Laporan HAM ELSAM 2005
Laporan HAM ELSAM 2005
Laporan HAM ELSAM 2005
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Laporan</strong> Penegakan <strong>HAM</strong> <strong>2005</strong> - <strong>ELSAM</strong><br />
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan<br />
manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,<br />
keterbukaan, dan akuntabilitas. Pengaturan PP SNP ini mempertegas pengalihan tanggung<br />
jawab pendidikan dari pemerintah kepada masyarakat.<br />
b. Imbas keterbatasan UU terhadap penyusunan anggaran pendidikan<br />
Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa negara memprioritaskan anggaran<br />
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi<br />
kebutuhan penyelenggaran pendidikan nasional. Tetapi realisasi dari kewajiban ini tidak<br />
dilaksanakan secara langsung. Berdasarkan kesepakatan Pemerintah dengan DPR pada<br />
tanggal 26 Januari 2004, realisasinya akan dilakukan secara bertahap 61 . Sampai dengan 2009,<br />
anggaran pendidikan akan ditingkatkan setiap tahun hingga mencapai 20%. Tahun 2004<br />
sebanyak 16,8 triliun (16,6%), tahun <strong>2005</strong> naik 24,9 triliun (9,3%), tahun 2006 sebesar 33,8<br />
triliun (12%), tahun 2007 sebesar 43,4 triliun (14,7%), tahun 2008 54,0 triliun (17,4%), maka<br />
pada tahun 2009 sudah mencapai jumlah ideal 65, 5 triliun (20%). 62<br />
Tetapi kenyataannya, realisasi pendidikan untuk tahun <strong>2005</strong> hanya sebesar 21,5 triliun,<br />
sementara di tahun 2006 dari sekitar Rp 375,1 triliun anggaran belanja pemerintah pusat,<br />
sektor pendidikan hanya kebagian Rp 40,1 triliun, terdiri atas Rp 34,5 triliun melalui<br />
Depdiknas dan Rp 5,6 triliun melalui Departemen Agama. Jumlah itu hanya 8-10 persen dari<br />
total anggaran belanja pemerintah pusat, berarti masih jauh dari 20% seperti yang<br />
diamanatkan konstitusi.<br />
Berdasarkan laporan Kompas (29 Desember <strong>2005</strong>), di tingkat kabupaten/kota, umumnya,<br />
bupati/wali kota menyebut angka 30-40 persen untuk sektor pendidikan dari APBD yang<br />
sudah melebihi persyaratan minimal 20 persen. Namun setelah diteliti lebih lanjut, gemuknya<br />
anggaran pendidikan yang disebutkan itu tidaklah segemuk nilai riil sesungguhnya.<br />
Pemerintah kota cenderung mencampuradukkan dana alokasi umum (DAU) dengan pos<br />
belanja sektor pendidikan. Padahal DAU adalah anggaran titipan dari pusat yang dominan<br />
berupa gaji PNS, termasuk guru. Berhubung di setiap daerah jumlah guru PNS selalu lebih<br />
dari separuh total PNS setempat, otomatis DAU selalu gemuk. Karena gaji guru dikelola<br />
dinas pendidikan, diklaimlah anggaran untuk gaji itu sebagai belanja pendidikan. 63<br />
Perlu disadari bahwa tingkat PAD masing-masing daerah yang tidak sama besarannya, hal ini<br />
menjadi permasalahan tersendiri dalam pemenuhan hak atas pendidikan. Tentu saja<br />
kabupaten-kabupaten yang miskin, seperti Lembata, Yahukimo, dan Kabupaten Kawasan<br />
Timur lainnya, akan mengalami kesulitan menetapkan alokasi anggaran untuk pendidikan di<br />
banding kabupaten/kota seperti Jakarta, Batam dan Kutai Kerta Negara. Akibatnya alokasi<br />
anggaran pendidikan menjadi tidak menentu dan berdasarkan tingkat ekonomi dan politik<br />
masing-masing daerah. Pemerintah pusat tidak mempunyai kebijakan yang dapat memastikan<br />
61 Hal ini merupakan kesepakatan antara Komisi VI DPR RI dan lima menteri terkait antara lain Menteri Negara<br />
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie, Menteri Keuangan Boediono, dan<br />
Mendiknas A Malik Fadjar. Menyadari keterbatasan anggaran negara, lahirlah skenario progresif sehingga<br />
pemenuhan alokasi 20 persen ditoleransi terwujud tahun 2009, Lihat Kompas, Kamis 29 Desember <strong>2005</strong>,<br />
Ketika Konstitusi Dilanggar<br />
62 Ninang Mardinah, et al, Meneropong Hak Atas Pendidikan dan Layanan Kesehatan, CESDA-LP3ES, <strong>2005</strong><br />
63 Lihat: Kompas 29 Desember <strong>2005</strong>, Ketika Konstitusi Dilanggar<br />
25