16.11.2014 Views

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

Naskah Akademik RPJMN Desentralisasi 2010-2014.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pusat. Daerah otonom merupakan bentukan dari pemerintah pusat melalui Undang-<br />

Undang Pembentukan Daerah Otonom. Begitu juga dengan kewenangan yang dimiliki<br />

oleh pemerintah daerah merupakan pendelegasian/pelimpahan yang diberikan oleh<br />

pemerintah pusat. Karenanya, status daerah otonom dan otonomi daerah, termasuk<br />

kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah bersifat ”dipinjamkan” dan dapat<br />

ditarik kembali oleh pemerintah pusat, jika Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan<br />

Rakyat (juga Dewan Perwakilan Daerah) berkehendak dan bersepakat untuk menarik<br />

kembali status daerah otonom yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut.<br />

Kedudukan dan status daerah otonom tersebut berlaku untuk semua daerah<br />

otonom, tidak terkecuali. Karenanya, semua kebijakan dan peraturan perundangundangan<br />

yang dibuat oleh pemerintah pusat berlaku juga untuk setiap level<br />

pemerintahan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota, kecuali ditetapkan lain oleh<br />

undang-undang. Untuk itu, jika kemudian terdapat berbagai macam peraturan daerah<br />

yang menyimpang dengan ketentuan Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan,<br />

maka hal ini harus diuji oleh Pemerintah Pusat sebagai pihak pemberi otonomi tersebut.<br />

Jika berdasarkan hasil pengujian tersebut ternyata sebuah Perda nyata-nyata<br />

melanggar prinsip-prinsip dasar dalam konstitusi dan juga ketentuan perundangperundangan<br />

di tingkat nasional, maka pemerintah pusat dapat membatalkan peraturan<br />

daerah tersebut. Kehidupan berbangsa dan bernegara harus didasarkan pada normanorma<br />

yang disepakati bersama (yang kita sebut konstitusi dan UU), sehingga keutuhan<br />

berbangsa dan bernegara tersebut tetap dapat dipertahankan.<br />

Otonomi daerah adalah wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada<br />

daerah untuk mengatur dan mengurus kebutuhan dan potensi dan rumah tangganya<br />

sendiri. Meskipun demikian, otonomi daerah bukanlah tanpa batas, sehingga<br />

menyebabkan dilanggarnya berbagai prinsip dan norma konstitusi serta berbagai<br />

macam peraturan perundang-undangan di tingkat nasional. Dalam hal ini, pemerintahan<br />

daerah dalam menyusun peraturan daerah harus memperhatikan prinsip homogenitas,<br />

yaitu kesesuaian dengan norma dan prinsip sebagaimana diatur di tingkat nasional.<br />

Artinya, baik meyangkut proses pembentukannya, maupun materi dan substansinya<br />

harus berdasarkan pada ketentuan yang ditingkat pusat (aspek yuridis) serta<br />

memperhatikan aspek filosofis dan sosiologis masyarakat yang akan menjalankan<br />

ketentuan tersebut.<br />

Untuk mengatasi banyaknya Perda yang bermasalah, Pemerintah Pusat dapat<br />

melakukan pengawasan Perda yang pada intinya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:<br />

(1) pengawasan yang bersifat preventif; serta (2) pengawasan yang bersifat represif.<br />

Kedua pengawasan ini pernah diterapkan di Indonesia baik secara sendiri-sendiri<br />

maupun secara hybrid. Secara teoritik, pengawasan represif memiliki muatan yang lebih<br />

besar untuk meningkatkan otonomi daerah, dimana daerah otonom dapat menetapkan<br />

peraturan daerah tanpa persetujuan pemerintah pusat terlebih dahulu. Pembatalan<br />

hanya akan dilakukan jika menurut pemerintah pusat perda tersebut melanggar<br />

peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi. Pengawasan yang demikian<br />

memiliki sisi negatif, karena kemampuan pemerintah pusat yang terbatas untuk<br />

melakukan pengawasan dan pembatalan terhadap perda-perda yang sudah ditetapkan.<br />


<br />

30


Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!