Jiwa Kepemimpinan dari yang âMudaâ - Ditjen Cipta Karya
Jiwa Kepemimpinan dari yang âMudaâ - Ditjen Cipta Karya
Jiwa Kepemimpinan dari yang âMudaâ - Ditjen Cipta Karya
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
erita utama<br />
Hari Bakti Pekerjaan Umum <strong>yang</strong> diperingati setiap<br />
tanggal 3 Desember bukan penetapan <strong>yang</strong><br />
hampa makna. Sedikit kilas balik, 67 tahun lalu<br />
putera-putera terbaik bangsa <strong>yang</strong> merupakan<br />
karyawan Departemen Pekerjaan Umum saat itu<br />
menggoreskan tinta emas karena mempertaruhkan nyawanya<br />
mempertahankan Gedung Sate <strong>dari</strong> tentara penjajah, 3 Desember<br />
1945.<br />
Perjuangan para karyawan tersebut bukanlah <strong>dari</strong> personil<br />
militer atau <strong>yang</strong> memiliki dasar kemiliteran. Mereka hanya<br />
berbekal keberanian, jiwa kebangsaan, serta “cinta terhadap korsa”,<br />
telah ditunjukkan secara gagah berani melawan Tentara Penjajah<br />
<strong>yang</strong> bukan tandingannya. Mereka berjuang dengan hati tulus dan<br />
tanpa pamrih, meski jiwa dan raga <strong>yang</strong> harus dikorbankan. Pada<br />
peristiwa heroik itu, sebanyak tujuh karyawan gugur. Selanjutnya<br />
mereka dijuluki Sapta Taruna.<br />
Ulasan di atas mencerminkan betapa berharga dan<br />
terhormatnya ketulusan dan rasa mempertahankan kebesaran<br />
korsa <strong>yang</strong> tidak dapat diukur secara material. Pengorbanan<br />
mereka menjadi catatan tersediri, hingga Keluarga Besar<br />
Pekerjaan Umum sebagai penerusnya bukan hanya memperingati<br />
tanggal 3 Desember sebagai hari gugurnya Sapta Taruna tersebut.<br />
Keluarga besar Pekerjaan Umum, sampai kapanpun, setidaknya<br />
dapat mewarisi dan terus mengobarkan jiwa perjuangan dan<br />
pengorbanan secara tulus untuk kejayaan bangsa dengan<br />
mengesampingkan kepentingan pribadi.<br />
Bencana dan Kegundahan <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Letak geografis Indonesia, eksplorasi kekayaan alam <strong>yang</strong> berlebih,<br />
serta kondisi iklim global <strong>yang</strong> anomali, mendorong rentannya<br />
wilayah Indonesia untuk diterpa berbagai bencana. Masih hangat<br />
dalam ingatan kita, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir berbagai<br />
bentuk bencana menerpa berbagai wilayah Indonesia, dampak<br />
<strong>yang</strong> menimpa sebagian besar masyarakat pun beragam, <strong>dari</strong><br />
mulai <strong>yang</strong> ringan, sedang, bahkan <strong>yang</strong> berat.<br />
Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> (DJCK) sebagai salah satu unit<br />
kerja Kementerian Pekerjaan Umum memiliki tugas dan fungsi<br />
<strong>yang</strong> melekat dengan dampak bencana. DJCK memberikan<br />
bantuan sarana dan infrastruktur. serta infrastruktur permukiman<br />
bagi masyarakat pengungsi korban bencana, antara lain<br />
penyediaan air minum, penyediaan tempat permukiman/hunian<br />
darurat, serta penyediaan/penyelenggaraan sanitasi darurat.<br />
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang<br />
Penanggulangan Bencana, telah diinisiasi oleh Pemerintah untuk<br />
lebih cepat dalam memberikan respon dan bantuan bagi para<br />
korban bencana secara cepat dan tepat di bawah koordinasi<br />
Lembaga <strong>yang</strong> bernama Badan Nasional Penanggulangan<br />
Bencana (BNPB), namun kenyataan memberikan catatan lain.<br />
Salah satu cerita konkrit pada saat terjadi Bencana Tsunami<br />
<strong>yang</strong> melanda sebagian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam<br />
dan sebagian wilayah Provinsi Sumatera Utara (tahun 2004),<br />
Tim Pemberi Bantuan <strong>yang</strong> hadir lebih cepat adalah berasal <strong>dari</strong><br />
pihak Luar Negeri. Demikian pula saat terjadi bencana gempa<br />
Foto : Wicak HP<br />
Suasana latihan anggota Satgas di<br />
Pusdikpassus, Bandung.<br />
Edisi 12 4Tahun X4Desember 2012<br />
5