26.09.2015 Views

KUMPULAN KISAH-KISAH TOKOH G30S/PKI

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menjalani hukuman pembuangan oleh keluarga Kurawa. Selama 13 tahun dengan harus<br />

menghilangkan identitas mereka. Di tengah hutan pembuangan tiba-tiba datang<br />

seekor Garangan Putih yang memandu mereka, melalui lorong di bawah tanah, dan<br />

muncul di kawasan kerajaan Wiratha. Mereka masing-masing lalu berganti nama dan<br />

profesi. Puntadewa bernama Dharmaputra, menjadi guru judi Sri Baginda Wiratha.<br />

Bima bernama Jagal Abilawa, menjadi tukang potong hewan. Arjuna bernama<br />

Kandihawa, menjadi guru tari. Si kembar Nakula-Sahadewa sebagai Pinten-Tangsen<br />

menjadi pustakawan kerajaan Wiratha. Lakon "Pandhawa Dhadhu" sebuah lakon<br />

politik dunia pewayangan yang memang pas untuk pasemon lakon untung-untungan<br />

Obrus Untung pada awal Oktober 1965.<br />

Dengan demikian Soeharto dan Syam Kamaruzzaman merupakan orang-orang yang<br />

mempunyai pengetahuan lebih dulu tentang peristiwa itu. Kedua mereka itu dua<br />

provokator bersama terhadap Untung dkk dalam peristiwa tersebut, atau yang satu<br />

(Soeharto) memprovokasi yang lain (Syam), dan pada gilirannya memprovokasi<br />

"anak-anak" yang di bawah binaannya. Barangkali masih ada orang lain yang,<br />

walaupun sedikit, juga mempunyai pengetahuan lebih dulu. Orang itu ialah<br />

Soekarno. Tetapi bisa dipastikan bahwa ia tidak mengingini pembunuhan terhadap<br />

para jenderal yang dituduh membentuk Dewan Jenderal (selanjutnya "DD", sesuai<br />

dengan ejaan saat itu) Soekarno orang yang paling takut pertikaian (jangan<br />

gontok-gontokan, pesannya berulang-ulang) apalagi pertumpahan darah (silakan<br />

jor-joran, tapi jangan dor-doran; ia selalu memperingatkan). Maksud Soekarno<br />

barangkali hanya sejauh untuk meminta pertanggung-jawaban mereka. Maka sesudah<br />

mendengar ada beberapa jenderal yang mati di/terbunuh, ia segera memberi<br />

perintah supaya seluruh gerakan berhenti. Mungkin Untung, Latief dan Supardjo<br />

pun tidak menghendaki pembunuhan, melainkan hanya hendak menghadapkan mereka<br />

kepada Presiden untuk diminta pertanggungjawaban mereka - seperti demikianlah<br />

yang banyak terungkap di persidangan.<br />

Pada malam 30 September Soekarno dan Aidit agaknya memang yakin tentang adanya<br />

"DD", dan bahwa "DD" berencana merebut kekuasaan pada tanggal 5 Oktober 1965<br />

(Perhatikan Laporan Dubes AS Marshall Green 1 Oktober 1965 pts 2 dan 4). Begitu<br />

juga Untung dkk yakin "DD" memang ada. Dalam prosesnya tahun 1967 juga Sudisman<br />

yakin tentang adanya DD dan rencana mereka. Begitu juga pendapat <strong>PKI</strong>, seperti<br />

20

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!