Sinar yang memecahkan kegelapan
Menuju Madinatul Munawwarah
Menuju Madinatul Munawwarah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
UMAT ISLAM SEBAGAI PEWARIS AMANAT<br />
MUHAMMAD<br />
Sepeninggalan Nabi Muhammad, pemilihan Khalifah (Kepala Negara) pertama jatuh<br />
dalam tangan Abu Bakar. Sampai di manakah mendalamnya tanggapan tujuan (<strong>yang</strong><br />
diwariskan oleh Nabi Muhammad) pada Abu Bakar pertama-tama marilah kita mengikuti<br />
pidato pelantikannya sebagai Kepala Negara.<br />
Selesai pemilihan Abu Bakar terus berdiri dan mengatakan: “Wahai manusia<br />
sekalian! Aku telah dipilih jadi wali (pemegang amanat) <strong>yang</strong> akan memimpin kamu,<br />
padahal aku bukanlah orang <strong>yang</strong> terbaik di antaramu. Sebab itu jika pemerintahanku<br />
ada baik, maka sokonglah, tetapi jika tidak baik maka perbaikilah. Orang <strong>yang</strong> lemah di<br />
antara kamu adalah kuat pada sisiku, sehingga aku harus menolongnya mendapatkan<br />
haknya, sedang orang kuat di antara kamu adalah lemah pada sisiku, hingga aku harus<br />
mengambil hak orang lain <strong>yang</strong> berada padanya, untuk dikembalikan kepada <strong>yang</strong> berhak<br />
semula. Patuhlah kepadaku selama aku ada patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, akan<br />
tetapi jika aku mendurhakai Allah, kamu sekalian tak harus patuh lagi padaku.<br />
Aku dipilih untuk memimpin urusan ini, padahal aku enggan menerimanya. Demi<br />
Allah aku ingin betul kalau ada di antaramu orang (<strong>yang</strong> dimaksud adalah Umar bin<br />
Khattab) <strong>yang</strong> cakap untuk urusan ini. Ketahuilah, jika kamu meminta kepadaku agar aku<br />
berbuat sebagai <strong>yang</strong> telah dibuat oleh Rasulullah s.a.w. sungguh aku tidak dapat<br />
memperkenankannya. Rasulullah adalah seorang hamba Allah <strong>yang</strong> dapat kurnia wahyu<br />
dari Tuhan, karena itu dia terpelihara dari kesalahan-kesalahan, sedang aku ini hanyalah<br />
manusia biasa <strong>yang</strong> tidak ada kelebihannya dari seorang pun juga di antara kamu.” 1<br />
Lembaran sejarah penuh ternukil betapa bulatnya tanggapan tujuan itu mengalir<br />
dalam diri pribadi Abu Bakar. Dia adalah orang <strong>yang</strong> tertua pertama <strong>yang</strong><br />
memilih/menerima Islam. Dia adalah seorang hartawan, <strong>yang</strong> sesudah menerima Islam ia<br />
berkata kepada Nabi Muhammad: “Ya Rasulullah! Ambillah semua hartaku untuk<br />
kepentingan menegakkan Islam.” Nabi Muhammad menjawab: “Hai Abu Bakar! Apakah<br />
lagi <strong>yang</strong> akan kamu makan bersama keluargamu?” Dengan tegas Abu Bakar menjawab:<br />
“Aku telah cukup dengan Allah.”<br />
Bagaimakah sikap pribadinya Abu Bakar di kala sudah menjabat Khalifah? “Setelah<br />
Abu Bakar dilantik menjadi Khalifah maka pada esok harinya orang melihat beliau<br />
membawa barang perniagaan ke pasar. Beberapa orang <strong>yang</strong> melihat itu lalu mendekati<br />
beliau, di antaranya Abu Ubaidah. Abu Ubaidah ini mendekati beliau seraya berkata:<br />
“Urusan Khalifah itu tidak dapat dicampuri dengan berniaga.” Lalu Abu Bakar bertanya:<br />
“Jadi, dengan apakah aku hidup, dan bagaimana aku membelanjai rumah tanggaku?”<br />
Keadaan ini mendapat perhatian para sahabat, lalu mereka menentukan tunjangan<br />
secukupnya buat beliau dan buat keluarga beliau, <strong>yang</strong> diambilkan dari Baitul Mal (Kas<br />
Negara).” 2<br />
Selanjutnya Ahmad Shalaby menceriterakan: “Bagaimana jiwa Abu Bakar -di kala<br />
beliau sudah dekat berpulang ke Rahmatullah- tidak merasa enak lantaran mengambil<br />
harta kaum Muslimin, sebagai timbalan bagi tenaganya <strong>yang</strong> dicurahkannya<br />
keseluruhannya untuk mengurus kepentingan kaum Muslimin. Beliau berkata:<br />
1<br />
Ahmad Shalaby, Op. Cit., hal. 117.<br />
2<br />
Ibid., hal. 120.<br />
26