29.06.2015 Views

Auditoria 29

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Ragam Pengawasan<br />

Pajak untuk menghitung besarnya penghasilan<br />

dan/atau pengurangan dan menentukan utang<br />

sebagai modal apabila terdapat transaksi<br />

antara pihak yang mempunyai hubungan<br />

istimewa. Selanjutnya dalam tataran operasional<br />

diterbitkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 04/<br />

PJ.7/1993 tanggal 9 Maret 1993 tentang Petunjuk<br />

Penanganan Kasus-Kasus Transfer Pricing (Seri TP-<br />

1). Namun dalam prakteknya, upaya pencegahan<br />

pemanfaatan transfer pricing secara illegal tetap<br />

sulit dilakukan. Hal tersebut dapat dimaklumi<br />

karena kondisi dan instrumen pendukung dalam<br />

upaya mengatasi hal tersebut di Indonesia masih<br />

langka. Data Pembanding harga, biaya, dan<br />

laba kotor dari dunia perdagangan, industri dan<br />

sektor-sektor lainnya sangat sulit didapat. Secara<br />

logika bentuk transaksi yang persis sama bisa<br />

dikatakan hampir tidak mungkin. Hal tersebut<br />

menyebabkan, seperti yang diungkapkan<br />

instruktur training perpajakan yang cukup<br />

berpengalaman tersebut, koreksi-koreksi yang<br />

dibuat pemeriksa pajak atas transfer pricing,<br />

dengan mudah dibantah oleh Wajib Pajak pada<br />

saat banding di Pengadilan Pajak.<br />

• Peraturan Pemerintah No.80 tahun<br />

2007<br />

Walaupun banyak kesulitan yang dihadapi,<br />

terkait dengan transfer pricing, Pemerintah<br />

tetap berupaya melakukan tindakan-tindakan<br />

preventif, antara lain dengan menerbitkan<br />

Peraturan Pemerintah No. 80 tahun 2007 tentang<br />

Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban<br />

Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor<br />

6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata<br />

Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa<br />

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang<br />

Nomor 28 Tahun 2007. Dalam Pasal 16 ayat (2)<br />

PP tersebut, dinyatakan bahwa dalam hal Wajib<br />

Pajak melakukan transaksi dengan para pihak<br />

yang mempunyai hubungan istimewa, Wajib<br />

Pajak juga wajib menyimpan dokumen dan<br />

atau informasi tambahan—selain buku, catatan<br />

dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan<br />

atau pencatatan. Hal tersebut dilakukan untuk<br />

mendukung bahwa transaksi yang dilakukan<br />

dengan pihak yang mempunyai hubungan<br />

istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran<br />

dan kelaziman usaha. Dalam konteks UU Nomor<br />

28 Tahun 2007 (UU KUP), ketentuan di atas<br />

secara tidak langsung telah menginterpretasikan<br />

bahwa kewajiban untuk membuktikan (beban<br />

pembuktian) kewajaran transaksi dengan pihak<br />

yang memiliki hubungan istimewa, sekarang<br />

terletak di tangan Wajib Pajak. Selanjutnya<br />

dalam Pasal 16 ayat (3) dinyatakan, ketentuan<br />

lebih lanjut mengenai jenis dokumen dan/atau<br />

informasi tambahan sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (2) dan tata cara pengelolaannya<br />

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan<br />

Menteri Keuangan. Namun demikian peraturan<br />

pelaksanaan PP tersebut dalam bentuk PMK<br />

sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut<br />

hingga saat ini belum diterbitkan, sehingga masih<br />

terdapat permasalahan mendasar antara Wajib<br />

Pajak dengan Fiskus.<br />

• Peraturan Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen<br />

Pajak) No. PER-43/PJ/2010 dan PER-32/<br />

PJ/2011<br />

Upaya-upaya lain yang dilakukan Pemerintah<br />

dalam rangka menangani permasalahan transfer<br />

pricing adalah dengan menerbitkan Peraturan<br />

Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen Pajak) No. PER-<br />

43/PJ/2010 tanggal 6 September 2010 berikut<br />

perubahannya berupa Perdirjen Pajak No. PER-<br />

32/PJ/2011 tanggal 11 November 2011, tentang<br />

Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman<br />

Usaha dalam Transaksi Antara Wajb Pajak dengan<br />

Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.<br />

Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan<br />

kepastian dan kelancaran dalam penerapan<br />

kewajaran dan kelaziman usaha dalam hal<br />

transfer pricing. Selain menjadi pegangan bagi<br />

Wajib Pajak kebijakan ini juga menjadi pegangan<br />

Fiskus dalam melakukan pemeriksaan pajak dan<br />

para Auditor Itjen apabila mendapat penugasan<br />

untuk melakukan compliance audit atas hasil<br />

pemeriksaan pajak yang dilakukan Fiskus.<br />

Di dalam Perdirjen dijelaskan apa yang<br />

dimaksud dengan pengertian Prinsip Kewajaran<br />

dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length Principle/ALP)<br />

dalam Transfer Pricing, yaitu prinsip yang mengatur<br />

bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang dilakukan<br />

antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan<br />

Istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam<br />

transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang<br />

tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang menjadi<br />

pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi<br />

yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai<br />

Hubungan Istimewa harus sama dengan atau berada<br />

dalam rentang harga atau laba dalam transaksi yang<br />

dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai<br />

Hubungan Istimewa yang menjadi pembanding.<br />

Wajib Pajak dalam melakukan transaksi<br />

transfer pricing dengan pihak-pihak yang mempunyai<br />

Hubungan Istimewa wajib menerapkan Prinsip<br />

Kewajaran dan Kelaziman Usaha. Prinsip Kewajaran<br />

dan Kelaziman Usaha dilaksanakan dengan<br />

38<br />

VOL V No. <strong>29</strong> | Edisi Maret - April 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!