26.09.2015 Views

KUMPULAN KISAH-KISAH TOKOH G30S/PKI

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Di bulan Januari tahun 1966 beberapa pakar Indonesia di Cornell Univesity,<br />

A.S., mempublikasikan untuk pembaca terbatas 'Laporan Sementara' tentang<br />

peristiwa September-Oktober 1965 di Indonesia. Mereka sangat menyangsikan<br />

pemberitaan bahwa peristiwa itu kup komunis, seperti dikatakan penguasa di<br />

Indonesia dan dunia Barat. Dengan menggunakan "Laporan Cornell" sebagai bahan,<br />

WF Wertheim menulis karangan di mingguan Belanda "De Groene Amsterdammer" 19<br />

Februari 1966, dengan judul "Indonesia beralih ke kanan" Dalam karangannya ini<br />

ia mempertanyakan: Mengapa perhatian dunia Barat terhadap pembunuhan massal di<br />

Indonesia sangat kecil, jika dibanding dengan tragedi-tragedi lain di dunia,<br />

yang terkadang jauh lebih ringan? Barangkali alasannya karena, masih menurut WF<br />

Wertheim, pandangan umum melihat bahwa peristiwa itu terjadi oleh kesalahanan<br />

golongan kiri sendiri.yang bersalah. Tapi dari kenyataan itu timbul pertanyaan<br />

lain: Apakah "diamnya" dunia Barat bukan karena mereka sendiri yang<br />

mengorganisir gerakan 30 September, dan yang "meng-otak-i" pembunuhan terhadap<br />

enam jendral itu?.<br />

Selain itu jika melihat gerakannya yang dengan penculikan dan pembunuhan, ini<br />

bukan ciri gerakan revolusioner. Ini gerakan sekelompok militer yang melakukan<br />

"putsch", seperti dikatakan BK. Selain itu juga ganjil jika dihubungkan dengan<br />

<strong>PKI</strong>, oleh karena partai ini tidak menunjukkan kesiapan dan persiapan untuk<br />

berjuang melalui laras senjata. Beriringan dengan meningkatnya suasana (pinjam<br />

istilah BK) "gontok-gontokan", berulangkali DN. Aidit menegaskan pendirian<br />

partainya: "Kalau tergantung kami, kami lebih suka menempuh jalan damai".<br />

Begitu juga kita bisa mengacu pada teori "dua aspek", yaitu aspek pro-Rakyat<br />

dan aspek anti-Rakyat di dalam tahap revolusi nasional demokratis, yang sejak<br />

sekitar 1963 didengung-dengungkan oleh <strong>PKI</strong>. Lebih-lebih jika kita perhatikan<br />

kata-kata Njoto tahun 1964 dalam menjawab pertanyaan W.F. Wertheim, yang<br />

cenderung "over estimate" pada kekuatan sendiri, tapi sekaligus "under<br />

estimate" terhadap kekuatan militer (AD) dan kaum reaksioner di dalam negeri.<br />

Lalu, siapakah tokoh Syam Kamaruzzaman, Ketua BC CC<strong>PKI</strong>, yang di dalam proses<br />

Letkol Untung Samsuri disebut-sebut sebagai tokoh terkemuka komunis itu?<br />

Mengapa ia tidak segera ditangkap, dan sesudah ditangkap tidak segera diadili<br />

dan/atau langsung didor seperti yang berlaku terhadap "tokoh terkemuka" komunis<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!