02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Kurang ajar, kau lelaki tua!” Teriak perempuan itu keras-keras.<br />

Suaranya menyelinap di antara tetes-tetes air hujan yang menderas.<br />

Namun, suara hujan dan angin yang berhembus kencang disertai<br />

suara gesekan ranting-ranting pepohonan yang bersentuhan kasar<br />

menjadikan suara perempuan itu seperti sebuah bisikan di tengahtengah<br />

hutan belantara.<br />

Peristiwa pemerkosaan itu terjadi lagi dua hari kemudian. Di<br />

tempat yang sama, dengan pelaku yang sama, dengan korban yang<br />

sama, dengan suasana hujan yang sama, dengan belati yang sama.<br />

Perempuan itu pingsan dan setengah sadar, sayup-sayup ia<br />

mendengar ancaman dari si pemerkosa.<br />

“Ingat, kamu akan kubunuh kalau kauceritakan semua ini<br />

kepada orang lain. Lantas mayatmu akan kupotong-potong,<br />

kumasukan ke dalam plastik dan kemudian kubuang semuanya ke<br />

kali. Ingat itu! Kamu akan kubunuh. Mengerti!“ lelaki itu menyeringai<br />

kasar lantas pergi seperti seorang algojo yang baru saja memenggal<br />

kepala seorang penjahat. Perempuan itu ditinggalkannya begitu saja<br />

dalam derita yang tak terperikan.<br />

Perempuan yang terluka itu bernama Sarinem. Sejak peristiwa<br />

itu ia berubah banyak. Ia menjadi pendiam, pemurung seolah-olah<br />

masalahnya mau disimpannya sendiri dalam ruang batinnya yang<br />

paling tersembunyi. Wajah pemerkosa itu terus membayanginya.<br />

Bayangan tubuh lelaki pemerkosa itu terus membuntutinya. Bahkan,<br />

gambar dan foto di kamarnya seakan-akan berubah menjadi wajah<br />

si pemerkosa itu. Menjijikkan dan menakutkan. Ia semakin menderita<br />

apalagi kini ada perubahan dalam tubuhnya. Perutnya semakin<br />

membesar. Orang-orang pun kini terus-menerus memperbincangkannya.<br />

“Betul, Bu Pur, saya tadi melihat Sarinem. Ia kelihatannya lebih<br />

gemuk,” kata Mbok Surip, penjual sayur itu.<br />

“Apanya yang berubah?” Tanya Yu Bono. “Masak Mbakyu ndak<br />

tahu to, perempuan itu bunting.”<br />

“Iya betul. Saya juga melihat ada yang aneh. Lihat saja nanti<br />

perutnya. Lekuk-lekuk tubuhnya. Cara berjalannya. Aku yakin dia<br />

itu hamil,“ ujar Mbok Parjo penuh semangat.<br />

“Lho, kok bisa, dia kan tidak bersuami!”<br />

94 Bahasa Indonesia XII Program IPA/IPS

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!