13.01.2015 Views

Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana

Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana

Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Latihan<br />

Untuk memahami hasil belajar Anda, coba kerjakan pelatihan berikut ini Kerjakan<br />

di buku tugas dan tukarkan hasil pekerjaan Anda dengan teman semeja!<br />

Bacalah teks di bawah ini!<br />

Matahari terasa terik siang itu. Semilir angin membuat mata Suyanto (53) mengantuk.<br />

Dia pun merebahkan badan di sebuah kursi bambu. Keramaian kendaraan<br />

di perempatan Karangkabur, Kecamatan Padamara seolah tidak dihiraukan. Tukang<br />

tambal ban itu terlelap menunggu orang datang.<br />

Tidak berapa lama datang seorang pria yang menuntut motornya. "Pak, tolong<br />

ditambal. Ban saya bocor di sana barusan. Mungkin terkena paku," kata pria yang<br />

bajunya basah terkena keringat karena menuntun motor di bawah sengatan matahari.<br />

Suyanto tergegap dengan suara pria tadi. Dengan agak sempoyongan karena baru<br />

saja bangun tidur, pria yang rambutnya sudah banyak beruban itu dengan cekatan<br />

meraih peralatan kerjanya.<br />

Dia menyalakan kompor untuk mengepres tambalan ban. Kemudian dia buka<br />

ban motor yang bocor tadi.<br />

Tak sampai setengah jam, pekerjaan selesai, setelah memberi imbalan si pria tadi<br />

meneruskan perjalanan dan Suyanto kembali duduk manis menunggu orang yang<br />

ingin menambalkan ban. "Beginilah, Pak, tiap harinya. Saya lebih banyak menunggu<br />

orang datang," katanya membuka percakapan.<br />

Bapak dua anak yang sekarang tinggal di Desa Karangreja, Kecamatan Kutasari<br />

itu mulai bercerita sambil memberesi peralatannya kembali. Suyanto membuka usaha<br />

tambal ban sejak masih bujang atau 25 tahun silam. Dia pernah membuka usaha itu<br />

berpindah di beberapa tempat.<br />

"Sampai akhirnya tahun 1985 saya membuka usaha di perempatan Karangkabur.<br />

Di situ saya tinggal di bedeng bersama anak-istri. Sekitar setahun lalu bedeng dibongkar<br />

karena tanahnya akan dipakai pemiliknya sehingga saya pindah rumah ke Karangreja,"<br />

tuturnya.<br />

Karena merasa sudah banyak pelanggan di perempatan Karangkabur, dia pun<br />

tetap membuka usaha di sekitar situ. Jika semula di timur perempatan, sekarang di<br />

utara, tepatnya di depan sebuah bengkel sepeda motor. Untuk penunjang kelengkapan<br />

kerja, dia menyewa kompresor seharga Rp5.000,00/hari.<br />

Suyanto mengatakan, penghasilannya tidak tentu. Terkadang dalam sehari banyak<br />

yang datang, terkadang dia pulang dengan tangan kosong. Namun, setiap bulan ratarata<br />

dia mengantungi Rp75.000,00. Uang itu diserahkan semua kepada istri untuk<br />

dipakai kebutuhan sehari-hari.<br />

"Anak saya yang pertama laki-laki hanya lulus SMP. Saya tidak mampu<br />

menyekolahkan ke SMA. Dia sekarang kerja di proyek, sedangkan yang kedua<br />

perempuan sudah kelas VI. Saya bingung sebentar lagi dia lulus. Namun, saya tidak<br />

mempunyai biaya untuk melanjutkan ke SMP," katanya getir.<br />

Dikutip dari Solopos, 2 Januari 2008<br />

dengan penyuntingan seperlunya<br />

Wirausaha 63

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!