SEAKAN KITORANG SETENGAH BINATANGpersyaratan Kategori II karena penangkapan dan penahanan Karmaterkait dengan hak dasarnya atas kebebasan berekspresi, berkumpuldan berserikat seperti dalam Pasal 19 dan 20 Deklarasi UniversalHak Asasi Manusia (UDHR), dan Pasal 19, 21 dan 22 dari KonvensiInternasional tentang Hak Sipil dan Hak Politik (ICCPR). Kasus inimemenuhi persyaratan Kategori III karena Pemerintah Indonesia gagalmematuhi standar minimum internasional atas pengadilan yang adil.Ketika pemerintah mendakwa Karma, perlindungan dasar dalam Pasal9, 10 dan 11 UDHR dilanggar.Indonesia meneken ICCPR pada Februari 2006. Blak-blakan,Indonesia mengaku masih dalam proses harmonisasi hukum, khususnyahukum pidana, dengan komitmennya berdasarkan ICCPR. 58 Namun,Indonesia harus meratifikasi HAM dalam aturan internasional itu kedalam aturan negeri secara mandiri. 59Penahanan Karma melanggar komitmen Indonesia atas UDHR danICCPR. Meskipun Karma dihukum dan dipenjara sebelum Indonesiamenyetujui ICCPR, penahanan yang sedang berlangsung tetap melanggarketentuan UDHR, dan pemenjaraan dirinya pasca ditanda-tanganinyaICCPR gara-gara aksi yang dilindungi ICCPR jelas merupakanpelanggaran Konvensi tersebut. 60 Komentar umum Komite HAM PBBpoin 26 menyatakan bahwa hak-hak individu yang terkandung dalamICCPR menjadi hak warga negara perorangan sejak negara merekameneken ICCPR. Karenanya, tindakan selanjutnya yang ditujukanuntuk mencabut hak-hak itu dari individu tidak bisa dibenarkan. 61pelanggaran kebebasan berkarakter sewenang-wenang. Di luar itu, dalam membuat determinasiKategori III, Pokja akan mengacu prinsip Perlindungan Semua Pihak dari Berbagai Penahananatau Pemenjaran dan—jika sebuah Negara tergabung dalam ICCPR—pasal 9 serta 14 ICCPR.58 U.N. Human Rights Council, Rep. of the Working Group on the Universal Periodic ReviewIndonesia, A/HRC/8/23, halaman 6 (14 May 2008)59 Pasal 7 (2) UU No. 39/1999 tentang HAM, di http://asiapacificforum.net/members/apfmember-categories/full-members/indonesia/downloads/legal-framework/indonesiaact.pdf.60 Argument ini tidak berarti dan tak harus mensyaratkan ICCPR memiliki efek retroaktif.61 U.N. Human Rights Comm., General Comment 26 to the ICCPR, U.N. Doc. CCPR/C/21/Rev.1/Add.8/Rev.1 (1997) (“Hak yang terpatri dalam Perjanjian milik rakyat yang hidup di wilayahnegara peserta. Komite HAM telah berulang-kali menegaskan pandangan itu, seperti terlihat daripraktiknya dalam rentang panjang, sehingga sekali rakyat mendapat perlindungan hak di bawahPerjanjian ini, perlindungan tersebut berlaku di wilayahnya dan terus menjadi bagian dari mereka,tidak peduli ada perubahan di Pemerintahan negara peserta, termasuk disintegrasi menjadi lebihdari satu negara atau keberlangsungan Negara atau tindakan dalam bentuk apapun di Negara122
LAMPIRANPenahanan Karma pasca-persetujuan ICCPR tidak lagi bisa dibenarkan.Indonesia tidak menunjukkan upaya penumbuh-kembangan, deklarasi,atau pemahaman yang bisa mencegah terpangkasnya penerapan ICCPRuntuk warganya yang dipenjara, setelah meneken perjanjian itu denganundang-undang yang bertentangan dengan ICCPR. Selain itu, terlepasdari kewajiban ICCPR, penahanan tersebut jelas berada di bawahKategori II mandat Pokja PBB tentang Penahanan Sewenang-wenang.Saat ICCPR tidak berlaku, Pokja memakai UDHR sebagai acuan. 62Ketentuan utama hukum internasional yang dilanggar padapenangkapan, peradilan dan penahanan Karma adalah UDHR Pasal 9,10, 11, 19 dan 20, dan ICCPR Pasal 19(1), 19(2), 21 dan 22. PerlakuanKarma di penjara juga melanggar Pasal 22(2) Peraturan StandardMinimum PBB tentang Perlakuan Tahanan. 63(i) Pelanggaran Hak Kebebasan Berekspresi KarmaUDHR Pasal 19 mengatur “hak kebebasan berpendapat danberekspresi”, dan ICCPR Pasal 19 (1) menyatakan “hak memegangpendapat tanpa gangguan”. ICCPR Pasal 19 (2) juga menyebutkan bahwaTiap orang berhak atas kebebasan berekspresi; mencakup kebebasanuntuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi danpemikiran apapun, terlepas dari pembatasan-pembatasan baiksecara lisan, tertulis atau cetak, dalam bentuk seni, atau melaluimedia lain sesuai dengan keinginannya.Penangkapan, penahanan dan pemenjaraan Karma hanya karenapengibaran bendera melanggar Pasal 19 dari UDHR dan ICCPR.Sementara ICCPR Pasal 19 (3) menyatakan bahwa, selama dilindungihukum dan sepanjang diperlukan, pembatasan kebebasan berekspresidapat dikenakan pembatasan-untuk melindungi keamanan nasionalatau ketertiban umum tertentu. Karena pengakuannya atas ICCPR,Pemerintah Indonesia dalam hal ini belum membela tuduhanpelanggaran HAM. Bahkan jika dilakukan di sini, klaim tersebut akangagal di bawah interpretasi yang berlaku dan otoritatif atas pengecualianpeserta yang ditujukan untuk melepas rakyat tersebut dari hak yang telah dijamin Perjanjian”).62 Laporan Kunjungan Pokja, Lembaran Fakta No. 26, supra nota 40.63 Peraturan Standard Minimum PBB seputar Perlakuan terhadap Tahanan, 30 Agustus 1955.123