Majalah Santunan edisi Januari 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Januari 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Januari 2011 - Kementerian Agama Prov ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
dengan guru yang lain, siswa maupun<br />
anggota masyarakat, itu juga bisa<br />
ditulis. Menulis tema yang sederhana,<br />
tidak membutuhkan waktu khusus dan<br />
terlalu lama. Tema sederhana dapat<br />
dilakukan di sela-sela beristirahat dengan<br />
sumber informasi yang terbatas<br />
sekalipun. Dengan demikian, kesulitan<br />
terhadap akses informasi yang<br />
terbatas tidak menjadi penghambat<br />
bagi guru untuk tetap menulis. Hal ini<br />
dikarenakan, kemudahan mengakses<br />
informasi tidak serta merta menjamin<br />
seorang guru menjadi lebih mudah dan<br />
terbiasa menulis.<br />
Sekarang ini tidak sedikit guru yang<br />
sudah mampu membeli laptop sekaligus<br />
modem guna mengakses internet.<br />
Diharapkan, seorang guru dapat meningkatkan<br />
kualitas dirinya melalui<br />
ilmu pengetahuan yang diperolehnya<br />
lewat situs-situs internet. Namun demikian,<br />
menurut saya, masih kurang<br />
optimal jika fasilitas tersebut sekadar<br />
untuk mendapatkan informasi. Itu<br />
berarti guru hanya berperan sebagai<br />
pengguna pasif (membaca informasi)<br />
bukan berpartisipasi sebagai pengguna<br />
aktif (menyumbangkan pemikiran<br />
dan atau ilmu pengetahuannya<br />
dengan menulis rubrik secara on<br />
line). Sejak memboomingnya<br />
facebook, fasilitas internet yang ada<br />
berubah menjadi ajang ngerumpi<br />
on line untuk saling membanggabanggakan<br />
komunitasnya. Sebuah<br />
iklan di televisi justru mengajak<br />
pengguna internet untuk secara<br />
cepat mengetahui lebih jauh selukbeluk<br />
kegiatan selebritis. Suatu ajakan<br />
yang jelas-jelas tidak memberi dampak<br />
posistif apa pun kecuali mendidik kita<br />
untuk “gatal” mencampuri urusan<br />
orang lain.<br />
Pada akhirnya, ada atau tidak ada<br />
fasilitas untuk mengakses informasi,<br />
para pendidik yang mestinya terbiasa<br />
bergulat di dunia penciptaan karya ini<br />
sering terkendala bila dihadapkan pada<br />
dunia tulis-menulis. Jangankan menulis<br />
sesuatu yang bersifat ilmiah, menulis<br />
hal bersifat bebas dan kreatif pun guru<br />
tetap saja merasa kesulitan. Kondisi<br />
ini tentunya sangat memprihatinkan<br />
di tengah-tengah upaya dan keinginan<br />
besar pemerintah untuk meningkatkan<br />
mutu pendidikan agar memiliki daya<br />
saing tinggi dengan menjadikan karya<br />
tulis sebagai syarat kenaikan golongan<br />
(bagi guru PNS).<br />
Tampaknya, perlu segera dicari<br />
sebuah strategi yang sangat jitu untuk<br />
menyelesaikan persoalan ini. Harus<br />
dibangun kesadaran bahwa pendidik<br />
adalah orang yang selain bertugas<br />
menyampaikan ilmu pengetahuan<br />
kepada anak didik untuk menyiapkan<br />
masa depan mereka, juga orang yang<br />
seharusnya mencintai ilmu pengetahuan<br />
dan mengembangkannya. Di<br />
sini diperlukan pemahaman bahwa<br />
ilmu pengetahuan akan berkembang<br />
jika dibarengi dengan tradisi menulis.<br />
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan<br />
tumbuh jika ada tradisi menulis di<br />
kalangan masyarakat, bukan tradisi<br />
lisan.<br />
Sayangnya, di masyarakat kita, termasuk<br />
masyarakat akademik sekali-<br />
pun, tradisi lisan masih jauh lebih<br />
dominan ketimbang tradisi tulis.<br />
Orang bisa betah ngobrol ke sana<br />
ke mari selama berjam-jam, tetapi<br />
segera pusing jika berada di depan<br />
komputer untuk menulis. Belajar dari<br />
bangsa di negara-negara maju, kita<br />
bisa menyaksikan bahwa umumnya<br />
tradisi tulis yang diikuti dengan<br />
tradisi membaca mereka jauh lebih<br />
dominan ketimbang tradisi lisan. Wajar<br />
jika di masyarakat semacam itu ilmu<br />
pengetahuan berkembang demikian<br />
cepat.<br />
Memang menulis tidak gampang.<br />
Itu sebabnya, dari empat keterampilan<br />
berbahasa (listening, speaking,<br />
reading, dan writing), ketrampilan<br />
menulis berada pada urutan terakhir<br />
karena dianggap paling sulit. Menulis<br />
<strong>Santunan</strong> JANUARI <strong>2011</strong><br />
Opini<br />
melibatkan banyak faktor: apa<br />
yang ditulis, untuk siapa tulisan itu<br />
dimaksudkan, dan bagaimana menulisnya.<br />
Namun demikian, kendati<br />
merupakan keetrampilan paling sulit,<br />
tidak berarti ketrampilan menulis<br />
tidak bisa dipelajari dan dikuasai. Tulis<br />
saja apa yang kita mau. Kebiasaan<br />
menulis buku harian bisa merupakan<br />
permulaan bagi seseorang untuk menyukai<br />
dan menekuni tulis menulis.<br />
Berawal dari menulis sesuatu yang<br />
paling sederhana, kebiasaan ini bisa<br />
menjadi modal sehingga tulisan yang<br />
kita hasilkan lebih berbobot.<br />
Guru tidak perlu ragu dalam menulis<br />
dan mengirimkan ke media untuk<br />
dimuat. Agar kemampuan menulis<br />
cepat tercapai, guru segera menulis dan<br />
selalu mengevaluasi hasil tulisannya.<br />
Jangan mudah putus asa jika artikel<br />
yang ditulis baru sekali ditolak oleh<br />
media. Pengalaman seorang kawan,<br />
baru sekali mengirim tulisan ke<br />
media, begitu ditolak sudah enggan<br />
lagi untuk menulis. Tidak seharusnya<br />
ini terjadi. Bahkan menurut saya,<br />
demi menghargai hasil karya sendiri,<br />
tidak ada salahnya jika tulisan-tulisan<br />
yang belum layak dimuat di media<br />
massa kita bukukan sendiri.<br />
Keuntungan Menulis bagi Guru<br />
Banyak keuntungan yang dapat<br />
dipetik jika guru mau menulis, antara<br />
lain: 1) Dapat memberikan motivasi<br />
dan kebanggaan. 2) Mendorong semangat<br />
untuk gemar membaca dan<br />
mendapatkan informasi. 3) Tulisan<br />
yang dimuat, membuat penulisnya<br />
dikenal banyak orang. Apabila ada<br />
yang mengajak berkenalan, ini adalah<br />
kesempatan untuk menambah kawan<br />
dan mengambil manfaat darinya,<br />
juga dapat menambah income. 4)<br />
Menambah angka kredit (bagi guru<br />
PNS).<br />
Tidak ada kata terlambat bagi<br />
para guru untuk mengembangkan<br />
kreativitas menulis. Banyak jalan agar<br />
para guru bisa menulis. Para guru<br />
memiliki potensi yang besar dalam<br />
menulis. Guru memiliki sejuta masalah<br />
yang membutuhkan langkah analisis<br />
dan solusif?. Jadi tunggu apa lagi, ayo<br />
menulis..! (dari berbagai sumber). n<br />
Penulis adalah Guru Madrasah<br />
Ulumul Qur’an, Yayasan Bustanul<br />
Ulum, Langsa.<br />
37