10.07.2015 Views

seakan-kitorang-setengah-binatang

seakan-kitorang-setengah-binatang

seakan-kitorang-setengah-binatang

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BIAK BERDARAHmenunjukkan bahwa kita ksatria, kita berani, kita hadapi.Jadi <strong>kitorang</strong> hadapi. Dorang datang ya kita hadapi. Berhadapanmuka dengan dorang. Sampaikan kita punya pendapat. Tidak harus<strong>kitorang</strong> melarikan diri. Jadi itu yang selalu saya sampaikan dalamorasi-orasi pada 2 hingga 5 Juli.Perjuangan damai ini merupakan hal baru bagi masyarakat sayadi Papua. Mereka datang banyak bawa tombak, parang, bom molotov.Ada yang bawa bom, di Papua terkenalnya dopis, bom rakitan daribotol dan pipa.Setelah mereka berkumpul dan itu disampaikan kepada saya, sayabilang, “Maaf ini perjuangan damai. Jadi <strong>kitorang</strong> tak boleh pakaikekerasan, tak boleh pakai senjata yang bisa membahayakan orang lain.”Saya beritahu adik saya untuk mengumpulkan semua senjata dandibawa ke pelabuhan lalu dibuang, termasuk pipa-pipa besi, kayu untukmempersenjatai diri. Saya katakan tidak boleh.Jadi kalau kita tak bersenjata, tak ada alasan polisi memperlakukankita semena-mena atau menembak kita. Tapi kalau kita bersenjata adaalasan polisi untuk menembak.Lalu tanggal 4 sampai 5 Juli, beberapa tokoh masyarakat, jugautusan pemerintah datang membujuk saya untuk menyerah. Maksudnyamenurunkan bendera Bintang Fajar atau Bintang Pagi, supaya tidakterjadi pembantaian. Saya katakan: pantang bagi saya menyerah.Mereka memberikan jaminan bagi keselamatan saya saja. Sayakatakan, “Mengapa hanya saya saja yang dijamin? Bagaimana denganmasyarakat kecil ini? Siapa yang menjamin mereka? Tidak bisa! Sayaminta jaminan bagi seluruh massa pendukung.”Saya khawatir setelah kami bubar, waktu mereka menjalankanaktivitas sehari-hari seperti berkebun, lalu dibunuh oleh aparat di hutantanpa satu orang pun tahu. Ini namanya mati konyol. “Dari pada matikonyol, lebih baik mati sebagai pejuang kemerdekaan bangsa PapuaBarat. Karena semua orang tahu dan lihat.”Kemudian ada beberapa tokoh agama sekitar 10 orang, datang danmemanggil saya “anak” karena usia saya lebih muda. Mereka bilang,“Anak menyerah saja, kami jamin anak punya keselamatan.”Saya tertawa lalu bilang, “Teman, ko percaya pada janji pejabat-15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!