You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ter sebut? Lagi-lagi yang bisa diambil dari Lewat Djam Malam adalah<br />
re pre sentasi sosial karakter-karakter di dalamnya: Iskandar sebagai<br />
borjuis kecil yang kecewa, Puja si penjudi dan germo, dan Gunawan yang<br />
opor tunis namun tetap memakai slogan-slogan revolusioner? Orang bisa<br />
me la kukan klasifikasi serupa di zaman ini: Tokoh A, mantan mahasiswa<br />
radikal yang kecewa dan memilih tidak berpolitik; tokoh B, rekan tokoh<br />
A, yang sekarang jadi bos preman; dan tokoh C, juga mantan mahasiswa,<br />
yang kini masuk dalam nomenklatura partai dan masih memakai sloganslogan<br />
aktivis.<br />
Lewat Djam Malam berakhir pesimis. Kita tahu Iskandar mati ditem<br />
bak patroli polisi—bukan kematian yang heroik. Kita juga tahu bahwa<br />
kemarahan Iskandar adalah ledakan biasa dan tidak politis. Dia<br />
tidak seperti karakter Johan, mantan pejuang yang segera menggalang<br />
ge rakan perdamaian begitu revolusi selesai dalam film Tjorak Dunia<br />
(Bachtiar Siagian, 1956) 6 —sebuah “sekuel” Lewat Djam Malam, jika<br />
ada. Sosok Iskandar—ini juga yang menjadi keterbatasan Lewat Djam<br />
Malam—sekadar terpuruk dalam melankoli berkepanjangan. Tapi dari<br />
pesimisme itu kita pun senantiasa dituntut mengoreksi kegagalan-kegagalan<br />
perubahan politik yang pernah terjadi seraya membayangkan kemung<br />
kin an lain. Sebuah posisi yang tidak nyaman, tentunya.<br />
6 Salim Said, “Revolusi Indonesia dalam Film-film Indonesia”, dalam Pantulan Layar<br />
Putih, Sinar Harapan, Jakarta, 1991.<br />
84<br />
LEWaT DjaM MaLaM