Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Banyak adegan pertempuran Darah dan Doa dipotong sensor karena<br />
terlalu realistis dan dianggap sadis. Film itu juga diprotes TNI-AD kare na<br />
menggambarkan perwira yang terlalu manusiawi dan lemah, juga kisah<br />
percintaan sang perwira dengan gadis Eropa, serta bagian cerita mengenai<br />
Darul Islam (DI) yang dikhawatirkan bakal membangkitkan semangat<br />
jahat umat Islam lain. Sebaliknya, PKI memprotes karena orangorang<br />
komunis di dalam film itu digambarkan sebagai fanatik yang suka<br />
mem balas dendam.<br />
Menghadapi paradigma generalisasi seperti itu, dalam film-film<br />
berikutnya Usmar mesti berakrobat agar tidak ada yang tersinggung.<br />
Maka, “Orang-orang jahat hanyalah Belanda saja. Orang Indonesia semuanya<br />
baik dan kalau suatu waktu menjadi pengkhianat, tabu untuk menyebutkan<br />
asal golongannya. Itulah sebabnya dalam film-film Indonesia<br />
yang menjadi bandit selalu golongan yang paling lemah posisi sosialnya,<br />
antara lain pengusaha!” simpulnya.<br />
Lebih berat dari itu, sebagai seniman penting dan menonjol serta budawayan<br />
(pendiri dan ketua umum Lesbumi, 1962-1969), Usmar kemudian<br />
ikut terseret dalam pergolakan besar politik dan ekonomi, di mana perang<br />
ideologi kesenian dan kebudayaan antara kelompok komunis dengan<br />
nasionalis menjadi salah satu medan pertempuran terbesar dan mungkin<br />
ter dramatis, yang berujung pada berakhirnya kekuasaan Soekarno. Tak<br />
meng herankan apabila ia konon masuk dalam daftar orang yang akan<br />
di tumpas PKI pada 5 Oktober 1965, karena dituduh antek CIA dan kaki<br />
ta ngan AMPAI, perwakilan film Amerika di sini.<br />
Jadi praktis tidak sampai sepuluh tahun Usmar Ismail bisa berkarya<br />
de ngan idealisme-yang-telah-dikompromikan, dan mencapai puncaknya<br />
da lam Asrama Dara, film pertama Suzanna yang meraih tiga penghargaan<br />
FFI 1960. Tapi, waktu yang relatif pendek itu rasanya sudah cukup buat<br />
meletakkan fondasi dasar estetika film Indonesia.<br />
Beruntung Indonesia memiliki Usmar Ismail. Di tangannya, film<br />
LEWaT DjaM MaLaM<br />
49