40perdagangan, tidak ada warung danrestoran. Lalu bagaimana caranya kitamenolong mereka? Kita bisa menolongmereka dengan melakukan kebaikan, danmelimpahkan jasanya kepada mereka.Dalam masyarakat, pelimpahanjasa kadang-kadang dihubungkan dengantradisi melakukan upacara tertentu padabulan tujuh menurut penanggalan Imlek.Padahal menurut agama Buddha sebetulnyapelimpahan jasa tidak harus menunggubulan tujuh. Sebab, belum tentu pada bulantujuh nanti kita masih tetap hidup! Kalau kitajuga ikut meninggal, justru malahan kitalahyang menerima pelimpahan jasa! Sebetulnyapelimpahan jasa bisa dilaksanakan setiapsaat, bahkan setiap malam pun kita bisamerenung. ‘Semoga dengan semua kebaikanyang telah saya lakukan sampai malam hariini, almarhum papa dan mama memperolehkebahagiaan sesuai dengan kondisikarmanya saat ini.’ Kenapa dipilih ‘bulantujuh’, ini tentu ada sebabnya. Dasarpemilihan ini dari kebiasaan Tiongkok. Bulantujuh adalah bulan pergantian musim. Kitapun dapat melihat di Indonesia kalau padaBulan Tujuh udara sangatlah dingin, bulanmenggigil! Oleh karena itu, dalam bulan inicukup banyak orang yang sakit. Karenabanyaknya orang sakit maka para orang tuajaman dahulu menganggapnya sebagaibanyaknya gangguan setan. Setan yangmengganggu berasal dari neraka yang,katanya, sedang ‘dibuka’. Oleh sebab itu,para leluhur kita dahulu kemudianmelakukan upacara tertentu agar tidakmemperoleh bencana karena gangguan parasetan tadi. Itulah, secara singkat, awalmunculnya tradisi upacara di bulan tujuhtanggal lima belas. Secara agama Buddha,sekali lagi, pelimpahan jasa dapat dilakukansetiap saat, tanpa harus menunggu bulanbulantertentu.Apakah pelimpahan jasa itu masihbermanfaat bila dilakukan di zamansekarang ini? Masih! Ada kisah nyata. Adaseorang samanera yang ibunya meninggaldunia. Karena dia Buddhis, dia mengertibagaimana caranya berbuat baik. Diamengundang seorang bhikkhu dengan satusamanera yang lain lagi untuk membacakanparitta. Setelah selesai diamempersembahkan dana. Di sini adabaiknya disebutkan jumlahnya karenajumlahnya ini berhubungan dengan cerita ini.Mereka masing-masing mendapatkanselembar amplop yang berisi Rp. 5000,00.Beberapa hari kemudian samanera yangmengadakan pelimpahan jasa itumenceritakan bahwa ibunya telahmendatanginya lewat mimpi. Dalam mimpi,ibunya mengatakan kini ia telah mempunyaiuang. Ibunya, dalam mimpi, menunjukkanuang dua lembar @ Rp. 5000,00!Ada cerita yang lain lagi. Adaseorang ibu yang sudah lama menjadi janda.Agustus 2005
41Suatu malam suaminya datang dalam mimpidan meminta selembar baju. Setelah bangun,sang istri kemudian pergi ke pasar untukmembeli kain yang seukuran suaminya, jugayang warna dan motifnya yang disenangisuaminya. Si istri kemudian meletakkansemuanya itu di meja penghormatan yangada foto almarhum di atasnya. Dia kemudianmembaca paritta. Selesai membaca paritta,dia mengatakan; ‘Niat saya hari ini mauberdana, atas nama suami saya, semogadengan kekuatan kebaikan ini suami sayamemperoleh kebahagiaan sesuai dengankondisi karmanya saat ini.’ Sesudah selesai,kainnya ini tidak dibakar, tetapi didanakankepada salah seorang pengurus vihara atasnama almarhum suaminya. Seminggukemudian ibu ini mimpi lagi suaminyadatang. Suaminya puas dengan pemberianbajunya, hanya saja ia mengeluh kalauukuran bajunya tidak sesuai, kekecilan. Ibuini terbangun, kemudian merenungkan artimimpinya. Dia teringat bahwa ketikamembeli kain ukurannya sama denganukuran suaminya, padahal orang yangmenerima dana badannya lebih besardaripada suaminya. Pantas kekecilan!Keesokan harinya, istri yang setia ini pergi kepasar lagi untuk membeli kainkekurangannya, dan dia berikan kepadapenjaga vihara itu. Penjaga vihara itu justruheran atas pengertian si ibu. Ia baru saja akanmenghubungi si ibu karena kainnya memangkurang ukurannya.Dari cerita ini jelas kelihatan bahwasebetulnya pelimpahan jasa secara Buddhisitu dapat diterima oleh para makhluk yangkita kirimi. Hanya saja, syaratnya makhlukitu harus terlahir di alam ParadatupajivikaPeta. Kalau dia tidak terlahir di alam itu, kalaudia terlahir di salah satu dari 26 alam surga,atau terlahir di alam neraka, maka makhlukini tidak bisa menerima pelimpahan jasakita. Kalau demikian, apakah manfaat bagikita membacakan paritta untuk makhlukyang tidak terlahir di alam peta tersebut?Apabila orang yang meninggal itu tidakterlahir di alam Peta tersebut, minimal selamakita membacakan paritta, selama itu pulapikiran, ucapan serta perbuatan kita dipupukuntuk sesuatu yang baik, mendoakan agaralmarhum berbahagia. Kenal atau pun tidakkenal kepadanya kita tetap mendoakansemoga almarhum berbahagia. Maka selamasetengah jam itu, pikiran, ucapan danperbuatan kita telah melaksanakankebaikan. Bayangkan kalau pagi setengahjam, malam setengah jam lagi, berarti hariini kita punya satu jam yang berisi pikiran,ucapan, dan perbuatan kita baik. Kalau tiappagi dan malam kita bisa membaca parittasetengah jam, maka dalam satu bulan kitadapat mengumpulkan sekitar 30 jam untukberpikir dan berbuat yang baik. Luar biasa,begitu besar kesempatan melakukanperbuatan baik. Hanya dengan membacaparitta saja! Cobalah bila kita duduk selamasatu jam. Pikiran dengan mudahmengembara kemana-mana. Kadang timbulpikiran baik, tetapi tidak jarang munculpikiran jahat. Tetapi dengan diisi kegiatanmembaca paritta, maka pikiran, ucapan sertaperbuatan kita otomatis terisi pula dengankebaikan. Satu jam setiap hari, 30 jam satubulannya kita berkesempatanmengembangkan kebaikan hanya denganmembaca paritta. Oleh karena itu, seringlahmembaca paritta, apalagi pada upacaraupacarasemacam ini. Bagus. Dalamupacara ini, selain kita telah melaksanakankebaikan dengan membaca paritta, kita jugadapat melimpahkan jasa kebaikan ituAgustus 2005