26.09.2015 Views

Sinar yang memecahkan kegelapan

Menuju Madinatul Munawwarah

Menuju Madinatul Munawwarah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Arab <strong>yang</strong> tetap berpegang teguh kepada agama lama (<strong>yang</strong> tidak mengikutkan Kristen,<br />

Yahudi, dan Zarathustra), untuk mendirikan patung-patung berhala mereka di sekeliling<br />

rumah suci itu. Tidak kurang dari 360 buah banyaknya patung berhala <strong>yang</strong> ada di<br />

sekeliling Ka’bah, <strong>yang</strong> menjadi ikatan batin bagi seluruh Arabia pada masa itu. Hal inilah<br />

<strong>yang</strong> menimbulkan iri hati kepada Gubernur Ethiopia di Yaman <strong>yang</strong> bernama Abrahah,<br />

sehingga dia mendirikan suatu rumah suci di kota Shan’a (ibu kota Yaman) untuk<br />

menyaingi Ka’bah itu. Perbuatannya itu dirasakan sangat berbahaya oleh orang-orang<br />

Quraisy karena mengancam kedudukan rumah suci mereka. Seorang dari mereka<br />

berangkat ke Yaman, masuk ke dalam rumah suci bikinan Abrahah itu, merusakkan segala<br />

perhiasan dindingnya dan melumurinya dengan najis.<br />

Perbuatan penghinaan itu dibalas oleh Abrahah dengan suatu penyerbuan besarbesaran<br />

ke Mekkah dengan suatu angkatan perang <strong>yang</strong> terkenal dengan “Ashhabul Fiil”<br />

(Barisan Gajah). Pada tahun 570-571 angkatan itu sudah berangkat dengan lengkap alat<br />

senjatanya, sedang penduduk Mekkah tidak sedikit pun bersiap apa-apa untuk menahan<br />

serbuan <strong>yang</strong> besar-besaran itu. Ketika mereka hampir masuk kota Mekkah bercabullah<br />

penyakit wabah. Tuhan menurunkan pula tentara burung <strong>yang</strong> melemparkan batu-batu<br />

berlumpur kepada kaum penyerang itu. Dengan demikian gagallah penyerbuan itu, dan<br />

kembali Hijaz dengan rumah sucinya selamat dari kehinaan diinjak-injak tentara asing.<br />

Peristiwa <strong>yang</strong> bersejarah ini diperingati oleh bangsa Arab dengan menamakannya<br />

“‘Amul Fiil” (Tahun Gajah). Edward G. Browne dalam bukunya “Literary History of<br />

Persia” (vol. I hal. 176-181) meriwayatkan peristiwa itu dengan mengatakan: “Tahun<br />

Gajah adalah dipandang sebagai pembuka zaman baru bagi kehidupan nasional bangsa<br />

Arab” (The year of the elephant marked an epoch in the development of their national<br />

life).<br />

Zaman baru <strong>yang</strong> ditunggu-tunggu itu pun lahirlah. Pemimpin utama <strong>yang</strong><br />

dirindukan dunia muncullah ke dunia, digembirakan dengan gagalnya Barisan Gajah <strong>yang</strong><br />

telah kita ceriterakan. Nabi Muhammad s.a.w. lahirlah dalam tahun itu pada 29 April 571,<br />

atau 12 Rabi’ul awal ....<br />

“Satu peristiwa <strong>yang</strong> sungguh-sungguh mempunyai arti <strong>yang</strong> penting di dalam<br />

kehidupan politik bangsa Arab, ialah terbentuknya suatu perjanjian tanggung<br />

menanggung antara segenap kabilah di bawah pimpinan kaum Quraisy <strong>yang</strong> bernama<br />

“Hilful Fudhul”, pada tahun 595 M. Perjanjian politik itu terjadinya sesudah bercabulnya<br />

perang pelanggaran kesucian (Harbul Fijar) <strong>yang</strong> berjalan bertahun-tahun lamanya, di<br />

pasar Ukaz, antara Quraisy dan banu Kinanah di satu pihak dan Kais Aylan di pihak <strong>yang</strong><br />

lainnya. Perjanjian Hilful Fadhul dapatlah menghabisi segala perselisihan itu. Isinya <strong>yang</strong><br />

lebih dalam ialah menyerahkan politik dari seluruh Arabia kepada kaum Quraisy.”<br />

“Marilah kita gambarkan terlebih dahulu bentuk dan coraknya pemerintahan Quraisy<br />

pada kala Nabi Muhammad s.a.w. itu. ... Dia belum mempunyai Kepala Negara, tidak<br />

pula mempunyai kedaulatan <strong>yang</strong> dijunjung. Walaupun begitu, dia sudah mempunyai<br />

bentuk-bentuk dan bingkai-bingkai pemerintahan <strong>yang</strong> teratur sungguh pun satu sama<br />

lain belum distyl secara organisasi negara. Jika kita hendak memberi nama, maka <strong>yang</strong><br />

lebih tepat, ialah suatu sistem “Aristo-Demokrasi”, pemerintahan kaum bangsawan <strong>yang</strong><br />

diatur secara demokrasi di kalangan kaum bangsawan itu.<br />

Jika tiap-tiap urusan kita namakan “kementerian” atau “departemen” maka adalah<br />

15 urusan <strong>yang</strong> diadakan dalam pemerintahan Quraisy di masa itu, di dalam 4 lapangan:<br />

LAPANGAN POLITIK dan ADMINISTRASI .<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!