12.07.2015 Views

Untitled - International Center for Transitional Justice

Untitled - International Center for Transitional Justice

Untitled - International Center for Transitional Justice

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

erbagai organisasi masyarakat sipil di Timor-Leste antara bulan Desember 2004 sampai Maret 2005,nampaknya pertemuan-pertemuan ini tidak didasari keinginan untuk memperhatikan pendapat pihaklain. 50 Kegagalan untuk mendengarkan dan mempertimbangkan pandangan yang disampaikan olehmasyarakat sipil dan para korban selama tahap persiapan KKP, membuat kelompok-kelompok inimerasa dipinggirkan dan meningkatkan rasa curiga terhadap Komisi. Ini telah mengakibatkanmenurunnya kredibilitas dan kinerja KKP. Kegagalan untuk menghadapi isu-isu yang muncul selama“konsultasi” juga mengakibatkan ketidakmampuan Komisi untuk menjalin kerjasama denganlembaga-lembaga penting di tingkat lokal dan internasional, seperti PBB, organisasi hak asasimanusia dan individu-individu lainnya, yang telah didekati untuk dimintai pendapat, kesaksian,ataupun masukan lain.5. Pemilihan Anggota KomisiBegitu TOR ditandatangani, pemilihan anggota Komisi pun dimulai. Dalam pembentukan komisikebenaran dan rekonsiliasi, tahapan ini barangkali yang paling signifikan dalam mempengaruhi prosesdan kualitas pekerjaan sebuah komisi. 51TOR KKP menyatakan, para anggota Komisi akan dipilih dalam jumlah yang sama dari Indonesiadan Timor-Leste, dipilih “dari orang-orang yang terkemuka dan berkompetensi, terutama dari bidanghukum dan hak asasi manusia, akademisi, pemuka agama dan tokoh masyarakat”, dan bahwa:Sesudah konsultasi dan sesuai dengan persyaratan domestik atau ketentuankonstitusional masing-masing negara, Presiden Republik Indonesia dan PresidenRepublik Demokratik Timor-Leste akan bersama-sama menunjuk sepuluh anggotaKomisi. 52Walaupun jelas bahwa anggota Komisi harus ditunjuk bersama-sama, proses seleksi mereka tidakdibahas secara rinci dalam TOR. Pada akhirnya, Indonesia dan Timor-Leste masing-masing memilihanggota Komisinya sendiri. Kedua pihak tidak menyatakan keberatan terhadap pilihan masing-masingnegara. 53Yang signifikan, walaupun ada persyaratan dalam Pasal 16(a) TOR untuk “konsultasi”, proses seleksiberlangsung secara tertutup dan tanpa masukan dari masyarakat sipil. Proses pemilihan tertutup inibertentangan dengan kecenderungan internasional yang melibatkan partisipasi masyarakat sipil dalamseleksi anggota komisi kebenaran. 54 Contoh yang sering dikutip adalah komisi kebenaran dari AfrikaSelatan dan Sierra Leone, dimana anggota komisinya dipilih melalui nominasi publik dan prosesseleksi yang dilakukan oleh panel seleksi yang mewakili unsur-unsur masyarakat. 55 Sebuah modelyang baik ada di depan mata para pendiri KKP: seleksi anggota CAVR dilakukan melalui suatuproses yang terbuka yang melibatkan panel seleksi yang mewakili unsur masyarakat, serta prosesPrinsip ke-6; dan Diane Orentlicher, “Laporan ahli independen untuk memperbaiki Sejumlah Prinsip untukMemerangi Impunitas,” Dokumen PBB No. E/CN.4/2005/102, 18 Februari 2005, paragraf 7.50 Beberapa rapat diadakan pada bulan Desember 2004 dengan CAVR dan PBB, serta NGO internasional diNew York. Pada awal tahun 2005, beberapa kali diskusi diadakan dengan pimpinan partai politik, tokoh gerejadan kelompok hak asasi manusia di Timor-Leste. Draft TOR dipresentasikan di Dili dalam sebuah rapat publikdan sesi khusus di parlemen pada bulan Maret.51 Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UN OHCHR), “Rule-of-Law Tools <strong>for</strong> Post-Conflict States: Truth Commissions” (Perangkat Hukum untuk Keadaan Pascakonflik: Komisi Kebenaran), NewYork: United Nations, 2006, 13; Mark Freeman dan Priscilla Hayner, “Truth-Telling” (PengungkapanKebenaran), catatan kaki No. 83, 129.52 TOR, pasal 16(a).53 José Ramos Horta, wawancara dengan penulis, 7 Juni 2007; Janelle Saffin, wawancara via telepon denganpenulis, 10 Agustus 2007.54 Priscilla B. Hayner, “Unspeakable Truths: Confronting State Terror and Atrocity” (Kebenaran yang TakTerbahasakan: Menghadapi Teror dan Kekejaman Negara), New York: Routledge, 2001, 216-217; Nahla Valji,“Komisi Rekonsiliasi Nasional Ghana: Penilaian Komparatif,” Rangkaian Makalah Khusus ICTJ, September2006, 6-7.55 Freeman, catatan kaki 56, 129-130; dan Hayner, catatan kaki 59, 216-217.14

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!