Jiwa Kepemimpinan dari yang âMudaâ - Ditjen Cipta Karya
Jiwa Kepemimpinan dari yang âMudaâ - Ditjen Cipta Karya
Jiwa Kepemimpinan dari yang âMudaâ - Ditjen Cipta Karya
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
info baru<br />
Foto : Danang Pidekso<br />
Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono mengunjungi salah satu booth pameran PISEW<br />
Ekspo di Pendopo Kementerian Pekerjaan Umum<br />
konsistensi <strong>dari</strong> daerah tersebut untuk maju. “Kreatifitas daerah<br />
sangat dibutuhkan disini. Setelah infrastruktur terbangun, lanjut<br />
ke peningkatan produk, kualitas, jaringan pemasaran dan juga<br />
dengan kemitraan,” ujar Budi Yuwono.<br />
Beberapa komoditas seperti padi, sawit, karet, kopi, kubis,<br />
jeruk, kentang, lada, rumput laut maupun nilam merupakan<br />
beberapa produk unggulan program PISEW <strong>yang</strong> tersebar di<br />
seluruh Indonesia.<br />
Dodo Yuliman, fasilitator PISEW sekaligus pengusaha kopi<br />
menuturkan, masih banyak potensi untuk memaksimalkan<br />
komoditas <strong>yang</strong> dihasilkan. Kopi misalnya, kalau bisa mensortir<br />
biji kopi <strong>yang</strong> berukuran sama akan mendapat nilai lebih, <strong>dari</strong><br />
<strong>yang</strong> biasanya harga Rp 60.000 per kg bisa menjadi Rp 300.000 per<br />
kg.<br />
Menurut Dodo, biji kopi dengan ukuran sejenis saat ini banyak<br />
dicari, hal ini dikarenakan keberadaan mesin pembuat kopi untuk<br />
rumahan hanya bisa dipakai dengan biji kopi <strong>yang</strong> disortir. Selain<br />
biji kopi sejenis, biji kopi masih bisa disortir untuk <strong>yang</strong> jenis<br />
jantan atau betina dimana nilai tambah menjadi lebih besar. “Ini<br />
lah beberapa peluang <strong>yang</strong> bisa dikembangkan. Biji kopi itu ada<br />
<strong>yang</strong> jenis jantan dan betina, untuk <strong>yang</strong> betina harganya bisa<br />
lebih mahal,” kata dodo.<br />
Selain itu, inovasi bisa juga dilakukan dengan membuka<br />
banyak kedai kopi dalam suatu kawasan. Sehingga petani kopi<br />
tidak hanya menjual dalam bentuk biji kopi saja tapi juga bisa<br />
membuat kedai-kedai kopi untuk lebih memaksimalkan potensi<br />
<strong>yang</strong> ada. Tidak hanya di hulu namun di hilir bisa juga ikut terlibat.<br />
Namun hal ini harus didukung komitmen <strong>dari</strong> pemerintah daerha<br />
setempat.<br />
Dari data <strong>yang</strong> ada, Indonesia baru bisa memanfaatkan<br />
sepertiga <strong>dari</strong> nilai tambah kopi. Hal ini karena budaya kopi kurang<br />
dikembangkan di Indonesia. Dimana, Indonesia hanya memasok<br />
biji kopi saja. “Saat ini <strong>dari</strong> total sekitar 90 miliar bisnis kopi di<br />
Indonesia, sebanyak 70 miliar masih menjadi keuntungan negara<br />
luar seperti Jepang, Amerika dan Eropa. Saya melihat potensi <strong>dari</strong><br />
pengembangan kawasan ini cukup besar. Misalnya saja dengan<br />
wisata agro maupun kuliner,” kata Dodo.<br />
Best Practice PISEW<br />
Kabupaten Belitung salah satu kabupaten <strong>yang</strong> berhasil<br />
mengaplikasikan program PISEW secara terintegrasi. Negeri<br />
Laskar Pelangi ini merupakan daerah <strong>yang</strong> potensial untuk<br />
pengembagan wisata bahari dan pantai. Pantai-pantai di wilayah<br />
ini dikenal berparonama indah dengan hamparan pasir putih dan<br />
berbagai formasi batuan beraneka ragam di sepanjang pesisir<br />
pantainya. Obyek wisata lain <strong>yang</strong> tidak kalah menariknya adalah<br />
gedung bersejarah, museum geologi, serta beragam atraksi seni<br />
dan budaya <strong>yang</strong> mencerminkan ciri khas daerah kabupaten<br />
Belitung. Oleh karena itu, Kabupaten Belitung memprioritaskan<br />
kawasannya menjadi kawasan pariwisata.<br />
Bupati Belitung Darmansyah Husein mengatakan, KSK di<br />
Kabupaten Belitung ini terdiri <strong>dari</strong> Kecamatan Mebalong, Sijuk<br />
dan Badau dengan komoditas unggulan rumput laut dan lada.<br />
Menurut Darmasnyah, semua tempat wisata telah memiliki akses<br />
jalan <strong>yang</strong> baik.<br />
Melalui program PISEW, masyarakat setempat juga berinovasi<br />
untuk mendukung sektor pariwisata melalui komoditas <strong>yang</strong> ada.<br />
“Seperti ikan teri, kita tidak hanya menjual teris asin saja tapi kita<br />
bikin teri crispy dengan berbagai varian rasa, seperti itulah,” kata<br />
Darmansyah.<br />
Ia juga mengklaim pemkab telah melakukan berbagai upaya<br />
untuk mendukung kawasan tersebut. Diantaranya, pembuatan<br />
jalan-jalan <strong>yang</strong> mendukung tempat wisata, pemasaran<br />
produk hasil perkebunan, mengadakan pelatihan-pelatihan<br />
dan melengkapi sarana dan prasarana di tempat wisata untuk<br />
menarik wisatawan. “Program PISEW ini sangat membantu sekali<br />
dalam pengembangan kawasan. Konsep pemberdayaan <strong>yang</strong><br />
ditawarkan membantu kita dalam membangun masyarakat,” kata<br />
Darmansyah.<br />
Kosep KSK<br />
PNPM-PISEW mengaplikasikan pengembangan kawasan<br />
<strong>yang</strong> dinilai mempunyai potensi dan prospek <strong>yang</strong> dapat<br />
membangkitkan dan atau meningkatkan akselerasi kegiatan<br />
ekonomi suatu kabupaten.<br />
Kawasan ini dalam program PNPM PISEW disebut Kawasan<br />
Strategis Kabupaten (KSK). Pengembangan KSK dimaksudkan<br />
sebagai pengejawantahan <strong>dari</strong> kebijakan-kebijakan dan strategi<br />
pemerintah daerah kabupaten, seperti Rencana Pembangunan<br />
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), <strong>yang</strong> berpedoman pada<br />
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten tersebut.<br />
Pengembangan KSK merupakan salah satu ujung tombak<br />
Kabupaten untuk mempercepat Pertumbuhan dan Pengembangan<br />
Ekonomi Lokal (PEL), melalui pendekatan kewilayahan <strong>yang</strong><br />
berbasis pada Pengembangan Usaha Komoditas Unggulan di KSK.<br />
Untuk itu, KSK diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi<br />
lokal, berbasis komoditas <strong>yang</strong> menjadi mata pencaharian<br />
masyarakat. Untuk mengembangkan usaha komoditas unggulan<br />
KSK setidaknya ada lima aspek pengembangan <strong>yang</strong> terkait,<br />
yaitu pengembangan komoditas unggulannya, termasuk<br />
pemasarannya; aspek pemberdayaan pelaku usaha komoditas<br />
tersebut; aspek infrastruktur atau sarana dan prasarana; aspek<br />
permodalan serta; aspek penguatan kelembagaan di KSK.<br />
Penetapan dan delineasi KSK berbasis komoditas unggulan<br />
telah ditetapkannya Tim Pengelola KSK <strong>yang</strong> akan melaksanakan<br />
Pengembangan Usaha Komoditas Unggulan KSK (UKUK) perlu<br />
ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatannya terkait dengan<br />
pengembangan usaha/bisnis komoditas unggulan tersebut. (dvt)<br />
24