Generasi EmasKisah TentaraIndonesia diNegeri KoreaSuasana bulanRamadan danlebaran di kampunghalaman teramatdirindukan oleh YoniHerdian Yogaswara.Tahun ini akanmenjadi lebarankedua tentara dikesatuan TentaraNasional IndonesiaAngkatan Udara(TNI AU) itu dinegeri seberang,Korea Selatan.Yoga, panggilanakrabnya, tengahmenyelesaikanpendidikan doktoraldi Korea AdvancedInstitute of Scienceand Technology(KAIST) denganbeasiswa dariLembaga PengelolaDana Pendidikan(LPDP). Kerinduanitu sedikit terobatidengan keberadaanistri dan ketigaanak yangmendampinginyamenjalanipendidikan.banget dengan suasanasahur dan berbuka di tanah air,”kata Yoga pada awal perbincangandengan Media Keuangan“Kangenmelalui fasilitas Skype beberapawaktu lalu. Di Daejeon, kota tempat Yoga dankeluarganya tinggal, bulan Ramadan tak berbedadengan bulan-bulan lainnya. Terkadang, untukmenciptakan suasana rumah, sang istri, PipitPitriani, memasak kolak dan panganan khaskampung halaman. Pada akhir pekan, merekajuga mengikuti kegiatan buka bersama yangdiselenggarakan oleh komunitas muslim di sana.Berpuasa di negeri Korea diakui Yoga sangatmenantang. Selain jatuh di musim panas, waktupuasa di sana juga berlangsung lama, sekitar 18jam. Di samping itu, dengan komposisi pendudukyang beragama hanya sekitar 40 persen, ibadahibadahkeagamaan cenderung dianggap tidakumum. Urusan mencari makanan halal pun sangatsulit.Namun, Yoga masih bersyukur karenaprofessor pembimbingnya memberikan dispensasidalam hal studi. Pada hari normal, terkadang Yogaharus berada di laboratorium untuk melakukanpenelitian selama hampir 20 jam. ”Pada bulanpuasa, saya bisa kembali ke rumah sebelum adzanMaghrib dan kembali keesokan harinya sekitarjam sembilan,” ujar pria kelahiran Cicalengka, JawaBarat, 24 September 1979 itu.Sekolah sambil mengasuh anakYoga saat ini tengah duduk di semestertiga pada program doktoral di DepartemenAerospace Engineering. Empat bulan setelah tibadi Korea Selatan, istri dan ketiga anak laki-lakinyamenyusul. ”Kami tinggal di apartemen yangberada di tengah-tengah antara kampus saya danistri,” kata dia.Sang istri yang bekerja sebagai dosen diUniversitas Pendidikan Indonesia saat ini jugatengah berjuang meraih gelar S3 di ChungnamNational University. Sambil sekolah, keduanyabahu membahu mengasuh Rasyid (9), Irsyad (7),dan Khalifa (5) yang masih duduk di bangku SDdan TK. Yang menarik, ketiga anak mereka justrubisa berkomunikasi menggunakan bahasa Koreajauh lebih lancar dari orang tuanya.Tantangan hidup di negara orang makin besardengan keterbatasan finansial. Living allowanceLPDP menjadi andalan utama keluarga Yogakarena sang istri hanya mendapatkan tuitionscholarship. Di samping itu, Yoga juga memutuskanuntuk membatasi pengunaan gajinya sebagaitentara selama menempuh studi karena masalahnilai tukar dan biaya transfer. ”Cukup berat untukmengaturnya, tetapi alhamdulillah bisa ditutupidengan bekerja sebagai tutor di UniversitasTerbuka di Korea Selatan. Istri saya juga dimintamembantu mengajar bahasa Indonesia oleh temankampusnya,” kata tentara dengan pangkat kaptenitu.Peluru kendali jarak jauhKetertarikan untuk mendalami sistempemandu dan kendali pada peluru kendali(Guidance and Control System of Missile/GCSM)menjadi alasan Yoga belajar sampai ke negeriKorea. Selain karena sudah terlibat dalam risetsenjata dan amunisi sejak awal berdinas di TNI AU,penguasaan GCSM juga merupakan tolak ukurkemajuan teknologi pertahanan suatu negara.Keputusan untuk melanjutkan pendidikanbukannya tanpa pengorbanan. Yoga harusmerelakan pangkat militernya tertundadibandingkan rekan seangkatan. Keterbatasandata riset juga menjadi tantangan karena dia tidakdiizinkan bergabung dalam riset laboratoriumnya.Riset tersebut bernilai strategis dan sensitifserta menyangkut keamanan informasi negaratempatnya belajar.”Bahkan saya dilarangmemasuki laboratorium di seberang ruangansaya dengan ancaman deportasi,” ungkaplulusan terbaik program magister Program StudiAeronautika and Astronautika di Institut TeknologiBandung tersebut. Sebagai tentara, Yoga dapatmemahami peraturan di kampusnya. Namun, padasaat yang sama, usahanya melakukan penelitianmenjadi ekstra keras karena dia harus mencaridata mentah secara mandiri.Di kampusnya, Yoga mendalami bidangoptimal guidance system of missile. Secara umumyang dia pelajari adalah tentang cara kerja peluru44MediaKeuangan
Cherry BlossomFestival bersamaKeluarga.Korean Societyof Aeronauticaland SpaceSciences (KSAS)2014 SpringConference.FotoDok. Pribadimenambahkan peluru kendali jarak jauhkedalam sistem pertahanan udara,”ujarnya.Pada kondisi terbaik, pertahananudara bisa dilakukan dengan senjatapertahanan udara jarak pendek, pelurukendali jarak menengah, peluru kendalijarak jauh, dan pesawat udara. Yangdimiliki Indonesia saat ini adalah pesawatudara dan senjata pertahanan udara jarakpendek. Sementara, peluru kendali untukpertahanan udara jarak sedang danjarak jauh masih sangat membutuhkanpengembangan lebih lanjut.kendali jarak jauh. ”Ketika ada sebuahamunisi yang ditembakkan, maka tugassaya adalah membuat peluru ini tahuposisinya terhadap sasaran, kemudianmerancang bagaimana amunisi ini bisabergerak menuju sasaran tersebut,” katapria yang lama berdinas di LaboratoriumSenjata dan Amunisi, Dinas Penelitiandan Pengembangan TNI AU tersebut.Tujuan penelitiannya adalah ketepatanperkenaan amunisi terhadap sasaran,baik itu sasaran bergerak maupunsasaran diam.Obyek penelitian yang diambilYoga masih sangat jarang didalamidi Indonesia. Menurut Yoga, jikaberbicara mengenai GCSM di Indonesia,pertanyaan utamanya adalah bagaimanabisa membuat peluru kendali ituberfungsi. Pertanyaan selanjutnyaadalah mengapa harus peluru kendali.Penguasaan teknologi peluru kendali,kata Yoga, adalah batasan suatu negarasudah memiliki teknologi pertahananyang dapat diandalkan. ”Negara yangmumpuni pertahanan militernyapasti sudah menguasai GCSM,” Yogamelanjutkan.Secara khusus, teknologi pelurukendali sangat penting untuk negarayang wilayahnya sangat luas sepertiIndonesia. Pada pertahanan wilayahudara, Yoga memberikan contoh, yangdibutuhkan adalah pertahanan yangterintegrasi. “Pertahanan udara sekarangkan bertumpu pada pesawat tempur dansenjata pertahanan udara jarak pendek.Kalau kita mengandalkan pertahananudara hanya dengan itu, effort-nyaterlalu besar dibandingkan dengan kitaHarapanYoga termasuk perwira batchpertama di korps TNI yang berangkatdengan skema pembiayaan dari LPDP.Dia memandang bahwa di tubuh TNI,pendidikan luar negeri masih kurang,terutama bidang sains, teknologi,rekayasa dan manufaktur. Keberadaanbeasiswa LPDP dapat menyumbangbanyak hal untuk meningkatkan kualitassumber daya manusia (SDM) paratentara. ”Tentara butuh kemajuan dalamhal kualitas SDM yang didapatkan daripendidikan luar negeri,” katanya.Dari kampus KAIST, Yogaberkomitmen untuk membawa pulangilmu yang didapatnya dan masih langkadi Indonesia. Dia sangat berharap dapatmenyelesaikan pendidikan dan melewatiseluruh tantangannya dalam waktu 3atau 3,5 tahun. Tujuannya mulia. ”Kedepan, saya harus mampu berkontribusidalam riset dan pengembanganindustri teknologi pertahanan untukmeningkatkan harkat, martabat,wibawa, dan kehormatan Indonesiadi mata dunia,” kata Yoga mengakhiriperbincangan.Gedung A.A. Maramis II Lt. 2Jl. Lap. Banteng Timur No. 1Jakarta 10710Telp/Faks. (021) 3846474E-mail. lpdp@depkeu.go.idTwitter/Instagram. @LPDP_RIFacebook. LPDP Kementerian Keuangan RIYoutube. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP RITeks Dwinanda ArdhiVol. X No. <strong>95</strong> / Agustus <strong>2015</strong>45