You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
suka. Katakan, siapa tak suka Wanabaya<br />
datang menggandeng perawan jelita. Katakan<br />
ayoh, katakan siapa tidak suka.<br />
Demang Patalan : (menghampiri Wanabaya). Sungguh tidak<br />
patut, seakan perdikan tak bisa berikan<br />
untukmu lagi.<br />
Wanabaya : Siapa lagi akan katakan tidak patut?<br />
Demang Pandak : Tidak patut untuk seorang panglima.<br />
Demang Jodog : Semula kukira sekedar bersuka.<br />
Demang Pajangan : Benar Patalan, kalau berkembang begini rupa.<br />
Wanabaya : Juga akan kau katakan tidak patut?<br />
Demang Pandak : Juga tidak patut untuk tua perdikan.<br />
Demang Pajangan : Waranggana mansyur, lenggangnya<br />
membelah bumi, lenggoknya menyesak dada,<br />
senyumnya menawan hati, tariannya<br />
menggemaskan, sekarang tingkahnya bikin<br />
susah semua orang.<br />
Wanabaya : Siapa yang jadi susah karena dia?<br />
Demang Jodog : Jantannya tampan, gagah berani di medan<br />
perang. Klinting bukanlah sayang kalau dia<br />
tak bisa pimpin diri sendiri.<br />
Baru Klinting : Wanabaya, Ki Ageng Mangir Muda, bukan<br />
hanya perkara suka atau tidak, patut atau<br />
tidak, bisa pimpin diri sendiri atau tidak, kau<br />
sendiri yang lebih tahu! Perdikan ini milik<br />
semua orang, bukan hanya Wanabaya muda<br />
si Tua Perdikan Mangir.<br />
Wanabaya : Kalau bukan aku yang pimpin perang, sudah<br />
kemarin dulu kalian terkapar di bawah<br />
rumput hijau.<br />
Baru Klinting : (tertawa, membalik badan punggungi<br />
Wanabaya)<br />
Demang Patalan : Dia lupa, semua membikin dia jadi tua<br />
perdikan dan panglima perang. Sendiri,<br />
Wanabaya tak ada arti, sebutir pasir berkelapkelip<br />
sepi di bawah matahari.<br />
Tumenggung : Adisaroh, mari kita pergi. Mereka bertengkar<br />
Mandaraka karena kita.<br />
Kebijakan Bidang Ekonomi 149