Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Alexander on Leadership<br />
KEADILAN<br />
It’s every man’s business to see justice done.<br />
SIR ARTHUR CONAN DOYLE, The Memoirs of Sherlock Holmes<br />
Susan lulus sarjana akutansi dari universitas negeri ternama dengan nilai tinggi. Setelah melalui<br />
beberapa wawancara kerja, dia menerima tawaran kerja di sebuah kantor akuntan publik (KAP) di<br />
Jakarta. Susan senang dengan tawaran yang diajukan KAP tersebut yang meliputi lingkungan kerja<br />
yang menantang, kantor dengan reputasi internasional, kesempatan memperoleh pengalaman kerja yang<br />
sangat baik, dan gaji tertinggi yang dapat ditawarkan sebuah KAP di Indonesia. Memang, semua itu layak<br />
ia dapatkan. Susan adalah ranking tertinggi di kelasnya, matang dan cerdas.<br />
Dua belas bulan kemudian, Susan masih merasa senang dengan pekerjaannya. Pekerjaan yang<br />
diterima ternyata menantang dan memuaskan sebagaimana harapannya semula. Genap setahun bekerja<br />
gajinya dinaikkan sebesar Rp4 juta per bulan.<br />
Akan tetapi, beberapa minggu terakhir, kinerja Susan merosot. Motivasi kerjanya menurun.<br />
Mengapa? KAP tersebut baru saja menerima sarjana akuntansi yang baru lulus dari universitas swasta yang<br />
sama sekali belum berpengalaman dengan gaji Rp500 ribu lebih tinggi dibandingkan gaji Susan sekarang.<br />
Susan marah. Bahkan mulai memikirkan untuk mencari pekerjaan di kantor lain.<br />
Cerita di atas adalah fiktif. Sebuah cerita yang<br />
dibuat untuk tujuan pembahasan kasuskasus<br />
bisnis di perguruan tinggi. Akan tetapi<br />
problemnya adalah nyata.<br />
Kisah diatas digunakan untuk<br />
menggambarkan peran keadilan terhadap motivasi<br />
kerja seorang pegawai. Pegawai akan mempersepsikan<br />
apa yang diperoleh dari pekerjaannya dengan upaya<br />
yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut dan<br />
membandingkannya dengan pegawai lain. Jika hasil<br />
pembandingan itu memiliki rasio yang sama maka<br />
pegawai akan mempersepsikan keadlian hadir dalam<br />
organisasi. Akan tetapi apabila terjadi ketimpangan,<br />
akan terjadi ketegangan dalam hal keadilan. Jika<br />
pegawai merasa bahwa dirinya dihargai lebih rendah<br />
dari koleganya maka akan menimbulkan kemarahan.<br />
Namun, jika seorang pegawai merasa dihargai<br />
lebih tinggi dari koleghanya, akan muncul perasaan<br />
bersalah.<br />
Namun masalah keadilan tidak hanya<br />
menyangkut pemberian penghargaan dalam bentuk<br />
kompensasi. Pegawai mempersepsikan keadilan<br />
pimpinannya dalam beberapa dimensi.<br />
50<br />
VOL V No. <strong>29</strong> | Edisi Maret - April 2012<br />
Pertama adalah keadilan distributif.<br />
Keadilan distributif menunjukkan persepsi keadilan<br />
berdasarkan hasil pengambilan keputusan.<br />
Pegawai akan melihat apakah hasil pengambilan<br />
keputusan oleh pimpinan seperti tentang gaji,<br />
evaluasi, promosi, dan penugasan telah dialokasikan<br />
dengan adil? Cerita di atas menunjukkan dimensi<br />
keadilan distributif. Jadi, jika pemimpin mulai tidak<br />
adil memberikan penghargaan atau penugasan<br />
kepada anak buahnya, tunggulah ketegangan dan<br />
ledakkan yang akan terjadi. Akan tetapi, alokasi<br />
penghargaan individu sesuai dengan kontribusinya<br />
terhadap kinerja tidak selalu menunjukkan keadilan.<br />
Dalam menjaga kekompakan tim, dapat dilakukan<br />
pemberian penghargaan secara merata pada anggota<br />
tim seperti pemberian nilai mahasiswa untuk tugas<br />
kelompok. Bahkan untuk kepentingan kemanusiaan,<br />
maka kriteria kebutuhan lebih dianggap adil. Sebagai<br />
contoh KAP Price Waterhouse Cooper-New York<br />
mengirimkan USD4,000 untuk 43 pegawainya yang<br />
terkena imbas topan Katrina. KAP tersebut bahkan<br />
menanggung makan, pemukiman dan transportasi<br />
bagi mereka selama 3 bulan.