26.09.2015 Views

KUMPULAN KISAH-KISAH TOKOH G30S/PKI

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

politik yang melibatkan ayahnya. Apalagi Ilham dan Irfan. Keduanya lahir di sebuah<br />

negeri yang jauh, Rusia, tepatnya di Moskow, pada 18 Mei 1959. Enam bulan kemudian<br />

barulah si kembar Ilham-Irfan merasakan teriknya matahari Indonesia. Jadi, ketika<br />

pecah pageblug 1965, si kembar itu baru berusia enam tahun. Masih sangat kecil untuk<br />

mengerti pergulatan politik. Mereka tidak tahu apa-apa.<br />

Di puncak rasa kangen yang tak mungkin lagi dibendungnya, Tanti berhasil mengontak<br />

keluarga Moeliono, karabat yang selama ini memelihara tiga anak lelakinya. Dia<br />

sampaikan betapa kangen dan berharap sangat bisa bersua dengan anak-anaknya.<br />

Tanti tentu saja sedang tak berniat pergi ke Bandung, dan menyambangi kediaman<br />

keluarga Moeliono untuk dapat memeluk tiga anak lelakinya. Itu rencana bunuh diri<br />

namanya. Itu sama saja menyerahkan diri untuk ditangkap dan dieksekusi tentara. Tanti<br />

sepenuhnya insyaf akan situasi. Dan Tanti memang tak pernah bermimpi bisa memeluk<br />

tiga anaknya.<br />

―Sekadar memandang lekat-lekat anak-anak dari kejauhan pun rasanya sudah nikmat,‖<br />

pikir Tanti.<br />

Maka disusunlah rencana. Moeliono akan membawa tiga anak lelaki Tanti ke suatu<br />

tempat. Di sekitar situ, Tanti sudah menunggu dalam jarak yang cukup jauh yang masih<br />

memungkinkannya menatap lekat sepuasnya anak-anaknya tanpa harus diketahui<br />

orang lain, bahkan juga oleh tiga anak lelakinya itu.<br />

Tanti masih duduk mematung. Matanya memandang pekarangan tak seberapa luas<br />

yang dijanjikan menjadi tempat bermain tiga anaknya hari itu. Waktu serasa tak<br />

berhenti. Menit seperti enggan beranjak. Tanti masih menanti.<br />

Dan ketiga anak kecil yang dirindukannya itu pun akhirnya datang. Mata Tanti nyalang<br />

memandang ke depan. Air mata akhirnya tumpah.<br />

Detik itu juga Tanti mendadak ingat dua anak perempuannya yang sedang belajar di<br />

Moskow. Ibaruri dan Ilya. Apa kabar mereka?<br />

Rasa kangen lagi-lagi membuncah. Air mata lagi-lagi tumpah.<br />

36

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!