26.09.2015 Views

KUMPULAN KISAH-KISAH TOKOH G30S/PKI

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

landreform yang diusungnya. Reaksi berlebihan dan tidak cerdas dari kader-kader <strong>PKI</strong><br />

terhadap aksi perlawanan orang-orang Jawa (yang dikomandoi oleh para tuan tanah<br />

dan para kyai pemilik kpesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur), sebut Peter<br />

Edman, ―…memberikan gambaran betapa atau naifnya para pemimpin partai dalam<br />

memeluk keyakinan bahwa kesadaran kelas sudah cukup memadai untuk menyatukan<br />

para petani agar bersama-sama melakukan perlawanan terhadap para tuan tanah.‖<br />

Aidit juga dituding bertanggungjawab atas terjerumusnya <strong>PKI</strong> ke dalam avonturisme<br />

politik yang berbahaya. Dukungan Aidit terhadap kudeta yang dilakukan Kolonel Untung<br />

pada pengujung September 1965 jelas-jelas menjadi blunder yang membikin <strong>PKI</strong><br />

mengalami kehancuran untuk selama-lamanya. Padahal jelas, partai belum siap<br />

melakukan sebuah pertarungan bersenjata. Lain hal jika, misalnya, ide Angkatan ke-V<br />

yang berisi tuntutan agar para buruh-tani dipersenjatai telah terealisir.<br />

Di kalangan internal <strong>PKI</strong> sendiri ada suara yang menyalahkan Aidit sebagai orang yang<br />

―lemah hati‖. Inti dakwaan ini terletak pada ketidakberanian Aidit untuk menyerukan<br />

kepada segenap kader dan simpatisan partai untuk melakukan perlawanan total<br />

terhadap siapapun yang hendak menghancurkan partai. Aidit dituding sebagai<br />

pemimpin salon. Kenyataan bahwa Aidit adalah seorang kutu buku dan pecinta musikmusik<br />

klasik yang lembut dijadikan salah satu dasar untuk membenarkan dakwaan ini.<br />

Semua kekurangan-kekurangan itulah yang menjadi sebab kenapa Jacques Leclerc<br />

pernah menyindir betapa <strong>PKI</strong> di bawah kepemimpinan Aidit memang berhasil menjadi<br />

raksasa, tetapi ―raksasa yang berkaki lempung‖!<br />

Wangsa Aidit (4)….. Kabar Kematian!<br />

Sobron masih ingat kapan, bagaimana, dari mana dan di mana ia pertama kali<br />

mendengar kabar kematian abangnya, D.N. Aidit. Ketika itu Sobron sedang menetap di<br />

Peking. Ia bekerja sebagai tenaga pengajar di IBA, sebuah akademi yang dibiayai<br />

Partai Komunis Cina. Sebelum menjadi pengajar, Sobron sempat pula menjadi<br />

penerjemah majalah Peking Review yang diterbitkan oleh Penerbitan Pustaka Bahasa<br />

Asing Peking. Selama menjadi tanaga pengajar, Aidit dan sejumlah koleganya<br />

diinapkan di Hotel Persahabatan, Friendship Hotel.<br />

42

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!