11.07.2015 Views

Download PDF (8.33 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.33 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.33 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

13Perenungan kematian adalahcara meditasi yang diajarkan dalamVisuddhimagga, yang antara lainmenerangkan bahwa untukmemperoleh hasil yang sebaik-baiknya,seseorang harus mengerjakannyadengan cara benar, yaitu dengan penuhkesadaran (sati), dengan bersungguhsungguh(samvega), dan denganpengertian yang benar (Vism. 230).Seorang bhikkhu yang tekunmelaksanakan perenungan kematiandengan terus menerus akanmemperoleh pengertian bahwa semuabentuk kelahiran adalah penderitaan;juga dapat timbul persepsi terhadapketidakkekalan, diikuti pula denganpersepsi terhadap dukkha dan anatta(Vism. 239).Kesadaran tentang kematiantidak hanya dapat membersihkanpikiran, tetapi juga mampumelenyapkan pandangan yangmenakutkan dan menakjubkan tentangkematian, serta menolong manusiapada saat-saat yang gawat. Bilamanakematian dapat dihadapi dengan tenangdan teguh, orang tidak takutmenghadapi kematian, melainkanjustru senantiasa siap untukmenghadapinya.Perenungan kematian, begitupula perenungan bentuk-bentuk laindari dukkha/derita, seperti usia lanjut,sakit, dan sebagainya, berisi suatu titiktolak untuk melangkah, menyelidiki,dan bermeditasi, yang pada akhirnyamembawa seseorang pada kesunyataanyang mutlak. Demikian pula sebenarnyayang terjadi pada riwayat hidupPangeran Siddharta Gotama.Sejak kecil, Pangeran Siddhartahidup dalam lingkungan istana yangserba mewah. Menginjak usia remaja,saat melihat kehidupan masyarakat,Siddharta menyaksikan segala bentukpenderitaan manusia, yaitu tua, sakit,dan mati (D.ii.22). Pemandangan sepertiitu tidak pernah dilihat Siddhartasebelumnya. Kemudian Siddhartabertanya kepada pengawalnya. Darijawaban pengawalnya Siddhartamenyimpulkan bahwa kehidupanmanusia penuh dengan penderitaan,yaitu mengalami usia tua, sakit, danmati (A.i.146).Peristiwa yang dilihat Siddhartaterbawa dalam batinnya, sehingga padasuatu malam Siddharta keluar dariistana dan meninggalkan segalakemewahan hidup. Siddhartamengasingkan diri menjadi pertapadengan tujuan mengatasi penderitaandengan mencari apa yang tidakdilahirkan, tidak menjadi tua, tidaksakit, dan tidak mati (M.i.163).Pengalaman melihat orangberusia lanjut, kemudian orang sakit,lalu orang mati menyebabkan PangeranSiddharta, yang semula hidup dalamsegala kemewahan, melepaskan segalagalanya.Ia meninggalkan istri, anak,rumah, kerajaan, dan menempuhperjalanan untuk mencari kesunyataan;dan perjalanan itu berakhir dengan hasilgemilang: pencapaian kebuddhaanAgustus 2005

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!