Laporan HAM ELSAM 2005
Laporan HAM ELSAM 2005
Laporan HAM ELSAM 2005
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Laporan</strong> Penegakan <strong>HAM</strong> <strong>2005</strong> - <strong>ELSAM</strong><br />
Persoalan regulasi dalam kasus aliran sesat dan izin mendirikan tempat ibadah, adalah<br />
regulasi masa Orde Baru yang kembeli menjadi kontroversi setelah kasus-kasus yang muncul<br />
setelah adanya kekerasan yang berbasis agama. Beberapa kelompok massa yang selama ini<br />
aktif melakukan penutupan gereja selalu berdalih bahwa pemerintah tidak tegas dalam<br />
mengimplementaskan regulasi tentang pendirian gereja dan adanya kecurigaan atas isu<br />
kristenisasi. Tudingan atas aktivitas penutupan sejumlah gereja dijawab oleh kelompok massa<br />
ini bahwa yang mereka tutup bukan gereja tetapi rumah liar yang dijadikan yang dijadikan<br />
gereja sebagai upaya pemurtadan. Kegiatan ini dinilai melanggar Surat Keputusan Bersama<br />
(SKB) sehingga harus dikembalikan pada fungsinya semula. 27 Koordinator AGAP<br />
menambahkan bahwa sebelum penutupan telah ada dialog dengan pengurus gereja namun<br />
karena pengurus gereja tidak bisa membuktikan data dan fakta perizinan pendirian gereja<br />
maka penutupan itu dilakukan 28 . Kondisi ini membuka kembali gugatan tentang peraturan<br />
yang mengatur tentang ijin mendirikan tempat ibadah dan persoalan penyebaran ibadah. 29<br />
Dengan landasan argumentatif mengenai SKB yang tak kunjung selesai, cerita selanjutnya<br />
adalah ketidakberdayaan aparat negara dalam membendung keinginan massa untuk<br />
melakukan penutupan atas sejumlah tempat ibadah. Pemerintah Daerah di beberapa tempat<br />
terjadinya penutupan gereja juga cendrung tidak mempunyai sikap yang tegas tentang<br />
implementasi regulasi atas pendirian rumah ibadah dan bahkan pasca terjadinya penutupan<br />
oleh massa, pemerintah daerah akhirnya melakukan tindakan penutupan. Beberapa kasus<br />
menunjukkan bahwa pemerintah, dalam hal ini aparat daerah setempat, memfasilitasi adanya<br />
dialog antara pihak yang menuntut penutupan dengan pihak yang mempertahankan<br />
keberadaan rumah ibadah tersebut. 30 Namun dialog tersebut lebih banyak berujung pada<br />
penutupan rumah-rumah ibadah tersebut 31 .<br />
27 Suara pembaruan, 26 Agustus <strong>2005</strong>.<br />
28 http://www.christianpost.co.id/dbase.php?cat=missions&id=130<br />
29 Setidaknya terdapat dua regulasi yang sangat populer yaitu SKB Menteri Agama dan Mendagri No. 1 tahun<br />
1969, tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran<br />
Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya dan SK Menteri Agama No. 70<br />
tahun 1978 yang mengatur tentang Pedoman Penyiaran Agama.<br />
30 Dalam kasus kasus penutupan gereja Jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Getsemane di Jalan<br />
Melati Raya Ujung RT 18/11, Jatimulya, Tambun Selatan, Bekasi misalnya telah terjaid dialog antara warga.<br />
Dialog untuk menyelesaikan perselisihan antara warga dan jemaat Kristen terus dilakukan sampai akhirnya<br />
dicapai kesepakatan damai pada hari Ahad, 30 Oktober <strong>2005</strong>. Kesepakatan yang berlangsung di Jababeka<br />
itu, turut ditandatangani Kapolda Metro Jaya Irjen Firman Gani, Anggota DPR Effendi Simbolon, serta<br />
perwakilan tokoh muslim dan nasrani. Ada empat poin kesepakatan yang dicapai pada pertemuan yang juga<br />
disaksikan Wakil Bupati Bekasi Solihin Sari. Pertama, pelaksanaan surat perintah pembongkaran rumah<br />
ibadah ditunda untuk menghindari dampak negatif terhadap opini masyarakat. Kedua, jemaat HKBP<br />
Getsemanie tidak lagi menggunakan rumah yang selama ini dipakai sebagai tempat ibadah. Ketiga, jemaat<br />
kristiani tidak lagi melakukan ibadah di pinggir jalan. Keempat, Pemkab Bekasi memfasilitasi pencarian<br />
tempat baru untuk mendirikan gereja. Untuk sementara, menurut Solihin, jemaat HKBP bisa menggunakan<br />
Gedung Departemen Sosial Bekasi di Jalan Joyo Martono, Bulak Kapal, Bekasi Timur, untuk melakukan<br />
ibadah.<br />
31 Hal ini setidaknya dilakukan oleh Camat Bungursai kabupaten Purwakarta, yang oleh desakan kelompok<br />
masyarakat, menutup Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) yang sudah berdiri pada tahun 1995 di<br />
Kampung Warung Mekar, Ds. Bungursari RT 6 /RW 3, Kec. Bungursari, Kab. Purwakarta. Di Bandung,<br />
Kecamatan Rancaekek, pada tanggal 3 september <strong>2005</strong> Wakil Bupati Bandung Eliyadi Agraharja<br />
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 452.2/ 829/Kesbang. Surat itu memerintahkan untuk menghentikan<br />
aktivitas 12 gereja di rumah tinggal dan rumah toko (ruko) di wilayah administrasinya. Pada bulan<br />
September <strong>2005</strong> Pemda Bekasi diwakili oleh Ka. Satpol PP, Dedeng Hermawan atas desakan sejumlah<br />
12