supervisi dan fasilitasi oleh<br />

departemen/LPND terhadap daerah akibat ketidakjelasan mekanisme koordinasi antara<br />

Depdagri sebagai pembina umum dengan departemen/LPND sebagai pembina teknis.<br />


<br />

32


Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!