Sinar yang memecahkan kegelapan
Menuju Madinatul Munawwarah
Menuju Madinatul Munawwarah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
“Hai Abdullah, putera Khalifah!”<br />
“Ada apa, Tuanku?”<br />
“Dari manakah kamu dapat unta ini?”<br />
“Unta ini dulunya saya beli, kemudian saya gembalakan di tempat <strong>yang</strong> subur,<br />
sehingga dia menjadi gemuk seperti sekarang. Maka hari ini saya mau jual kembali,<br />
sebagai halnya masing-masing orang Islam berhak melakukannya.”<br />
“Ya, tetapi semua orang memanggilkan bahwa ini adalah untanya putera Khalifah,<br />
dan mereka berkata berilah makan atau minum akan untanya putera Khalifah.” Beliau<br />
mengatakan demikian dengan perasaan <strong>yang</strong> sangat kesal, karena tidaklah adil kalau<br />
unta itu gemuk disebabkan karena orang banyak menghormati puteranya Khalifah.<br />
Akhirnya Saidina Umar berkata: “Hai Abdullah! Juallah lekas untamu ini, ambillah<br />
sekadar modal pembelian kamu dulu, sedang uang selebihnya <strong>yang</strong> menjadi keuntungan,<br />
haruslah kamu serahkan kepada Baitul Mal (Kas Negara) menjadi miliknya negara dan<br />
umat Islam seluruhnya.” 1<br />
“Ada lagi <strong>yang</strong> lebih menarik hati, ialah riwayat Daimuri dari Malik bin Aus bin<br />
Hadstan. Sewaktu delegasi Kaisar Romawi datang menghadap Khalifah II Umar bin<br />
Khattab, kesempatan <strong>yang</strong> baik ini dipergunakan oleh isteri beliau. Dia meminjam uang<br />
sedinar untuk membeli satu botol minyak wangi <strong>yang</strong> akan dikirimkannya sebagai<br />
bingkisan persahabatan kepada permaisuri Kaisar Romawi. Dengan tidak disangka-sangka,<br />
setelah Kaisar Romawi itu datang lagi buat kedua kalinya, mereka membawa satu<br />
bingkisan dari permaisuri Kaisar untuk isteri Khalifah, sebagi balas tanda persahabatan.<br />
Apakah bingkisan itu? Ialah botol minyak wangi dulu berganti dengan sebotol<br />
permata berlian <strong>yang</strong> sangat mahal harganya. Sewaktu itu dipersembahkan kepada<br />
Khalifah dan disampaikan bahwa kiriman itu adalah untuk isteri baginda, maka baginda<br />
suruh buka. Setelah baginda melihat isinya <strong>yang</strong> sangat berharga itu, dengan sangat<br />
terkejut baginda berkata:<br />
“Apakah ini?”<br />
“Kiriman permaisuri Romawi kepada isteri Tuanku, sebagai balas tanda<br />
persahabatan <strong>yang</strong> baik.”<br />
Baginda memanggil isterinya seraya menanyakan bagaimana asal usul kiriman<br />
bingkisan itu. Setelah dimaklumi oleh baginda akan kejadiannya, mengertilah baginda<br />
bahwa balasan bingkisan itu tidaklah sepadan dengan pokok kiriman dulu, ialah sebotol<br />
permata berlian dengan sebotol minyak wangi.<br />
Hukum keadilan tidaklah mengizinkan kalau semua berlian itu diserahkan kepada<br />
isterinya. Kelebihan harga bingkisan balasan itu lain tidak adalah karena menghargakan<br />
isterinya sebagai isteri seorang Khalifah, Kepala Negara Islam. Baginda memerintahkan<br />
supaya segala berlian itu dijual semuanya. Sekadar harga minyak wangi <strong>yang</strong> dikirim<br />
dulu, diserahkannya kepada isterinya, sedang selebihnya <strong>yang</strong> berlipat ganda banyaknya<br />
itu dimasukkan baginda ke dalam Baitul Mal, Kas Negara.” 2<br />
Demikianlah political philosophy atau philosophy of government sebagai tanggapan<br />
tujuan Islam membakar kehidupan setiap muslim <strong>yang</strong>, “penaka kilat mendahului<br />
guntur,” 3 bergeledek dalam kegiatan hidup sehari-hari. Kegiatan hidup muslim di masa<br />
1<br />
Z. A. Ahmad, Op. Cit., hal. 49 et seq.<br />
2<br />
Ibid., hal. 50 et seq.<br />
3<br />
Moh. Iqbal, Op. Cit., hal. 16.<br />
29