You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Ragam Pengawasan<br />
Sekilas tentang<br />
Transfer Pricing<br />
(Transaksi Hubungan Istimewa)<br />
(Bagian Pertama dari dua tulisan)<br />
Oleh : Airvian Trisakti, Auditor Madya pada Inspektorat IV<br />
Pendahuluan<br />
Transfer Pricing merupakan salah satu<br />
cara yang paling banyak digunakan perusahaanperusahaan<br />
multinasional dalam meminimumkan<br />
beban pajak secara global. Tapi apakah itu transfer<br />
pricing itu? Sedemikian popular cara tersebut<br />
dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan besar?<br />
Berdasarkan Organisasi untuk Kerjasama dan<br />
Pengembangan Ekonomi atau bahasa kerennya<br />
Organization for Economic Cooperation and<br />
Development (OECD) transfer pricing guidelines<br />
yang dimaksud dengan transfer pricing adalah<br />
the prices at which an enterprise transfer physical<br />
goods and intangible property or provides services<br />
to associated enterprises - penetapan harga atas<br />
transaksi penyerahan barang berwujud dan barang<br />
tidak berwujud, atau penyediaan jasa antar pihakpihak<br />
yang mempunyai hubungan istimewa.<br />
Bagi kalangan pebisnis, atau yang lebih<br />
dikenal dengan istilah Wajib Pajak, pajak tetap<br />
saja dipandang sebagai beban yang mengurangi<br />
keuntungan, sehingga mereka akan berupaya untuk<br />
meminimalisasi pajak dalam rangka memaksimalkan<br />
keuntungan. Atas dasar itu wajar jika mereka<br />
merekayasa suatu transaksi untuk meminimalkan<br />
beban pajak. Salah satunya dengan transfer pricing.<br />
Seperti dijelaskan di atas, transfer pricing<br />
sangat popular digunakan oleh perusahaanperusahaan<br />
besar terutama yang berskala<br />
international. Dengan anak-anak perusahaan yang<br />
tersebar di beberapa Negara mereka akan berupaya<br />
merekayasa transaksi dalam rangka mengalokasikan<br />
keuntungan antarbeberapa perusahaan dalam satu<br />
grup perusahaan multinasional tersebut. Secara<br />
keseluruhan yang terpenting dari akhir kegiatan<br />
adalah laba setelah pajak dari grup. Dengan kata<br />
lain transfer pricing dapat dikatakan sebagai suatu<br />
trik penghindaran pajak yang dilakukan lewat cara<br />
bertransaksi dengan perusahaan afiliasi di luar<br />
36<br />
VOL V No. <strong>29</strong> | Edisi Maret - April 2012<br />
negeri memakai harga yang tidak wajar. Akibatnya<br />
perusahaan tampak menderita kerugian atau apabila<br />
memperoleh keuntungan jumlahnya kecil sekali, dan<br />
akhirnya hanya membayar pajak penghasilan (PPh)<br />
dengan nilai yang lebih kecil dari yang seharusnya<br />
atau bahkan tidak membayar PPh sama sekali.<br />
Dalam rangka menggambarkan<br />
kompleksitas rekayasa penghindaran pajak dengan<br />
transfer pricing, Prof. Gunadi, Guru Besar Perpajakan<br />
Fisip UI, memberikan contoh sebagai berikut:<br />
• Perusahaan X, Ltd yang berkedudukan di<br />
Jepang mempunyai anak perusahaan di<br />
Malaysia, Hong Kong dan Indonesia. Pada<br />
suatu saat, perusahaan Indonesia mengimpor<br />
bahan dari X, Ltd Jepang. Namun, faktur dari<br />
Jepang dikirim ke Hong Kong dan dari Hong<br />
Kong dikirim ke Singapura. Dari Singapura<br />
inilah dikeluarkan faktur ke Indonesia. Dari<br />
Jepang barang dihitung harga US$100, dari<br />
Hong Kong ke Singapura dihitung US$200 dan<br />
dari Singapura ke Indonesia dihitung US$300.<br />
Di Indonesia dijual dengan US$400, sehingga<br />
laba seluruhnya adalah sekurang-kurangnya<br />
US$300.<br />
• Dengan transfer pricing, laba tersebut<br />
dialokasikan ke Jepang, Hong Kong, Singapura<br />
dan Indonesia. Padahal barang dari Jepang<br />
langsung dikirim ke Indonesia, hanya