05.05.2015 Views

ASASI_2004_Mei-Juni - Elsam

ASASI_2004_Mei-Juni - Elsam

ASASI_2004_Mei-Juni - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

I<br />

Peranan Penti<br />

dan Kebenar<br />

alam<br />

eadilan<br />

Tantangan dan Kesempatan<br />

Upaya menyelesaikan pelanggaran<br />

IIAMmasa lalu dimasa hansisi daripemerintahan<br />

otoritarian ke pemerintahan demokratis<br />

harw menghadapi beberapa tantangaa<br />

serius, antara lain sistem peradilan<br />

yang korup dan tidak efisien serta keengganan<br />

para pemimpin baru untuk<br />

menghadapi elemen dari penguasa lama.<br />

Namrm begitu uegara tetap berkewajiban<br />

untuk menyelesaikan pelanggaran IIAM<br />

masa lalu, tidak hanya unhrk mengembalikan<br />

hak korban dan keluarganya dan<br />

menuntut akuntabilitasnya para pelaku,<br />

tapi juga untuk menjamin bahwa pelanggaran<br />

serupa tidak terulang di masa datang.<br />

Dilema antara kehanrsan menghadapi<br />

masa lalu sekaligus menghindari<br />

provokasi dari sisa-sisa kekuatan lama<br />

melahirkan berbagai bentuk intervensi<br />

yang kemudian dikenal dengan istilah<br />

Transitional fustice (keadilan transisional).<br />

Termasuk dalam intervensi ini adalah<br />

pengungkapar kebenaran, peradilal dan<br />

penghukuman, reformasi hukum dan<br />

kelembagaan, reparasi dan rehabilitasi dan<br />

rekonsifiasi.<br />

Dalam pemetaan<br />

inisiatif-inisiatif<br />

Tlansitional Justice di [rdonesia, "The<br />

Struggle tor T}l.tth and Justice: A Surrey ot<br />

TYansitional Justice Initiatives Throughout<br />

Indonesia,"l Hilmar Farid dan Rikardo Simarmata<br />

mengingatkan kita bahwa, "Walau<br />

pemerintah Indonesia telah membentuk<br />

badan-badan negara dan undangundang<br />

ultuk menyelesaikan kekerasan<br />

masa lalu, tetapi badan ini mengidap<br />

masalah legitimasi dan kinerja,"2 Masalah<br />

legitimasi adalah hal yang paling mendasar<br />

dalam menghadapi pelanggaran<br />

masa lalu, sebab tanpa legitimasi tidak ada<br />

harapan akan adanya penyelesaian. lri1ah<br />

sebabnya pembentukan beberapa organisasi<br />

korban sejak jatuhnya Soeharto pada<br />

<strong>Mei</strong> 1998 adalah kunci penyelesaian pe- n<br />

Meski ada usaha sungguh-sungguh<br />

Komnas IIAM unfuk memenuhi mandatnya<br />

dalam hal penyelidikan pelanggaran<br />

IIAM, Iegitimasi atas inisiatif yang berasal<br />

dari negara ini sudah berada di titik paling<br />

rendah. Pengadilan IIAM ad hoc<br />

- untuk Timor Leste dan Tbnjung kiok,<br />

dan juga rancangan undang-undang<br />

Komisi Kebenaran dan Rekonsifiasi Gtru<br />

KKR) sudah kehilangan kredibilitas dan<br />

semakin dianggap sebagai alat impunitas.<br />

Tradanya itikad politik itu juga ditunjukkan<br />

oleh penolakan DPR unfuk menetapkan<br />

pengadilan bagi pelaku pembunuban<br />

Semanggi dan Tlisakti. Selain itu, kenyataan<br />

bahwa militer mulai bangkit<br />

kembali dalam dunia politik sipil Wiranto<br />

sebagai calon presiden Golkar dan SBY<br />

dari Partai Demolcat, mungkin membuat<br />

kita terpaksa berkesimpulan bahwa<br />

setidalcrya untuk sementara ini, inisiatif<br />

negara unhrk menghadapi kekerasan m:$a<br />

Ialu tidak bisa dipercaya dapat memberikan<br />

rasa keadilan bagi korban, menjamin<br />

akuntabilitas pelaku dan memastikan<br />

ketidakberulangan tindakan di masa<br />

depan.<br />

Dalam kondisi seperti ini, semakin hari<br />

semakin terlihat pentingnya mengembangkan<br />

dan menyebarluaskan alternatif @U-<br />

KAN pengganti) dari inisiatif negara sebagai<br />

upaya memenuhi kebutuhan dan hak<br />

korban sembari terus menekan negara unhrk<br />

memenuhi kewajibannya. Dengan dipaparkannya<br />

suatu tinjauan atas beraneka<br />

macam inisiatif masyarakat sipil dalam<br />

bidang transitionai justice, maka "The<br />

Struggle for Truth and Justice" boleh<br />

dikata merupakan suatu Iangkah awal<br />

menuju konsolidasi dan penguatan inisiati-f<br />

transitional justice dt luar negara. Meskipun<br />

laporan ini tidak dapat membahas<br />

setiap inisiatif secara rinci, namun jangkauan.geografisnya<br />

- dari Aceh hingga<br />

Papua - berhasil memberi gambaran<br />

tentalg tantangan dan peluang non-state<br />

unh.rk menghadapi kekerasan masa la1u.<br />

Ianggaran masa lalu t"t"l" r." t."i"r' Organisasi Korban<br />

yang memiliki kunci legitimasi itu.<br />

Bertolak dari pentingnya konsolidasi<br />

ll Edisi <strong>Mei</strong>-<strong>Juni</strong> <strong>2004</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!