29.01.2015 Views

buletin kadin Juli 2008-revised.indd - Kadin Indonesia

buletin kadin Juli 2008-revised.indd - Kadin Indonesia

buletin kadin Juli 2008-revised.indd - Kadin Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

16<br />

Agustus - September <strong>2008</strong> Info <strong>Kadin</strong><br />

DJIA<br />

13,500<br />

13,000<br />

12,500<br />

12,000<br />

11,500<br />

11,000<br />

10,500<br />

DJIA<br />

IHSG<br />

DOW Jones Index dan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI<br />

January 2007- 4 Agustus <strong>2008</strong><br />

2-Jan-08<br />

14-Jan-08<br />

23-Jan-08<br />

31-Jan-08<br />

21-Feb-08<br />

29-Feb-08<br />

11-Mar-08<br />

19-Mar-08<br />

28-Mar-08<br />

7-Apr-08<br />

15-Apr-08<br />

23-Apr-08<br />

2-May-08<br />

12-May-08<br />

21-May-08<br />

2-Jun-08<br />

10-Jun-08<br />

18-Jun-08<br />

26-Jun-08<br />

7-Jul-08<br />

15-Jul-08<br />

23-Jul-08<br />

1-Aug-08<br />

perekonomian AS, tetapi juga karena<br />

peningkatan inflasi telah mendorong<br />

Setelah sempat mengalami sedikit tekanan<br />

di bulan Mei <strong>2008</strong>, sejak bulan Juni lalu<br />

kurs rupiah cenderung terus menguat<br />

hingga akhir bulan <strong>Juli</strong> lalu. Sebagai<br />

lembaga yang bertugas menjaga laju inflasi<br />

dan menjaga stabilitas kurs mata uang<br />

rupiah, Bank <strong>Indonesia</strong> dapat dikatakan<br />

berhasil menjaga nilai rupiah pada level<br />

yang relatif aman bagi perkembangan<br />

ekonomi <strong>Indonesia</strong>, kendati harus<br />

mengorbankan cadangan devisa.<br />

Melemahnya rupiah ke level Rp 9.376 per<br />

dollar AS pada 27 Mei <strong>2008</strong> lalu sempat<br />

menimbulkan kekhawatiran di kalangan<br />

pelaku ekonomi. Kekhawatiran terhadap<br />

terganggunya stabilitas moneter muncul<br />

bersamaan dengan meningkatnya angka<br />

inflasi pada bulan Mei tersebut. Intervensi<br />

Bank <strong>Indonesia</strong> berhasil membawa<br />

kurs rupiah ke tingkat yang lebih aman,<br />

meskipun kebijakan ini membawa<br />

konsekuensi pada menurunnya cadangan<br />

devisa. Posisi cadangan devisa yang pada<br />

IHSG<br />

2800<br />

2600<br />

2400<br />

2200<br />

2000<br />

kenaikan tingkat suku bunga di beberapa<br />

negara Asia.<br />

Perkembangan Pasar Uang dan Pasar Modal<br />

Rp/US$<br />

9,000<br />

9,100<br />

9,200<br />

9,300<br />

9,400<br />

9,500<br />

23 Mei <strong>2008</strong> tercatat sebesar US$ 58,8<br />

miliar, turun hampir sebesar 2 miliar pada<br />

6 Juni <strong>2008</strong> lalu, yaitu menjadi US$ 56,9<br />

miliar. Namun, kinerja ekspor yang sangat<br />

baik dalam dua bulan terakhir ini telah<br />

meningkatkan kembali cadangan devisa,<br />

dan bahkan mencapai angka US$ 60,6<br />

miliar pada akhir <strong>Juli</strong> <strong>2008</strong> lalu. Cadangan<br />

devisa sebesar itu merupakan suatu prestasi<br />

tersendiri bagi perekonomian <strong>Indonesia</strong>,<br />

karena selain diperoleh dalam kondisi<br />

perekonomian dunia yang sedang melemah,<br />

cadangan yang sejumlah 5,5 bulan impor<br />

itu diharapkan mampu menjaga kelanjutan<br />

kegiatan perekonomian.<br />

Selain menjaga stabilitas rupiah Bank<br />

<strong>Indonesia</strong> juga terus mengantisipasi<br />

kemungkinan dampak dari naiknya inflasi<br />

akibat kenaikan harga BBM. Dalam<br />

menjaga kemungkinan melonjaknya inflasi<br />

tersebut, Bank <strong>Indonesia</strong> sampai telah<br />

empat kali menaikkan suku bunga acuan<br />

BI-rate sejak bulan Mei lalu, sehingga sejak<br />

Kurs Tengah Rupiah terhadap Dollar AS<br />

Januari <strong>2008</strong> - 4 Agustus <strong>2008</strong><br />

2-Jan-08<br />

11-Jan-08<br />

21-Jan-08<br />

29-Jan-08<br />

7-Feb-08<br />

15-Feb-08<br />

25-Feb-08<br />

4-Mar-08<br />

13-Mar-08<br />

25-Mar-08<br />

2-Apr-08<br />

10-Apr-08<br />

18-Apr-08<br />

28-Apr-08<br />

7-May-08<br />

15-May-08<br />

23-May-08<br />

2-Jun-08<br />

10-Jun-08<br />

18-Jun-08<br />

26-Jun-08<br />

4-Jul-08<br />

14-Jul-08<br />

22-Jul-08<br />

30-Jul-08<br />

9,103<br />

Kendati demikian, Dana Moneter<br />

Internasional (IMF) melihat bahwa krisis<br />

kredit di Amerika Serikat tidak seburuk<br />

yang dikhawatirkan berbagai pihak.<br />

Meskipun juga memperkirakan kenaikan<br />

tingkat inflasi pada berbagai negara<br />

di dunia, lembaga ini menjelang akhir<br />

bulan <strong>Juli</strong> lalu, melakukan revisi ke atas<br />

terhadap terhadap perkiraan pertumbuhan<br />

ekonomi dunia untuk tahun <strong>2008</strong>, yaitu<br />

menjadi 4,1 persen dari sebelumnya<br />

sebesar 3,7 persen. Begitupun lembaga<br />

tersebut tetap memperingatkan bahwa<br />

perekonomian dunia masih berada pada<br />

kondisi yang sangat sulit. Hal ini tidak<br />

saja berkaitan dengan menurun tajamnya<br />

tingkat permintaan sektor-sektor ekonomi<br />

akibat tingginya tekanan inflasi, tetapi juga<br />

dipengaruhi oleh ketidak stabilan sektor<br />

keuangan dan kondisi pasar saham global.<br />

5 Agustus <strong>2008</strong> lalu BI-rate kembali berada<br />

pada level 9 persen. Hal ini diharapkan<br />

dapat menahan keluarnya dana dari<br />

<strong>Indonesia</strong>, yang berpotensi menurunkan<br />

kurs rupiah jika suku bunga riil dalam<br />

negeri mengalami penurunan. Dengan suku<br />

bunga BI-rate sebesar 9 persen, diharapkan<br />

suku bunga riil di <strong>Indonesia</strong> tidak terlalu<br />

rendah dengan inflasi kumulatif (selama<br />

tujuh bulan) sebesar 8,85 persen hingga<br />

bulan <strong>Juli</strong> lalu. Melalui kebijakankebijakannya<br />

ini Bank ini terlihat sangat<br />

konsisten menjaga stabilitas moneter dalam<br />

negeri, baik dengan menjaga stabilitas nilai<br />

tukar maupun menjaga tingkat inflasi agar<br />

tidak mengalami overshooting.<br />

Sementara itu, terus menurunnya kinerja<br />

pasar modal <strong>Indonesia</strong> berlangsung sejalan<br />

dengan menurunnya kinerja pasar modal<br />

global. Sejak 20 Juni <strong>2008</strong> indeks Dow<br />

Jones terus terkoreksi tajam, sehingga pada<br />

15 <strong>Juli</strong> <strong>2008</strong> sempat berada pada level<br />

10,962.54, atau mengalami penurunan<br />

sebesar 13,3 persen terhadap level<br />

12,638.32 pada akhir Mei <strong>2008</strong>. Dalam<br />

kurun waktu yang sama indeks harga saham<br />

gabungan (IHSG) di Bursa Efek <strong>Indonesia</strong><br />

juga mengalami penurunan sebesar 9,4<br />

persen, yaitu dari 2,444.35 pada akhir Mei<br />

<strong>2008</strong> menjadi 2,214.85 pada 15 <strong>Juli</strong> <strong>2008</strong><br />

lalu.<br />

Selain dipengaruhi oleh melemahnya bursa<br />

global, penurunan IHSG juga dipengaruhi<br />

oleh reaksi negatif pasar terhadap tingginya<br />

tingkat inflasi dalam dua bulan terakhir ini.<br />

Angka inflasi yang mencapai 1,41 persen<br />

pada bulan Mei dan sebesar 2,46 persen<br />

pada bulan Juni lalu telah menimbulkan<br />

kekhawatiran pada para pelaku pasar.<br />

Disamping itu, naiknya suku bunga SBI<br />

dan suku bunga deposito yang ditawarkan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!