buletin kadin Juli 2008-revised.indd - Kadin Indonesia
buletin kadin Juli 2008-revised.indd - Kadin Indonesia
buletin kadin Juli 2008-revised.indd - Kadin Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Info <strong>Kadin</strong> Agustus - September <strong>2008</strong><br />
9<br />
operasi pasar. Perum Bulog kini mengelola<br />
CBP dan stok penyangga, terutama untuk<br />
menjalankan program beras untuk keluarga<br />
miskin (raskin). Apabila saat ini Bulog<br />
hanya mampu melakukan pengadaan<br />
beras dalam negeri mencapat 2 juta ton<br />
atau lebih, hal itu adalah batas bawah<br />
tingkat aman untuk mengantisipasi gejolak<br />
peningkatan harga, terutama pada musim<br />
paceklik. Kapasitas gudang Bulog di<br />
seluruh <strong>Indonesia</strong> mencapai 4 juta ton lebih,<br />
sehingga strategi pengadaan pangan (dari)<br />
dalam negeri hampir perlu memperoleh<br />
perhatian memadai.<br />
Strategi kedua adalah memberdayakan<br />
masyarkat untuk meningkatkan<br />
cadangan pangan yang bersifat pokok,<br />
walau pun tidak terbatas pada romantisasi<br />
lumbung pangan seperti pada masa lalu.<br />
Apabila kekuatan Bulog hanya 7 persen<br />
dari total produksi beras di dalam negeri,<br />
berarti sebagian besar stok pangan di<br />
<strong>Indonesia</strong> itu dikelola masyarkat sendiri<br />
dan kalangan dunia usaha (Kamar Dagang<br />
dan Industri <strong>Indonesia</strong>=KADIN). Di satu<br />
sisi, secara administratif (dan legal formal)<br />
telah ditegaskan bahwa ketahanan pangan<br />
adalah “urusan wajib” bagi pemerintahan<br />
daearah (Peraturan Pemerintah (PP)<br />
Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan<br />
Pertanggungjawaban Pemerintahan Daerah<br />
dan PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang<br />
Pembagian Urusan Pemerintahan antara<br />
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,<br />
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/<br />
Kota). Dalam hal ini kata kuncinya<br />
adalah pemerintah dan pemerintah daerah<br />
(plus masyarakat) perlu bahu-membahu<br />
meningkatkan cadangan pangan, demi<br />
terciptanya ketahanan pangan, bahkan<br />
kemandirian pangan di <strong>Indonesia</strong>.<br />
Upaya pengelolaan cadangan pangan<br />
oleh pemerintah daerah dapat menjadi<br />
komplemen dari cadangan beras pemerintah<br />
(CBP) di tingkat pusat (yang umumnya<br />
dikelola Perum Bulog). Prasyarat, kriteria,<br />
dan indikator untuk mewujudkan cadangan<br />
pangan regional ini memang perlu secara<br />
rinci dirumuskan, agar meminimalisir<br />
upaya perburuan rente dari para petualang.<br />
Di sisi lain, dengan tantangan di tingkat<br />
global yang berubah cukup cepat tersebut,<br />
komoditas pangan adalah primadona<br />
investasi dan seharusnya menjadi prioritas<br />
investasi bagi dunia usaha. Namun<br />
demikian, dunia usaha tetap harus<br />
memperhatikan bahwa komoditas pangan<br />
(dan pertanian) lainnya juga mengandung<br />
risiko usaha seperti faktor musim, jeda<br />
waktu (time-lag), perbedaan produktivitas<br />
dan kualitas produk yang cukup mencolok.<br />
Siapa pun perlu memperhatikan mekanisme<br />
lindung nilai (hedging) yang telah tersedia,<br />
serta mekanisme lain yang masih akan<br />
berkembang, karena di dalam komoditas<br />
pangan ini juga melibatkan petani sebagai<br />
stakeholders paling strategis dalam<br />
investasi di sektor pangan. Instrumen pasar<br />
lelang dan resi gudang adalah langkah awal<br />
yang perlu dikuasai dan dikembangkan<br />
untuk masuk ke dalam pasar berjangka<br />
yang lebih menantang.<br />
Strategi ketiga adalah tidak berhenti<br />
untuk meningkatkan produksi dan<br />
produktivitas pangan melalui aplikasi<br />
teknologi baru, yang dihasilkan melalui<br />
perjalanan panjang penelitian dan<br />
pengembangan (R and D), serta penelitian<br />
untuk pengembangan (R for D). Dunia<br />
usaha dan sektor swasta <strong>Indonesia</strong> secara<br />
umum perlu secara nyata melaksanakan<br />
kemitraaan strategis dengan peguruan<br />
tinggi dan pusat-pusat penelitian pangan,<br />
yang sebenarnya tersebut di segenap<br />
pelosok <strong>Indonesia</strong>. Hanya dengan R-<br />
and-D dan R-for-D inilah, inovasi baru<br />
akan tercipta, sehingga daya saing<br />
Imdonesia akan meningkat berlipat-lipat.<br />
Dunia usaha dapat pula untuk menjadi<br />
aktor terdepan dalam mengembangkan<br />
diversifikasi pangan, terutama yang<br />
berbasis pemanfaatan teknologi dan industri<br />
pangan. Diversifikasi pangan yang berbasis<br />
kearifan dan budaya lokal akan sangat<br />
kompatibel dengan strategi pemenuhan<br />
kebutuhan gizi yang seimbang sesuai<br />
dengan kondisi demografi <strong>Indonesia</strong> yang<br />
plural heterogen. Dalam hal ini, langkah<br />
engembangan teknologi dan industri pangan<br />
disesuaikan dengan kandungan sumber<br />
daya, kelembagaan dan budaya lokal.<br />
Strategi keempat adalah menjamin<br />
kelancaran manajeman distribusi<br />
pangan pokok, maka pemerintah daerah dan<br />
pemerintah pusat harus mampu menjaga<br />
stabilitas harga pangan pokok, dengan<br />
cara memperbaiki manajemen kebijakan<br />
perdagangan dalam negeri dan luar negeri.<br />
Sebagaimana disinggung sebelumnya,<br />
dalam menghadapi kondisi darurat,<br />
pemerintah perlu memobilisasi cadangan<br />
pangan pemerintah dan cadangan pangan<br />
masyarakat serta melakukan dan melibatkan<br />
industri pangan nasional.<br />
Pada kondisi tidak normal tersebut, subsidi<br />
harga pangan [dalam format Program Beras<br />
untuk Keluarga Miskin (Raskin), Sistem<br />
Kepaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Pos<br />
Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan lainlain],<br />
mungkin masih diperlukan, karena<br />
mampu menjangkau ribuan titik distribusi<br />
di segenap pelosok tanah air. Lebih penting<br />
lagi, skema subsidi pangan tersebut perlu<br />
pula dilihat sebagai investasi negara<br />
untuk memperkuat jaringan distribusi<br />
program bahan pangan bersubsidi lainnya,<br />
bahkan menjadi cikal-bakal pelaksanaan<br />
food-stamp atau bantuan pangan dalam<br />
program pengentasan kemiskinan. Dari<br />
pembahasan di atas, maka semakin<br />
jelaslah bahwa strategi ketahanan<br />
pangan juga mengandung pembangunan<br />
sumberdaya manusia <strong>Indonesia</strong> yang lebih<br />
komprehensif.<br />
HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHUBUNGAN<br />
KADIN INDONESIA Jakarta, Senin 12 Mei <strong>2008</strong><br />
PENDAHULUAN<br />
Perhubungan -- baik sebagai infrastruktur<br />
maupun sebagai suatu sektor jasa (jasa<br />
transportasi) -- adalah suatu uratnadi<br />
utama kegiatan perekonomian yang pada<br />
giliran berikutnya akan menentukan<br />
tingkat keunggulan daya saing suatu<br />
perekonomian.<br />
Bagi <strong>Indonesia</strong> sebagai negara kepulauan<br />
dengan sekitar 18.108 pulau (2002, saat<br />
pasang naik, data dari LAPAN) yang<br />
tersebar luas, peran dan fungsi seluruh<br />
sektor jasa perhubungan menjadi sangat<br />
vital. Ketersediaan prasarana dan sarana<br />
yang mencukupi dan efektif, serta<br />
tumbuhnya industri jasa yang efisien dan<br />
berdaya saing tinggi pada setiap sektor<br />
perhubungan, baik darat, laut maupun<br />
udara, akan menentukan kecepatan<br />
pertumbuhan perekonomian <strong>Indonesia</strong><br />
mengatasi persaingan global yang makin<br />
ketat dan berat.