26.09.2015 Views

KUMPULAN KISAH-KISAH TOKOH G30S/PKI

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

Kitab Merah - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Aidit adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Adiknya yang pertama bernama<br />

Rosiah. Dialah perempuan satu-satunya dari tujuh bersaudara. Rosiah sudah lama<br />

meninggal. Ia meninggal di Mekkah ketika sedang menunaikan ibadah haji. Dua anak<br />

lelaki lainnya sudah meninggal sewaktu mereka masih kecil. Jadi, hanya lima lelaki<br />

anak Abdullah yang sempat merasakan umur panjang. Berturut-berturut setelah Aidit<br />

mereka adalah Ahmad, Basri, Murad, Sobron dan, terakhir, Asahan Sulaiman.<br />

Aidit dididik langsung kedua orangtuanya. Seperti teman-teman sebayanya yang lain,<br />

Aidit juga belajar mengaji. Seturut pengakuan Sobron, Aidit khatam mengaji sebanyak<br />

tiga kali. Ini bukan angka sepele. Dibutuhkan ketekunan yang tak main-main. Pertama<br />

kali Aidit khatam, sebuah pesta syukuran pun diadakan. Semua tetangga tak lupa<br />

dikirimi makanan dan penganan. Ia diarak keliling kampung. Meriah.<br />

Aidit punya banyak kelebihan. Secara fisik ia tak terlampau kekar. Di banding adikadiknya,<br />

Aidit yang terkecil dan tependek badannya. Tapi itu semua ditutupi dengan<br />

kebiasaannya berlatih tinju. Seorang anak yang terbiasa mengejeknya pernah<br />

merasakan bogem mentah Aidit. Hingga kini, Murad, salah seorang adiknya, masih<br />

menyimpan sejumlah potret Aidit yang sedang berlatih tinju. Lengkap dengan<br />

atributnya.<br />

Sebagai anak, Aidit tahu betul apa artinya menjadi anak sulung. Ayahnya memang<br />

bukan orang miskin. Tapi untuk disebut kaya jelas jauh panggang dari api. Itulah pasal<br />

yang membikin Aidit kerap memutar otak bagaimana caranya agar bisa membantu<br />

keuangan orang tuanya, minimal tidak merepotkan mereka. Pilihannya adalah<br />

berjualan, berjualan apa saja. Dari mulai kerupuk hingga buah nanas yang telah<br />

dikerat-kerat. Setiap ada pertandingan sepakbola di kampungnya Aidit dipastikan ada di<br />

lapangan. Bukan untuk menonton. Tapi untuk berjualan.<br />

Aidit dikenal juga sebagai anak yang pintar. Semua tahu ia adalah kutu buku. Jika<br />

menemani ayahnya berjaga di tepi hutan, Aidit memilih berdiam di sebuah rumah jaga.<br />

Di sanalah ia bersemayam. Tenggelam dengan bacaan-bacaan kelas berat. Literaturliteratur<br />

Marxis seringkali dibacanya di sana.<br />

Asahan, adik Aidit yang terkecil, punya kesaksian ihwal minat belajar abangnya yang<br />

luar biasa. Ketika pada 1952 pakansi ke rumahnya di Belitung, Asahan menemukan<br />

38

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!