26.09.2015 Views

KUMPULAN KISAH-KISAH TOKOH G30S/PKI

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sobron nekat mendekati lelaki tua itu. Begitu jarak makin rapat, lelaki tua itu malah<br />

memercepat jalannya. Makin Sobron mengejar, makin cepat lelaki tua itu menghindar.<br />

Ketika akhirnya lelaki tua itu berhasil didekati oleh Sobron, dia malah berbisik pelan.<br />

―Sana, mengapa kau mengikutiku. Sana jauh, nanti ketemu!‖ hardik lelaki tua itu<br />

dengan setengah berbisik sambil tak lupa mengernyitkan kening dan memelototkan<br />

matanya. Tahulah Sobron kalau lelaki tua itu adalah abangnya sendiri, D.N. Aidit, yang<br />

sedang menyaru.<br />

Sejak itulah Sobron sadar kalau situasi memang sedang gawat. Beberapa kali, lewat<br />

kode ketukan pintu yang khas, abangnya itu datang ke kamarnya. Di malam-malam<br />

seperti itulah kedekatan Sobron dengan Aidit terjalin baik. Mereka sering bercerita.<br />

Saling memberi kabar. Di malam-malam seperti itu Aidit seringkali menitipkan pesan<br />

agar Sobron berhati-hati. Aidit biasanya langsung terlelap. Waktu istirahat betul-betul ia<br />

maksimalkan untuk mengumpulkan tenaga demi kerja-kerjanya esok hari.<br />

Seringkali Sobron terbangun di pagi hari dan abangnya itu sudah lennyap tak berbekas.<br />

Hampir benar-benar tanpa bekas. Abanganya itu tahu betul menjaga rahasia. Sekalipun<br />

ia tak pernah meninggalkan sesuatu yang bisa membuktikan kalau dirinya pernah dan<br />

sering mampir ke kamar Sobron. Itulah sebabnya penggeledehan yang dilakukan<br />

tentara di kamarnya tak membuahkan hasil. Tak ada sedikit pun jejak yang terendus.<br />

Nihil.<br />

Wajar jika Sobron meragukan informasi tentang kematian Aidit. Tetapi akhirnya Sobron<br />

pun menerima kebar kematian abangnya itu dengan ikhlas. Entah bagaimana caranya,<br />

Sobron mendadak yakin dan percaya kalau abang sulungnya itu memang telah tumpas<br />

kelor. Sobron tak mampu menjelaskannya secara logis. Ia percaya kalau abangnya itu<br />

telah menemui ajal karena sesuatu yang irrasional: intuisi.<br />

―Perasaan saya, kedekatan saya selama ini dengan Bang Amat,‖ lirih Sobron,<br />

―…mengatakan, merasakan, ada feeling kejiwaan, memang Bang Amat sudah<br />

meninggal.‖<br />

Hal lain yang menambah keyakinan Sobron adalah sejumlah media internasional<br />

memang telah melansir berita kematian Aidit di sebuah daerah di Jawa Tengah. Salah<br />

44

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!