07.08.2015 Views

VOLUME X | NO 95 / AGUSTUS 2015

Media Keuangan Agustus 2015

Media Keuangan Agustus 2015

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

WawancaraInklusi KeuanganTambahInvestasi PembangunanBeberapa tahun terakhir, inklusikeuangan marak dibicarakan.Tujuannya adalah untukmeniadakan segala hal yangmenghambat masyarakat dalammemanfaatkan layanan jasa keuangan.Apalagi, tidak teraksesnya layanankeuangan selama ini disebabkan berbagaifaktor. Tidak hanya soal orang miskinyang tidak punya uang untuk menabung,tetapi juga ketersediaan layanan yangbiasanya jauh dari pedesaan danmahalnya ongkos menabung di bank.Lalu sejauh mana sebenarnyaupaya ini dapat meningkatkan ekonomimasyarakat dan pembangunannasional? Berikut petikan wawancaraMedia Keuangan dengan DirekturLembaga Penelitian Ekonomi danMasyarakat Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia (LPEM UI), IKadek Dian Sutrisna Artha.Bagaimana relasi inklusi keuangan dengankesejahteraan masyarakatt?Inklusi keuangan adalah bagaimanamasyarakat terutama golongan bawahbisa mengakses produk institusikeuangan, baik perbankan, pasarkeuangan, maupun yang lainnya.Secara teori ekonomi, semakin banyakmasyarakat yang menggunakan produkkeuangan biasanya kesejahteraanmasyarakat semakin baik. Misalnyatabungan yang juga menjadi simpanannasional dapat menjadi dana untukpembangunan dalam bentuk investasi.Sehingga, semakin banyak akses dansemakin banyak penggunaan produkakan semakin mendorong pertumbuhanekonomi.Selain itu, kalau masyarakatmenengah ke bawah memiliki aksesyang baik ke pasar keuangan, akanterjadi pemerataan distribusi,pendapatan, dan kemiskinan. Denganmereka tahu bagaimana menggunakanjasa keuangan, mereka akan memilikimanajemen keuangan yang baik.Mereka akan berpikir bagaimanamenabung dan meminjam uang dariperbankan atau pasar keuangan lainnyauntuk investasi sebagai usaha keluardari kemiskinan.Seperti apa inklusi keuangan di negara-negaralain?Di Indonesia jumlah orang yangmemiliki akun di pasar keuangan formalbaru 20 persen. Di Malaysia sudah 66,7persen. Kita lebih sebanding denganVietnam yang bahkan masih di ataskita sedikit. Begitu juga dengan jumlahrumah tangga yang memiliki tabunganbaik di institusi keuangan maupun noninstitusi keuangan hanya 48 persen.Di negara-negara maju rasionyalebih tinggi. Misalnya di Jepang, akseske pasar finansial sudah sangat baik.Mereka bahkan mereka memiliki postbank yang menjangkau hingga kepedesaan. Di Indonesia kantor posbelum dioptimalkan, baru sebatasuntuk kirim surat dan wesel saja. DiJepang kantor pos beroperasi sepertibank dan cabangnya mencapai pelosok(remote area). Dengan demikian,desa juga menjadi tempat potensialuntuk menggali dana masyarakatsehingga dapat digunakan sebagaisumber pembiayaan keuangan negaradan bahkan sumber pembiayaaninfrastruktur.Nah, karena di Indonesia iklusikeuangan masih rendah, makatabungan domestik untuk membiayaiinvestasi pun menjadi rendah.Akibatnya kita masih sangat tergantungpembiayaan dari luar. Begitu pula diEropa. Transaksi yang menggunakanuang tunai relatif sedikit. Semuanyamenggunakan e-money berupa kartu.Untuk mendapatkan kartu tersebutotomatis semua masyarakat harusmemiliki akun di bank.Apakah sulit membangun cashless society?Kita jangan dulu ke cashless society.Memperkenalkan masyarakat denganperbankan di Indonesia Timur sajamasih kurang. LPEM pernah melakukanVol. X No. <strong>95</strong> / Agustus <strong>2015</strong>27

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!