06.02.2015 Views

Jiwa Kepemimpinan dari yang “Muda” - Ditjen Cipta Karya

Jiwa Kepemimpinan dari yang “Muda” - Ditjen Cipta Karya

Jiwa Kepemimpinan dari yang “Muda” - Ditjen Cipta Karya

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

info baru<br />

Foto : Danang Pidekso<br />

Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono mengunjungi salah satu booth pameran PISEW<br />

Ekspo di Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum<br />

konsistensi <strong>dari</strong> daerah tersebut untuk maju. “Kreatifitas daerah<br />

sangat dibutuhkan disini. Setelah infrastruktur terbangun, lanjut<br />

ke peningkatan produk, kualitas, jaringan pemasaran dan juga<br />

dengan kemitraan,” ujar Budi Yuwono.<br />

Beberapa komoditas seperti padi, sawit, karet, kopi, kubis,<br />

jeruk, kentang, lada, rumput laut maupun nilam merupakan<br />

beberapa produk unggulan program PISEW <strong>yang</strong> tersebar di<br />

seluruh Indonesia.<br />

Dodo Yuliman, fasilitator PISEW sekaligus pengusaha kopi<br />

menuturkan, masih banyak potensi untuk memaksimalkan<br />

komoditas <strong>yang</strong> dihasilkan. Kopi misalnya, kalau bisa mensortir<br />

biji kopi <strong>yang</strong> berukuran sama akan mendapat nilai lebih, <strong>dari</strong><br />

<strong>yang</strong> biasanya harga Rp 60.000 per kg bisa menjadi Rp 300.000 per<br />

kg.<br />

Menurut Dodo, biji kopi dengan ukuran sejenis saat ini banyak<br />

dicari, hal ini dikarenakan keberadaan mesin pembuat kopi untuk<br />

rumahan hanya bisa dipakai dengan biji kopi <strong>yang</strong> disortir. Selain<br />

biji kopi sejenis, biji kopi masih bisa disortir untuk <strong>yang</strong> jenis<br />

jantan atau betina dimana nilai tambah menjadi lebih besar. “Ini<br />

lah beberapa peluang <strong>yang</strong> bisa dikembangkan. Biji kopi itu ada<br />

<strong>yang</strong> jenis jantan dan betina, untuk <strong>yang</strong> betina harganya bisa<br />

lebih mahal,” kata dodo.<br />

Selain itu, inovasi bisa juga dilakukan dengan membuka<br />

banyak kedai kopi dalam suatu kawasan. Sehingga petani kopi<br />

tidak hanya menjual dalam bentuk biji kopi saja tapi juga bisa<br />

membuat kedai-kedai kopi untuk lebih memaksimalkan potensi<br />

<strong>yang</strong> ada. Tidak hanya di hulu namun di hilir bisa juga ikut terlibat.<br />

Namun hal ini harus didukung komitmen <strong>dari</strong> pemerintah daerha<br />

setempat.<br />

Dari data <strong>yang</strong> ada, Indonesia baru bisa memanfaatkan<br />

sepertiga <strong>dari</strong> nilai tambah kopi. Hal ini karena budaya kopi kurang<br />

dikembangkan di Indonesia. Dimana, Indonesia hanya memasok<br />

biji kopi saja. “Saat ini <strong>dari</strong> total sekitar 90 miliar bisnis kopi di<br />

Indonesia, sebanyak 70 miliar masih menjadi keuntungan negara<br />

luar seperti Jepang, Amerika dan Eropa. Saya melihat potensi <strong>dari</strong><br />

pengembangan kawasan ini cukup besar. Misalnya saja dengan<br />

wisata agro maupun kuliner,” kata Dodo.<br />

Best Practice PISEW<br />

Kabupaten Belitung salah satu kabupaten <strong>yang</strong> berhasil<br />

mengaplikasikan program PISEW secara terintegrasi. Negeri<br />

Laskar Pelangi ini merupakan daerah <strong>yang</strong> potensial untuk<br />

pengembagan wisata bahari dan pantai. Pantai-pantai di wilayah<br />

ini dikenal berparonama indah dengan hamparan pasir putih dan<br />

berbagai formasi batuan beraneka ragam di sepanjang pesisir<br />

pantainya. Obyek wisata lain <strong>yang</strong> tidak kalah menariknya adalah<br />

gedung bersejarah, museum geologi, serta beragam atraksi seni<br />

dan budaya <strong>yang</strong> mencerminkan ciri khas daerah kabupaten<br />

Belitung. Oleh karena itu, Kabupaten Belitung memprioritaskan<br />

kawasannya menjadi kawasan pariwisata.<br />

Bupati Belitung Darmansyah Husein mengatakan, KSK di<br />

Kabupaten Belitung ini terdiri <strong>dari</strong> Kecamatan Mebalong, Sijuk<br />

dan Badau dengan komoditas unggulan rumput laut dan lada.<br />

Menurut Darmasnyah, semua tempat wisata telah memiliki akses<br />

jalan <strong>yang</strong> baik.<br />

Melalui program PISEW, masyarakat setempat juga berinovasi<br />

untuk mendukung sektor pariwisata melalui komoditas <strong>yang</strong> ada.<br />

“Seperti ikan teri, kita tidak hanya menjual teris asin saja tapi kita<br />

bikin teri crispy dengan berbagai varian rasa, seperti itulah,” kata<br />

Darmansyah.<br />

Ia juga mengklaim pemkab telah melakukan berbagai upaya<br />

untuk mendukung kawasan tersebut. Diantaranya, pembuatan<br />

jalan-jalan <strong>yang</strong> mendukung tempat wisata, pemasaran<br />

produk hasil perkebunan, mengadakan pelatihan-pelatihan<br />

dan melengkapi sarana dan prasarana di tempat wisata untuk<br />

menarik wisatawan. “Program PISEW ini sangat membantu sekali<br />

dalam pengembangan kawasan. Konsep pemberdayaan <strong>yang</strong><br />

ditawarkan membantu kita dalam membangun masyarakat,” kata<br />

Darmansyah.<br />

Kosep KSK<br />

PNPM-PISEW mengaplikasikan pengembangan kawasan<br />

<strong>yang</strong> dinilai mempunyai potensi dan prospek <strong>yang</strong> dapat<br />

membangkitkan dan atau meningkatkan akselerasi kegiatan<br />

ekonomi suatu kabupaten.<br />

Kawasan ini dalam program PNPM PISEW disebut Kawasan<br />

Strategis Kabupaten (KSK). Pengembangan KSK dimaksudkan<br />

sebagai pengejawantahan <strong>dari</strong> kebijakan-kebijakan dan strategi<br />

pemerintah daerah kabupaten, seperti Rencana Pembangunan<br />

Jangka Menengah Daerah (RPJMD), <strong>yang</strong> berpedoman pada<br />

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten tersebut.<br />

Pengembangan KSK merupakan salah satu ujung tombak<br />

Kabupaten untuk mempercepat Pertumbuhan dan Pengembangan<br />

Ekonomi Lokal (PEL), melalui pendekatan kewilayahan <strong>yang</strong><br />

berbasis pada Pengembangan Usaha Komoditas Unggulan di KSK.<br />

Untuk itu, KSK diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi<br />

lokal, berbasis komoditas <strong>yang</strong> menjadi mata pencaharian<br />

masyarakat. Untuk mengembangkan usaha komoditas unggulan<br />

KSK setidaknya ada lima aspek pengembangan <strong>yang</strong> terkait,<br />

yaitu pengembangan komoditas unggulannya, termasuk<br />

pemasarannya; aspek pemberdayaan pelaku usaha komoditas<br />

tersebut; aspek infrastruktur atau sarana dan prasarana; aspek<br />

permodalan serta; aspek penguatan kelembagaan di KSK.<br />

Penetapan dan delineasi KSK berbasis komoditas unggulan<br />

telah ditetapkannya Tim Pengelola KSK <strong>yang</strong> akan melaksanakan<br />

Pengembangan Usaha Komoditas Unggulan KSK (UKUK) perlu<br />

ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatannya terkait dengan<br />

pengembangan usaha/bisnis komoditas unggulan tersebut. (dvt)<br />

24

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!